Loading...
Logo TinLit
Read Story - Guru Bahasa
MENU
About Us  


Pengalaman pertama masuk pesantren membawa banyak hal baru. Status santri, sejuta peraturan, dan tentu, Bahasa Arab. Aku yang sejak dalam kandungan hanya tahu Bahasa Jawa dan Indonesia, serasa masuk ke dunia lain begitu memijakkan kaki di tanah pesantren. Tidak kuasa rasanya membayangkan muka memelasku jika tidak ada satu pelajaran pun yang mau mampir di kepala.
Hari ini pertemuan pertama kelas Balaghah. “Apa itu Balaghah?” Tanyaku polos pada Muna, teman sebangku yang berisik dan hiperaktif.
“Nggak tahu? Ya ampun, dulu di pesantren ngapain aja?”
“Aku bukan anak pesantren.” Jawabku seadanya.
“Beneran? Wah, gawat. Siap-siap aja ya, Balaghah itu ilmu Bahasa Arab tingkat lanjut, loh.” Bisik Muna menerorku. 


 Kupasrahkan jiwa ragaku ketika sepatu guru Balaghah menyentuh kotak pertama lantai kelasku. Masuklah seorang pria bertubuh kurus -sekali-, tinggi, dan kutebak umurnya sudah mencapai setengah abad. Setelah mendaratkan diri dengan sempurna di atas kursi, ritual perkenalan pun dimulai.
“Saya alumnus Ummul Qura, Mekah.” Decak kagum segera keluar dari mulut kami, beberapa melongo dan lupa menutup kembali mulutnya. Namanya Ustaz Imanuel, tapi kami yang iseng ini memanggilnya dengan penekanan di huruf E, seperti mengucapkan nama Emanuel Kant.


Cukup sepuluh menit bicara, kami sudah tahu keunikan beliau. Mungkin saking lamanya di Mekah, beliau agak tersendat-sendat ketika berbicara dengan Bahasa Indonesia, dan sering mengajukan pertanyaan yang sebenarnya lebih baik tidak kami jawab. 
“Ilmu Balaghah adalah ilmu yang.. apa?” Tanya beliau sambil memutar-mutar pergelangan tangan di depan wajah hingga terdengar bunyi gesekan dari cincin akik yang dipakainya.
“Rumit.” Sahut beberapa orang dari kami.
“Bukan. Ilmu yang membahas kaidah yang.. apa?”
“Banyak.”
“Membikin.. bahasa menjadi.. indah.” Diksi yang kurang enak didengar memang.


Minggu berikutnya, kami diajari tentang penggunaan kalimat dalam Ilmu Balaghah. 
“Ada tiga.. apa? ” Tanya beliau sambil melakukan aksi putar tangannya.
“Macam.” Celetuk kami berinisiatif membantu.
“Jenis. Tiga jenis kalimat dalam Balaghah.”
“Apa bedanya macam dan jenis?” Gumam Muna sedikit mengomel.
“Kalau kalian ditanya, jawabannya bisa panjang, sedang, atau pendek. Tapi.. orang yang tahu Ilmu Balaghah akan memilih yang pendek, karena itulah yang paling.. apa?”
“Efisien.” Sahut kami optimis.
“Simpel.” Tangkis beliau tanpa merasa berdosa. “Kalau ada orang yang lagi sekarat bertanya, “Kamu dari mana?” cukup jawab, “Pasar.” Tidak perlu kepanjangan, “Saya dari pasar bersama nenek beli sayur.” Keburu mati orangnya sebelum selesai kita jawab.”
“Ngapain juga orang sekarat nanya begituan, Ustaz?” Pengambilan contoh yang absurd memaksa kami menunjukkan karakter tulen kami sebagai makhluk omnivora; menggigit pulpen, ujung jilbab, bahkan bahu teman sendiri.


Kami yang begitu terkesan dengan guru yang satu ini, suatu hari mengajak beliau nonton bareng di bioskop. “Nanti mau nonton apa, Ustaz?” Tanya kami berbasa-basi.
“Apa saja, yang penting bermanfaat, ada hikmahnya.”
“Wah, panutan memang, di manapun selalu bijak.”
“Dari dulu.” Sahut beliau datar saja. 
Sebelum masuk bioskop, beliau yang dermawan dan bijaksana mentraktir kami popcorn.
“Mba, beli.. berondong jagungnya 16 bungkus.” Kami tertegun sekaligus menahan tawa mendengar beliau dengan begitu pedenya memesan ‘berondong jagung’.
“Ukurannya, Pak?” Tanya Mba nya yang juga sedikit menahan tawa. “Itu.. apa? Yang seukuran ember itu, loh.”
Ingin rasanya kami kabur saja, kami angkat tangan menahan rasa malu.

 

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kirain Hantu
402      278     3     
Short Story
Aku terbangun beberapa menit selepas jam dua dini hari. Sebelum keluar kamar, aku menatap sejenak cermin dan melihat seorang wanita berwajah pucat, berambut panjang, dengan pakaian putih. Aku menjerit karena terkejut dan mengira ada hantu. Ternyata, wanita berpakaian putih yang aku lihat di cermin bukan hantu, melainkan pantulan diriku sendiri.
23.10
1168      640     7     
Short Story
Hanya karena jari yang bergoyang dapat mengubah banyak hal
Motor yang tertukar
434      283     1     
Humor
memalukan memang.
PENCURI
624      342     1     
Short Story
Cerita saat pencuri datang ke rumahmu..
Upacara
419      285     2     
Short Story
Upacara 17 Agustus
PALSU
1009      635     7     
Short Story
Fake! Kira-kira kayak apa sih kepalsuan yang aku hadapi? Ehh, salah deng! Bukan aku yang menghadapi, tapi dia. Hehe... Seorang kekasih yang tak sadar akan hal itu.
Jual Jimat Anti Corona
379      251     1     
Short Story
Desaku mendadak ramai akhir-akhir ini. Rumah kakek tua yang disebut-sebut sebagai dukun sakti, kini dipadati pasien karena spanduk "Jual Jimat Anti Corona" terpajang di depan rumahnya. Ya Gusti, musibah macam apa lagi ini?
Ponsel Pintar
1036      717     4     
Short Story
Gue iri dengan teman-teman kampus yang sudah punya ponsel pintar. Sedangkan gue masih bertahan dengan ponsel jadul yang masih sering direvisi. Maka dari itu, gue bertekad untuk membeli ponsel pintar.
Penumpang Di Sebelahku
399      259     4     
Short Story
Sore itu, aku keluar kantor agak malam. Karenanya, beberapa angkot yang lewat selalu penuh. Saat satu angkot berhenti dan pask sopir menawarkan duduk bertiga di depan, bersamanya dan satu penumpang lain, aku langsung mengangguk. Namun penumpang di depan menghalangi aku masuk dan duduk. Walau aku sudah memberitahunya, lebih dari satu kali, dia tetap saja menghalangi, bersikeras angkot ini tidak ...
Si Cabai Nakal
540      350     5     
Short Story
Kira-kira, kenapa ya disebutnya si Cabai Nakal? Apakah ini berkisah tentang seonggok cabai?