Read More >>"> Temu Yang Di Tunggu (up) (Perpisahan Penuh Kenang) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Temu Yang Di Tunggu (up)
MENU 0
About Us  

Setiap temu pasti akan menemui kata pisah, dan beberapa dari temu akan berakhir pada kata menghilang. Itu semua hanya perkara tenggat waktu yang sudah ditetapkan. Siap atau tidak, kita semua akan mengalaminya saat waktu telah berada di titik nol terendah. Dan saat itu terjadi, hanya air mata yang sibuk menetralisir rasa sakit, saat sebuah temu dinyatakan berakhir.
~


Hari ini adalah hari yang paling di tunggu-tunggu oleh seluruh siswa dan siswi SMK Bangtan. Setelah melewati masa ujian yang begitu panjang dengan segala sesi untuk memperbaiki nilai dan pada akhirnya dinyatakan lulus, pagi ini sekolah kami mengadakan acara perpisahan sekaligus kelulusan. Tentu saja hari ini adalah hari dimana aku memperoleh kebebasanku dari masa hukuman yang kakek Devan berikan.

Ini sudah genap 6 hari semenjak kejadian dimana aku menolak Devan yang ingin menuntaskan kewajibannya sebagai suami di malam itu. Devan berubah menjadi sangat dingin semenjak kejadian itu, bahkan sampai detik ini pun dia masih tak ingin berbicara atau bahkan sekedar melirik kearahku. Dan lebih parahnya lagi, dia bahkan tak sudi sekedar duduk di sebelahku saat sedang di meja makan.

“Ta, nanti selesai sarapan mami anter ke salonnya temen mami yah” ucap mami dengan mata yang sibuk menyoroti aku dan Devan yang duduk bersebrangan.

Aku mengangguk sembari tersenyum “Iya mi, terserah mami”.

Davin menarik kursi di sebelahku yang benar-benar berhadapan dengan Devan, seperti hari-hari sebelumnya.

“Ini gue di sini lagi nih?” tanya Davin yang hanya mendapat respon tatapan mata jengah dari Devan.

Davin menghela nafas “Ini ngga salah mi? Jangan-jangan yang menjabat tangan ayah terus minta Tata jadi istri itu, Davin yah mi?” sindir Davin, kali ini Devan tak merespon apapun.

Davin tak kehilangan akal, dia mencoba cara lain untuk menggoda kakaknya yang telah lancang mengambil kursi kesayangannya itu. Davin menaruh tangannya di puncak kepalaku yang tertutup hijab, dia mengelusnya secara perlahan sembari memiringkan wajahnya kearahku. Aku terheran karena senyumannya yang terlihat aneh, jadi aku hanya terdiam dan terpaku bermaksud mencari makna dari senyuman itu.

“Kalo memang bener ketuker, beruntung banget deh Davin dapet istri nan cantik juga solehah” ucap Davin, masih mengelus lembut kepalaku.

Brak!!

Devan membanting piring yang tengah ia pegang keatas meja, yang membuat seluruh keluarga terkejut namun tak berniat untuk ikut campur dalam situasi itu.

“Bisa ngga sih jadi orang itu yang normal dikit!” sentak Devan.

“Malu gue ngakuin lo sebagai adek gue” sambung Devan yang terdengar seperti sebuah gumaman.

Seluruh anggota keluarga yang berada di meja makan kini serempak menoleh ke arah Devan sembari mengerutkan keningnya, pasalnya baru kali itu seorang Devan menanggapi celoteh tak berfaedahnya seorang Davin Azzura Pratama.

“Santai kali, barbar banget kayak seminggu ngga dikasih jatah aja” ucap Davin asal, sembari mengenyahkan tangannya dari kepalaku.

Devan terlihat menatap tajam ke arah Davin yang duduk dihadapannya, membuat suasana sarapan kali itu terasa begitu menegangkan.

“Davin, udah” ucapku pelan, setelah mengerti situasi saat ini.

Davin menoleh kearahku “Gue ngga salah kok” protes Davin.

Drrrk!!

Devan mendorong kursinya dan memilih menyudahi acara sarapannya.

“Jadi adek ngga guna banget, mulut kayak lambe turah. Unfaedah!!” nyinyir Devan sebelum pergi meninggalkan kami semua yang masih mematung tak percaya.

“Lo ngga kasih jatah yah Ta?” tanya Davin cukup kencang, yang membuat semua mata tertuju padaku.

Aku yang ditatap oleh seluruh anggota keluarga pun menjadi salah tingkah, dan memilih untuk meninggalkan meja makan dengan langkah terburu.

****

 

“Siapa nih yang akan dateng jadi prom king kamu Ta?” Tanya seorang perempuan manis yang mengenakan setelan kebaya berwarna senada denganku. Hubunganku dengan Ricko memang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Aku, Ricko, Dewa dan Eca.

“Ngga ada kali Ra” ucapku, berusaha menekan rasa kecewa yang memaksa keluar melalui ekspresiku. Ini tidak bohong, entah mengapa aku ingin Devan hadir disini untuk memberikanku se-bouquet bunga, meskipun aku tahu bahwa itu adalah ketidakmungkinan karena selepas sarapan tadi Devan pergi entah kemana.

Mataku berpendar mengelilingi seluruh ruangan bernuansa putih yang telah di hias sedemikian rupa hanya untuk merayakan kelulusan angkatan kami. Hatiku mulai gelisah ketika satu per satu keluarga sahabatku sudah datang dan duduk di samping anaknya, dimana mama serta ayahku?

“Ricko mana Ca?” tanyaku akhirnya, kali ini hanya Ricko yang kubutuhkan untuk menenangkanku.

Eca menggeleng “Ngga tau, tadi pagi rumahnya udah sepi aja. Kirain dia udah berangkat duluan”.

“Oh, yaudah saya kesana dulu yah mau ngambil kue” ucapku sembari menunjuk ke booth makanan yang tersedia di gedung itu.

Eca mengangguk lalu kembali memfokuskan pandangannya kepada orangtuanya yang tengah mengajaknya berbicara.

Aku pergi dengan perasaan sedih dan kecewa. Acara kelulusan apa ini? Aku bahkan sama sekali tidak bahagia, aku seperti sebatang kara yang tersesat di tengah pesta yang terdapat di perkotaan.

Brukkk!!

“Eh maaf” ucapku sembari mengelus keningku yang sakit karena menabrak punggung kokoh seseorang.

Seorang laki-laki dengan tubuh proporsional itu berbalik dan menatap kearahku dengan tatapan teduh yang begitu menyejukan, yang membuatku terhanyut dalam manik mata saphire milik pria itu.

Laki-laki itu tersenyum lalu menyentuh keningku sembari mengelusnya perlahan, membuatku kehilangan kemampuan motorikku secara tiba-tiba. Sensasi ini sepertinya pernah aku rasakan, tapi dimana?

“Aulia Renata yah?” tanya laki-laki itu. Suaranya tidak seberat dan seseksi suara Devan, tapi suaranya cukup lembut seperti sebuah symphony yang mengalun dengan teratur.

“Ya?” tanyaku setelah berhasil lolos dari manik mata yang begitu menyesatkan, serta suara lembut yang perlahan menenggelamkan.

Laki-laki itu terkekeh sejenak, menampilkan sederet gigi putih kecil yang membuatnya terlihat begitu imut.

Laki-laki itu menyodorkan tangannya, memberi kode agar aku segera meraihnya dan berjabat tangan dengannya “Gue Kenzo Kalandra, yang artinya anak periang pembawa keceriaan yang kreatif dan pintar” ucapnya, setelah mendapatkan tanganku.

Aku masih belum mengerti situasi ini, tiba-tiba saja otakku kehilangan fungsinya.

“Aulia Renata kan? gue udah tahu kok” ucapnya setelah tak mendapatkan respon apapun dariku.

“Woy!! Diem-diem bae” teriak seseorang sembari menepuk pundakku, membuatku tersadar dari pesona laki-laki di depanku ini.

Aku memukul bahu orang yang menepuk pundakku tadi “Dewa!!”

Dengan wajah polosnya Dewa menoleh kearahku “Iya?”

Aku mengatur nafasku yang memburu karena rasa kesalku pada Dewa.

“Kamu kenal abang saya Ta?” tanya Dewa yang menghentikan nafas memburuku.

“Abang?” cicitku.

Laki-laki tampan itu tersenyum “Iya gue kakaknya Dewa Kalandra, nama gue Kenzo kalau lo lupa”

Aku tersenyum kikuk “Salam kenal, saya Aulia Renata biasa di panggil Tata”

Kenzo dan Dewa saling memandang satu sama lain sebelum terkekeh bersama.

“Kenalan lagi nih ceritanya?” sindir Dewa, setelah tawanya mereda.

Aku yang tak mengerti keadaan pun hanya bisa mengerutkan keningku “Loh emang tadi udah kenalan yah?” tanyaku, yang membuat mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

“Lo kayaknya terpesona sama abang gue deh” tebak Dewa yang membuatku tersipu malu.

“Kok bisa beda hasil padahal satu cetakan sih, Wa?” tanyaku, penasaran.

Dewa terkekeh “Satu cetakan, tapi beda adonan Ta”

Aku dan Dewa tertawa karena membayangkannya, kami memang memiliki pemikiran yang sama, jadi tidak sulit bagi kami untuk saling terhubung dalam suatu percakapan.

Kenzo yang tidak ikut masuk ke dalam perbincangan absurd kami pun mulai menghampiriku dan mendekatkan bibirnya ke telingaku “Boleh bicara sebentar” bisiknya.

Aku yang seperti terhipnotis oleh pesonanya hanya bisa mengangguk dan mematuhi kata-katanya. Dia mengandeng tanganku dan menuntunku menuju ke halaman luar.

“Kak Kenzo mau ngomong apa?” tanyaku setelah Kenzo melepas genggamannya.

Kenzo lagi-lagi memberikan senyuman yang menebarkan sejuta pesonanya.

“Aulia mau masuk ke kampus Untirta kan?” tanya Kenzo.

Aku berfikir sejenak, entah siapa itu Aulia
“Tata ngga tau kak, ngga kenal juga sama Aulia”

Kenzo lagi-lagi terkekeh “Nama lo Aulia Renata kan? Itu panggilan dari gue buat lo, karena gue ngga suka suatu hal yang sama”

“Oh, iya Tata, eh Aulia mau ke kampus Untirta. Emang kenapa kak?”

"Bagus deh, gue ketua BEM di kampus itu”

Aku mengernyit bingung “Loh, bukannya ketua BEM nya itu kak Devan yah?”

Kenzo mengeluarkan sebatang rokok dan mulai menyalakan pemantik apinya. Tubuhku secara otomatis mengukir jarak dengannya yang mulai di kerumuni oleh asap rokok.

“Devan udah lulus, sekarang gue yang baru. Lo kenapa minggir gitu, ngga suka cowok ngerokok?” Kenzo mulai menunjukan perubahan, suaranya kini terdengar datar, dan tatapannya juga terkesan dingin.

Aku menggeleng dengan cepat karena merasa tidak enak, takut menyinggung perasaan Kenzo.
“Bukan gitu kak, cuma ngga terlalu suka sama asap rokoknya, bukan orangnya”.

Kenzo membuang sebatang rokok yang baru dia hisap dua kali itu ke sembarang arah “Sebenernya gue ngajak lo kesini itu buat minta maaf karena waktu itu gue udah lancang cium pipi lo di bawah pengaruh alkohol” akunya.

Uhuk!

Aku tersedak oleh salivaku sendiri, karena belum siap menerima pengakuan mengejutkan itu. Pantas saja dia tampak tidak asing bagiku.

“Eh, lo baik-baik aja?” ucapnya sembari memegang kedua bahuku dan memperhatikan wajahku secara teliti.

Aku mengenyahkan tangannya dari kedua bahuku “Jangan berlebihan kak”

Kenzo mundur beberapa langkah, ada sedikit raut kekecewaan di wajah putihnya.
“Gue tau gue brengsek karena minum alkohol, tapi gue ngga seberengsek itu buat nyentuh batasan perempuan di saat sadar”

Dengan segenap keberanian, aku tatap mata teduh itu dengan tatapan tajam yang kuyakini mampu mengusik ketenangan di hatinya.

“Mungkin bagi anda itu masalah sepele yang bisa di biarkan berlalu begitu saja, tapi apa anda tahu bagaimana pengaruhnya terhadap diri saya?’’ ucapku menggebu-gebu.

Kenzo terdiam di tempat.

Aku berdecih dan tersenyum sinis “Saya rasa anda tidak tahu” ucapku sebelum melenggang pergi meninggalkan Kenzo yang masih membatu disana.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (8)
  • Madesy

    lanjut donk.. gak sabar nihhh

    Comment on chapter Sisi lain
  • Sean_Ads

    Aha! My lovely new story ^^

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • margareth_sartorius

    The best version of yours

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • minata123

    Romance komedi seleraku

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • avalolly

    Lanjutkeun!!

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • landon123

    Such an awesome work, Fighting gurll!!
    Gue harap lo ga berhenti tengah jalan cuma karena ga ada pendukung baru, cerita lo seru ko jadi harus PD dan jangan kehilangan mood'y

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • Tarikhasabis

    Suka banget sama gaya penulisan kakak, kaya semi baku gitu, jadi bikin nyaman di baca dan ceritanya juga menarik banget. Aku suka banget sama cerita yang alurnya sakit dulu baru bahagia. Pokok nya nyesek momentnya kerasa banget di cerita ini, salam hangat dari Tarikha untuk author tercinta. Ngomong-ngomong kapan update lagi kak? Trus cerita Vanilla ice cream apa nggak niat untuk di lanjut? Padahal aku penasaran loh

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • neogara

    Bagus! Enak di baca. Lanjut terosssss... Semangat nulisnya

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
Similar Tags
THE HISTORY OF PIPERALES
1920      705     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Black Roses
29909      4355     3     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
ATHALEA
1285      561     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
Dibawah Langit Senja
1452      872     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
The DARK SWEET
525      405     2     
Romance
°The love triangle of a love story between the mafia, secret agents and the FBI° VELOVE AGNIESZKA GOVYADINOV. Anggota secret agent yang terkenal badas dan tidak terkalahkan. Perempuan dingin dengan segala kelebihan; Taekwondo • Karate • Judo • Boxing. Namun, seperti kebanyakan gadis pada umumnya Velove juga memiliki kelemahan. Masa lalu. Satu kata yang cukup mampu melemahk...
HOME
283      210     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
Dear You
14511      2477     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
NADA DAN NYAWA
14101      2666     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Truth Or Dare
8182      1490     3     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
Secarik Puisi, Gadis Senja dan Arti Cinta
1160      769     2     
Short Story
Sebuah kisah yang bermula dari suatu senja hingga menumbuhkan sebuah romansa. Seta dan Shabrina