Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kenzo Arashi
MENU
About Us  

Efendi dan Kenzo keluar dari Grab yang mereka tumpangi sambil berlari-lari menghindari guyuran hujan yang mendadak turun deras sejak mereka meninggalkan hotel menuju kediaman Ardiwilaga.

Tak ingin merepoti sang empunya rumah, alasan Efendi saat memilih menerobos hujan alih-alih menghubungi Ardi dan memberi tahu kalau mereka sudah tiba di depan rumah, meski sebelumnya Ardi sudah berpesan agar Efendi menelepon supaya pembantu di rumahnya bisa keluar membawakan payung.

Sekarang setelah keduanya berhasil menjangkau teras, tatapannya justru terlihat menyesal ketika menoleh pada putranya dan menyadari mereka hampir basah kuyup.

"Nggak apa-apa. Anggap aja kita sedang main drama adegan kehujanan," celetuk Efendi dengan logat Jawa yang khas demi mengabaikan ketidakberuntungan yang tengah mereka hadapi. "Untung aja Mamamu nggak ikut. Kalau enggak, dia pasti bakal nyeramahin kita sampai baju ini kering sebelum membiarkan Papa mengetuk pintu rumah Ardi."

Kenzo hanya terkekeh pelan menanggapi guyonan sang Papa sementara tangannya masih sibuk mengikis air dari wajah dan juga pakaiannya menggunakan saputangan, dan Kenzo menoleh saat ia merasakan tepukan pelan pada bahunya.

Efendi menyeringai lebar, "Jangan grogi. Tetap berpikir optimis. Hujan itu rahmat. Semoga taaruf ini berjalan lancar. Kalau kamu bisa nikah pas musim hujan begini akan membawa keberuntungan sendiri buat kamu dan istri."

"Aamiin," tanggap Kenzo sebelum kembali dikejutkan dengan bunyi pintu rumah yang terbuka. Disusul dengan penampakan Ardiwilaga yang memperlihatkan wajah khawatir saat menyisir keluar.

"Assalamualaikum!" sapanya pada Efendi dan Kenzo, sembari menjabat tangan dan memaksa memeluk meski Efendi bersikeras menolak lantaran pakaiannya basah. "Gimana to ini, disuruh nelepon kok malah diem-dieman dan jadi basah kuyup gini?"

"Tadinya mau ngasih surprise ke kamu, tapi pas keluar dari hotel malah hujan turun nggak kira-kira. Jadinya malah kita yang dapat surprise kehujanan." Efendi berkelakar dan tertawa bersama temannya.

Ardi lantas meminta keduanya masuk dan bertukar pakaian. Namun, tak ada satu pun bajunya yang sesuai dengan ukuran Kenzo, jadi ketika dipaksakan agar pakaian itu pas, kaos putih kebesaran itu malah membuat Kenzo terlihat selayaknya anak SMA yang mengenakan baju kedodoran.


"Masih tetep ganteng kok," kelakar Ardi saat Kenzo masih sibuk mengerikan rambut basahnya menggunakan handuk. "Dulu, Om juga sekurus kamu sebelum menikah."

"Itu sudah puluhan tahun lalu, Mas." Efendi menyambut sambil tertawa. "Waktu kita sama-sama di pesantren dan masih sering tirakat."

"Iya, ya. Sejak nikah emang udah nggak pernah tirakat. Los aja semuanya jadi subur begini." Ardi menanggapi dan keduanya kembali tertawa, menyisakan Kenzo yang hanya sesekali tersenyum simpul mendengarkan obrolan para orang tua.

Usai melaksanakan salat maghrib, Tania yang semenjak tadi belum menampakkan batang hidungnya, dipanggil keluar oleh Kunti yang masih sibuk memasang jarum pentul ke kerudung yang selalu ia pakai saat di rumahnya kedatangan tamu—bersama kakinya memasuki kamar sang putri.

Demi berhasil membujuk sang putri supaya mau dikenalkan dengan lelaki pilihan mereka, Kunti dan Ardi bahkan menuruti saat Tania meminta pelayan menyiapkan kamar khusus untuknya di lantai bawah agar semakin meyakinkan kalau dirinya benar-benar lumpuh.

"Pakai lipstik dikit, Tan," bujuk Kunti usai melilit bagian kerudungnya yang menjuntai dan mengalungkannya ke bagian leher, suaranya terdengar jengkel saat netranya menatap ke arah Tania.

Betapa tidak, seakan-akan tak cukup membuat dirinya terlihat buruk dengan berpura-pura lumpuh, Tania bahkan menolak memakai mekap dan hanya menyisir rambut seadanya menggunakan jari tangan, yang hasilnya, jangan lagi ditanya. Dia sudah serupa jelmaan kuntilanak berambut gimbal. "Kamu itu mbok ya jangan keterlaluan. Kenzo sama Papanya itu sampai rela berhujan-hujan demi menemui kamu, loh. Mereka baru sampai dari Malang tadi siang dan langsung datang kemari setelah istirahat sebentar di hotel. Masa kamu nyambutnya begini banget?"

"Kalau ngetes orang itu, nggak boleh tanggung-tanggung, Ma." Tania berkilah dari atas kursi rodanya.

"Ya tapi Mama khawatir kalau nanti kamu justru akan nyesel seandainya Kenzo betulan nolak kamu. Dia itu anak yang baik, udah langka di zaman sekarang. Mama yakin nggak ada satu pun temen-temen kamu yang serupa dia."

"Ya kalau beneran baik, dia pasti fine-fine aja ngeliat aku tampil apa adanya."

"Tampil apa adanya sama nggak menghormati itikat baik orang itu berbeda. Mama sudah memperingatkan kamu, ya. Jadi tanggung sendiri risikonya kalau kedepan nanti kamu malah tergila-gila sama dia dan dianya telanjur emoh sama kamu. Ayo, buruan keluar. Mereka sudah nunggu di ruang makan."

"Iyaaa...." Tania menyanggupi omelan terakhir sang Mama melalui celah giginya yang menggegat. Sungguh, di antara ketiga putri Ardi dan Kunti, Tania adalah anak gadis mereka yang paling berbeda. Tidak hanya bersikeras menolak menutup aurat sebagaimana kedua Kakak dan Mamanya, Tania pun memiliki kelakuan yang hampir bisa disebut urakan.

Tania pernah beberapa kali mencicipi rokok ketika dirinya sedang bersama Marvel, dan hampir kebablasan tidur dengannya andaikata bayangan wajah Papanya tidak muncul tiba-tiba saat ia sudah hampir setengah telanjang.

Sebelum menggelindingkan kursi rodanya berjalan keluar, Tania menyempatkan diri mengintip melalui celah pintu yang sedikit ia buka untuk memastikan keadaan di luar. Samar-samar terdengar gelak canda dari arah ruang makan, sebelum akhirnya tania bisa melihat kelebatan pemuda yang ... tak ingin Tania tampik, ia memiliki wajah rupawan dan juga berkulit lebih cerah darinya, duduk di samping pria seusia Papanya dan ia yakini sebagai Kenzo dan Om Efendi.

Yah, cukup mengejutkan kalau ternyata Kenzo memiliki penampilan lebih indah saat dilihat secara langsung daripada dalam fotonya, tetapi alih-alih naksir, Tania malah dengan anehnya merasa sebal akan keindahan ragawi lelaki itu.

Meski mungkin buat cewek-cewek lain dia keliatan sempurna buat dikawinin, tapi buat gue ogah. Bener-bener bukan tipe gue. Cowok kok lebih mulus dari gue. Mana licin banget mukanya kayak plastik, beda sama Marvel yang manly. Jauh!

Bukan pula salam yang Tania lontarkan saat akhirnya ia tiba di antara orang-orang yang tengah berbahagia itu, melainkan dehaman dingin, yang membuat Kunti harus tersenyum masam demi menebus rasa sungkan yang ia reguk kepada para tamunya.

"Ini, Tania, bungsu yang hendak aku kenalkan pada Nak Kenzo." Ardi bangkit dari kursinya dan mendorong kursi roda Tania ke sebelah Kunti, tepat berhadapan dengan posisi Kenzo duduk di seberang meja. "Tinggal tersisa dia saja di rumah ini, sementara kedua Kakaknya sudah ikut suami masing-masing. Kalau nanti Tania nikah sama Kenzo dan ikut ke Malang, di rumah ini aku bisa kayak pengantin baru terus sama Mamanya. Iya, kan, Ma?" Ardi menoleh Kunti dan tertawa bersama, menyisakan Tania yang mati-matian menahan diri untuk tidak melompat dari kursi roda dan melayangkan protes pada sang Papa.

Betapa tidak, kesepakatan Tania bersama sang Papa sebelumnya tidaklah seperti ini. Namun, Ardi tiba-tiba saja berbuat curang dengan berkata selayaknya barusan seolah-olah pernikahan itu sudah pasti terjadi. Bodohnya lagi, setelah Tania melirik Kenzo dan melihat lelaki itu ikutan tersenyum menyambut candaan Papanya, menjadikannya benar-benar kehilangan kesabaran dan tanpa sadar malah menyeletuk, "Tania nggak mau tinggal di Malang, maunya di sini aja."

Sial beribu-ribu sial. Tania merutuki dirinya tepat setelah menutup mulut. Menyesali perkataannya yang justru dengan bodoh terkesan mengamini semua itu. Siapa yang akan menikah memangnya?

"Tapi kerjanya Kenzo ini di sana. Dia ngurus perkebunan stroberi sama taman wisata dan hotel milik Om Efendi." Ardi menanggapi dengan semangat berapi-api menyadari sang putri telah termakan umpannya. "Ya, mau nggak mau, kamu harus ikut suami dong, kalau sudah menikah."

"Ih, Papa, Tania tetep nggak mau. Pokoknya Tania nggak mau pindah. Titik."

"Kita bisa ke Jakarta dua minggu sekali." Tiba-tiba suara lain menginterupsi. Suara manly nun merdu yang kontra dengan wajah imutnya. Tania sontak menoleh ke arah Kenzo horor saat menyadari yang berbicara barusan adalah dirinya. Begitu pula dengan semua orang di sana, tampak kompak terkejut saat mendengar kata-kata itu meluncur mulus begitu saja dari bibir merah muda Kenzo.

"Atau satu minggu sekali, jika dirasa dua minggu masih terlalu lama." Kenzo menambahkan diiringi senyum memikat.

Tania semakin kalang kabut, kedua buku tangannya menggenggam erat di bawah meja tanpa mampu berkata-kata. Taaruf macam apa ini? Mereka bahkan belum saling memperkenalkan diri secara resmi. Bisa-bisanya lelaki yang wajahnya tampak seperti member boyband yang tersesat itu begitu fasih menata lidahnya? Tania berkali-kali mengumpat dalam hati. Namun di sampingnya, Kunti justru menghadirkan wajah lega berhias senyum penuh rasa syukur.

"Jadi, Nak Kenzo mau dijodohkan sama Tania?" Kunti bertanya untuk memastikan apa yang berhasil ia tangkap.

Tania berharap Mamanya tak pernah mengatakan itu sama sekali. Lebih-lebih senyuman Kenzo kian mengembang lebar setelah mendengar pertanyaan itu.

"Saya menerimanya. Saya ingin mengkhitbah Tania dan memperistrinya dengan segera."

Mampus! Tania mengumpat dalam hati dan kian menguatkan genggaman tangannya di bawah meja, benar-benar marah hingga tak sanggup berkata-kata saat sang Papa meminta pendapatnya.

"Kamu setuju, kan, Tan, menikah dengan Kenzo?"

Tania masih membisu, menatap Kenzo layaknya seteru yang ingin dia habisi malam ini juga menggunakan pisau buah di depannya. Tania membenci segala sesuatu yang melekat pada Kenzo; wajahnya, suaranya, dan senyumannya yang terus saja mengembang lebar memperlihatkan deretan geliginya yang rapi. Menyebalkan!

"Karena kamu diam, Papa anggap kamu menerima perjodohan ini juga." Ardi memutuskan cepat-cepat, dan semua orang di sana langsung berseru 'Alhamdulillah' sebelum Tania sempat menyadari kalau segalanya sudah terlambat untuk disangkal.

*

 

 

Jangan lupa tinggalkan jejak yao. Biar makin semangat lanjut😘

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • dear.vira

    Bagus ceritanya sangat menginspirasi, kalau berkenan like ceritaku juga ya https://tinlit.com/read-story/1436/2575
    Salam semangat! :)

    Comment on chapter Sebuah Nama di Penghujung Tahun
  • yurriansan

    Ini yg blurbnya wktu itu? Pinisirin, lnjutannya.

    Comment on chapter Sebuah Nama di Penghujung Tahun
Similar Tags
BUNGA DESEMBER
502      344     0     
Short Story
Sebuah cerita tentang bunga.
The Accident Lasts The Happiness
552      379     9     
Short Story
Daniel Wakens, lelaki cool, dengan sengaja menarik seorang perempuan yang ia tidak ketahui siapa orang itu untuk dijadikannya seorang pacar.
The Arcana : Ace of Wands
145      128     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Hematidrosis
376      251     3     
Short Story
Obat yang telah lama aku temukan kini harus aku jauhi, setidaknya aku pernah merasakan jika ada obat lain selain resep dari pihak medis--Igo. Kini aku merasakan bahwa dunia dan segala isinya tak pernah berpihak pada alur hidupku.
Dissolve
425      279     2     
Romance
Could you tell me what am I to you?
Tinta Buku Tebal Riri
519      336     0     
Short Story
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan kejadian, nama dan tempat hanyalah kebetulan semata. NB : picture from Pixabay.com
Creepy Rainy
426      284     1     
Short Story
Ada yang ganjil ketika Arry mengenal Raina di kampus. Fobia hujan dan bayangan berambut panjang. Sosok berwajah seperti Raina selalu menghantui Arry. Apakah lelaki itu jatuh cinta atau arwah mengikutinya?
IMAGINE
367      258     1     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.
A Day With Sergio
1466      689     2     
Romance
Army of Angels: The Dark Side
32993      5678     25     
Fantasy
Genre : Adventure, Romance, Fantasy, War, kingdom, action, magic. ~Sinopsis ~ Takdir. Sebuah kata yang menyiratkan sesuatu yang sudah ditentukan. Namun, apa yang sebenarnya kata ''Takdir'' itu inginkan denganku? Karir militer yang telah susah payah ku rajut sepotong demi sepotong hancur karena sebuah takdir bernama "kematian" Dikehidupan keduaku pun takdir kembali mempermai...