Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kenzo Arashi
MENU
About Us  

Kunti mengetuk pintu kamar Tania selepas makan malam, dan menemukan anak gadisnya tengah asyik melakukan panggilan video dengan kekasihnya. Merasa terusik dengan kehadiran sang Mama, Tania menyudahi panggilan dan memberi perhatian sepenuhnya kepada Kunti, berharap wanita itu segera pergi kalau sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Kalau Mama datang cuma buat bujuk aku lagi, jawaban Tania masih sama kayak tadi siang," sarkas Tania sebelum Kunti sempat mengutaraan maksudnya.

"Ih ... lihat dulu dong fotonya." Kunti menunjukkan selembar foto yang ia bawa, tetapi hanya sekejap saja Tania meliriknya, gadis itu sudah kembali asyik bermain ponsel.

"Tania nggak suka cowok yang mukanya kayak cewek, Ma. Terlalu mulus gitu tar rebutan skincare lagi sama Tania," komentar Tania sinis tanpa mengalihkan perhatiannya sama sekali dari ponsel. "Lagian dia mukanya kayak penyuka sesama jenis gitu. Hari gini kok cowok masih mau dijodoh-jodohin. Apa Mama nggak khawatir kalau dia sebenarnya homo, makanya nggak bisa cari pacar sendiri? Perhatiin baik-baik deh, muka dia lebih licin dari muka Tania, pasti dia homo."

"Hush!" Kunti menegurnya tajam. "Jangan kelewatan ah, kalau nilai orang yang belum kamu kenal. Nggak baik. Kalau dia nggak seperti yang kamu bilang, itu namanya fitnah."

"Yah, Mama sama Papa kalau nilai Marvel juga sama aja, kan? Marvel tuh kelihatannya buruk ... aja. Padahal kalian juga belum kenal baik sama dia."

"Mama sudah bisa menilai seperti apa si Marvel itu dari sejak pertama kamu ngajak dia ke sini. Dari mana coba baiknya cowok yang pas awal ketemu sama orang tua aja nggak mau salaman malah teriak 'what's up Mr. Ardi, what's up Mrs. Kunti'. Mama nggak suka cowok urakan begitu. Pokoknya nggak suka."

"Lha teruuus ...?" Bosan terus disudutkan, Tania bertanya gemas.

"Kamu harus kenalan sama Kenzo."

"Ma...." Tania merengek sambil mencak-mencak di atas kasurnya.

"Harus," putus Kunti memaksa. "Kata Papa, kamu boleh ngajuin persyaratan apa aja asal mau taaruf sama dia. Kamu boleh nguji dia kalau memang nggak percaya dia beneran anak baik seperti yang Mama dan Papa pikirkan. Kalau nanti Kenzo nggak lolos sama tes yang kamu berikan atau menolak kamu, Mama sama Papa janji nggak akan memaksa kamu buat dijodoh-jodohin lagi. Gimana?"

"Oke," sanggup Tania tanpa pikir. "Tapi Mama sama Papa juga harus janji untuk nggak ngebocorin rencana Tania soal tes ini ke Kenzo atau keluarganya."

"Iya, Mama janji." Kunti menyanggupinya sembari tersenyum. "Nanti Mama akan sampaikan hal ini juga sama Papa."

"Deal!"

Maka keesokan harinya, Tania mulai beraksi dengan mengundang teman-temannya ke kafe langganan mereka, dan meminta sumbangan ide dari para senior yang sudah mendahuluinya menikah.

"Dandan jelek!" usul Pambayun. "Suami aku sering banget ngritik soal penampilanku sebelum dia poligami. Katanya aku nggak bisa ngurus diri lagi lah, gendutan lah, kusem lah."

"Gue setuju." Gea menimpali. "Bila perlu, buat diri lo kelihatan sakit-sakitan. Cowok-cowok model Kenzo tuh kayaknya setipe sama Deny. Sok alim tapi nafsunya gede. Kalau dia berpikir lo nggak bakal bisa muasin nafsu dia di atas ranjang karena lo kelihatan nggak fit, dia pasti langsung nolak."

"Sekalian aja lo pura-pura cacat!" Izzy tak tanggung-tanggung saat memberi masukan. "Apa sih yang paling diidamkan lelaki soal wanita kalau bukan keparipurnaan fisiknya? Seumpama lo dandan jelek, dia bisa aja 'kan bilang mampu biayain perawatan kecantikan lo karena dia tajir? Andaikata lo keliatan sakit, terus dia ngomong bakal berobatin lo sampai sembuh, lo pasti ambyar. Tapi kalau lo cacat, urusannya gue yakin bakal lain."

"Keren!" Tania mengacungkan kedua jempolnya ke depan Izzy, pun teman-temannya yang lain. "Lo emang selalu cerdas kalau urusannya ngerjain orang."

"Jelas dong, Izzy gitu loh." Izzy mengangkat gelas minumannya dan mengajak ketiga temannya bersulang.

"Terus rencana kamu apa sekarang?" tanya Pambayun usai membasahi kerongkongannya dengan jus lemon.

Tania terlihat berpikir sebentar, menunggu bohlam ide menyala di kepalanya sebelum menjentikkan jari antusias, "Beli kursi roda."

"Wew." Gea membelalak. "Lo mau pura-pura lumpuh?"

"Yup."

"Yakin 'bonyok' lo nggak bakal nentang?" Izzy pesimis. Namun, Tania buru-buru menggelenginya.

"Nggak bakal lah, orang mereka udah janji kok, aku boleh ngajuin syarat apa pun buat cari tahu aslinya Kenzo."

*


Dengan berat hati, menuruti kemauan sang putri, Ardiwilaga menghubungi temannya disaksikan sang istri dan Tania, dan menyampaikan permintaan maaf perihal tidak berterusterang semenjak awal kalau putri bungsu mereka lumpuh sejak mengalami kecelakan sebelum kelulusan SMA.

"Terus gimana, Pa?" Asti menatap suaminya gamang pada jam makan malam. Rasa kecewa jelas menyelubungi raut wajah cantiknya yang terbingkai kerudung berwarna pink senada dengan jubah gamisnya.

Efendi tak lekas menjawab, berganti menatap sang putra yang tetap asyik mengunyah nasi gorengnya meski baru saja mendengar kabar kalau gadis yang hendak dikenalkan padanya ternyata lumpuh. "Papa nggak akan maksa kamu, Le. Seperti yang kamu dengar barusan, Om Ardi baru saja meminta maaf karena menyembunyikan masalah ini saat pertemuan pertama kita kemarin. Kalau kamu menolak, Papa nggak akan maksa."

"Kenapa harus ditolak?" Kenzo menanggapi santai, seumpama membahas cuaca malam ini yang justru sedang panas-panasnya saat memasuki awal musim hujan.

"Tania lumpuh, Nak." Asti menegaskan. Barangkali putranya tadi sedang tidak fokus saat diajak bicara sehingga jawabannya ngasal. "Kalau kamu menerima perkenalan ini, tapi nanti ujungnya nggak sreg setelah melihat kondisinya, Mama khawatir akan susah buat mundur. Jadi Mama minta, kamu pikirkan baik-baik sebelum melangkah maju."

"Kenzo sudah memikirkannya, Ma."

"Secepat itu?"

Kenzo meletakkan sendoknya dan menghadap sang Mama yang masih memperlihatkan wajah khawatir. "Kenzo sudah menyanggupi tawaran Om Ardi, sebelum beliau berterusterang mengenai kondisi putrinya. Kalau Kenzo menolak sekarang, sama saja Ken nggak menepati janji. Lagian, kalau takdir berkata 'nanti jodoh Ken memang gadis yang tidak bisa berjalan', Kenzo bisa apa?"

"Ya kamu bisa nolak dan memilih calon lain, Ken...."

"Ribet ah, Mah," kilah Kenzo diselingi senyum menawan, yang membuat Asti memberengut, antara kecewa sekaligus tak habis pikir pada putranya yang satu ini.

"Dikasih kesempatan milih kok malah bilang ribet. Mumpung belum telanjur loh, Ken. Mama nggak mau kalau nanti kamu terpaksa nerima ini cuma karena nggak enak sama Om Ardi dan Tante Kunti sebab mereka teman baik kami."

"Kenzo nggak terpaksa, Ma. Kenzo ikhlas. Ken memang malas saja kalau harus disuruh milih-milih."

"Sifat neriman dan cuek kamu itu memang kebangetan, ya. Kamu bahkan nggak pernah sekali pun ngelirik foto gadis-gadis yang Mama kasih liat ke kamu. Mereka cantik-cantik dan semuanya sudah berhijab, malah dicuekin. Sekarang giliran dibilang gadis itu lumpuh, kamunya antusias. Mama nggak habis pikir sama kamu."

"Cantik di foto bisa diedit pakai aplikasi, Ma. Hijab masa kini pun nggak menjadi jaminan akhlak seorang wanita itu beneran baik."

"Betul itu, Papa setuju sama kamu, Le." Efendi menimpali setuju. "Tapi ini kesannya kok malah Mama kamu yang agaknya nggak seide. Mama 'kan, yang sebelumnya paling antusias dengan ajakan besanan dek Ardi, kenapa setelah tahu Tania lumpuh, mendadak enggan begini?"

"Ya 'kan normal, Pa. Ibu mana sih, yang mau melihat anaknya mendapatkan pasangan cacat? Apalagi Kenzo ini loh, suka jadi rebutan teman-temannya Mama mau diambil menantu karena pada kepincut sama wajah ganteng dan kemandiriannya. Kalau akhirnya dapat jodoh...." Asti berhenti sejenak tak sampai hati melanjutkan.

"Mama malu?" terka Efendi, yang akhirnya diangguki Asti ragu-ragu sambil melirik sang putra.

"Kamu malu nggak, Le, kalau punya istri lumpuh?" Efendi langsung bertanya pada yang bersangkutan.

Kenzo kembali tersenyum, "Kenzo mungkin punya aib yang lebih memalukan daripada menjadi lumpuh, yang nggak Ken sadari. Jadi Ken nggak layak merasa malu pada kelumpuhan gadis yang kita bicarakan ini."

"Nah, denger 'kan, Ma? Anak Mama ini sudah bagus rupa dan akhlaknya, mari didukung, jangan dikecohin."

"Ya udah, ah, Mama nyerah." Butuh waktu beberapa menit untuk mendengar jawaban sebal itu terlontar dari bibir Asti, pun iringan senyum tipis sarat keengganan yang masih jelas membayangi wajahnya. Namun begitu, Asti sadar bahwa ia tak akan bisa membujuk sang putra lagi. "Terus, kapan kamu mau dikenalin sama Tania-nya?"

"Lebih cepat lebih baik." Kenzo menjawab yakin.

"Kalau gitu, besok Papa akan pesan tiket buat ke Jakarta. Kita naik pesawat aja biar cepet. Syukur-syukur kalau lusa kita bisa langsung berangkat." Efendi memutuskan.

Kenzo mengangguk-angguk setuju.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • dear.vira

    Bagus ceritanya sangat menginspirasi, kalau berkenan like ceritaku juga ya https://tinlit.com/read-story/1436/2575
    Salam semangat! :)

    Comment on chapter Sebuah Nama di Penghujung Tahun
  • yurriansan

    Ini yg blurbnya wktu itu? Pinisirin, lnjutannya.

    Comment on chapter Sebuah Nama di Penghujung Tahun
Similar Tags
Cinta (tak) Harus Memiliki
5602      1411     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Je te Vois
707      459     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
Kacamata Monita
956      433     4     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
The Skylarked Fate
7072      2082     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
I'il Find You, LOVE
6168      1677     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
Ansos and Kokuhaku
3478      1128     9     
Romance
Kehidupan ansos, ketika seorang ditanyai bagaimana kehidupan seorang ansos, pasti akan menjawab; Suram, tak memiliki teman, sangat menyedihkan, dan lain-lain. Tentu saja kata-kata itu sering kali di dengar dari mulut masyarakat, ya kan. Bukankah itu sangat membosankan. Kalau begitu, pernah kah kalian mendengar kehidupan ansos yang satu ini... Kiki yang seorang remaja laki-laki, yang belu...
KAMU MILIKKU
1016      611     8     
Short Story
Apa yang tidak diucapkan, tidak berarti tidak berada dalam hati.
Cerita Cinta Di Sekolah
558      377     0     
Short Story
Sebuah cerita anak SMP yang sedang jatuh cinta dan berakhir menjadi sepasang kekasih. Namun, ada seseorang yang mencoba menerornya. Dan secara tidak langsung, orang tersebut bermaksud untuk mengganggu hubungan kisah asmaranya.
Redup.
702      418     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
Reality Record
3022      1048     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...