Read More >>"> Mistress (Demand) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mistress
MENU
About Us  

Namanya Keyra Egy Pillanatra. Namun ia lebih suka dipanggil Keyra dari pada Egy Pillanatra. Kalian tau kenapa? Egy Pillanatra dalam bahasa Hungaria artinya sesaat. Sebab Mamahnya seorang Imigrasi dari Hungaria, sementara papanya asli dari Indonesia tepatnya Pariaman. Ia tak tau mengapa orang tuanya memberikan nama itu, namun yang pasti ia tidak pernah menyukainya. Baginya Egy Pillanatra adalah nama kutukan. Sama hal dengan hidupnya yang dilahirkan sesaat untuk menikmati kebahagiaan, sampai semuanya benar-benar musnah.

Lima tahun yang lalu, seorang gadis berusia 13 tahun harus menangung hidup sebagai yatim piatu. Ditinggalkan keluarga tercinta, membuatnya menjadi gadis kecil rapuh, seakan kebahagian dirampas dari hidupnya.

Jika saat itu ia tak memaksa untuk pergi berlibur ke kampung halaman mamanya di Hungaria, malapetaka itu tak mungkin terjadi. Namun Takdir tak dapat dielakan dan ia harus menerimanya. Papa dan mamanya lebih dulu pergi, menghadap Sang Pencipta dan meninggalkan luka. Hingga kebahagian hanya sesaat mampir, sebelum direngut oleh takdir.

Sejak saat itu ia sangat membenci nama belakangnya, ia lebih suka seseorang memanggil namanya Keyra yang artinya cantik. Tentunya nama itu sesuai dengan dirinya, gadis pemilik tubir mungil dan wajah sedikit kebulean, memiliki mata coklat bulat yang indah. Kulitnya putih namun tubuhnya sedikit lebih pendek. Karena ukuran tubuhnya yang pendek itulah Keyra akhirnya dipertemukan dengan Mohamed Atlas AlFateh, pria dengan tubuh tinggi dan wajah tampan yang mampu menabur rindu pada hati gadis di sekolah Taruna Bangsa.

“Cantik sih, tapi sayangnya pendek. Nanti kalau gue jalan sama dia, dikirain adek gue lagi,” Tukasnya saat sedang duduk di belakang kelas dengan segerombolan murid laki-laki di jam kosong pelajaran.

"Kalau yang duduk paling depan, rambut di kuncir dua gimana Las?” tanya Rio.

“Nggak deh, culun. Gue nggak suka sama cewek yang kelakuannya kayak anak TK, nanti dikatain memacari anak di bawah umur lagi.” Atlas tertawa terpingkal-pingkal diikuti oleh anak laki-laki lainnya yang ikut gabung, dengan segerombolan anak-anak yang selalu bikin rusuh di dalam kelas.

Suasana di kelas semakin heboh, saat beberapa anak laki-laki bermain ABCD dengan menyebutkan nama-nama benda, jika salah satu dari mereka tidak bisa menjawab, mereka harus rela wajahnya dicoret sebagai hukuman. Sementara rombongan yang lainnya memilih untuk bernyanyi, sehingga suasana kelas tidak bisa lagi dikendalikan.

Keyra yang tak ingin jam kosong pelajaran di isi dengan hal-hal tak berguna, ia lebih memilih ke ruangan guru, meminta tugas untuk mengisi kekosongan mata pelajaran yang gurunya hari ini tidak dapat hadir. Setelah mendapat soal, Keyra kembali lagi ke kelas. Tiba-tiba suasana yang tadi heboh, mendadak hening. Semua menoleh pada satu orang yang sedang berdiri di depan kelas, sambil menuliskan soal-soal Matematika pada papan tulis.

Atlas berdiri dari tempat duduknya, kemudian berjalan ke depan dan duduk di atas meja. Ia melipat kedua tangannya di dada, dengan tatapan tidak suka. Sesekali berdeham, sehingga membuat beberapa siswa di kelas saling melirik satu sama lain.

“Eh, ustadzah. Kalau lo mau caper sama guru, bukan di sini tempatnya! Maksud lo apa, pake minta tugas ke ruang guru? Ini kelas XII IPS B, bukan XII IPS A. Jadi sebagai penghuni baru di kelas ini, lo nggak ada hak buat ngatur-ngatur. Ketua kelasnya gue, jangan jadi sok penguasa!” Atlas menatap Keyra tidak suka.

Ya sejak kelas 1-2 Keyra selalu berada di kelas unggul (A), nilai yang stabil membuat gadis itu selalu menjadi murid kebanggan sekolah. Namun menginjak kelas tiga ada musibah terjadi dengan Keyra, yang akhirnya memaksa gadis itu harus dipindahkan ke kelas XII IPS B.

Keyra membalikkan badannya, kemudian menyipitkan mata. Gadis cantik dengan hijab menghiasi kepalanya berjalan ke arah Atlas, kemudian menggebrak meja dengan buku yang ada di tangannya.

"Pantes dari kelas satu sampai sekarang, nilai lo jeblok terus. Sekarang lo bisa masuk kelas XII IPS B aja, gue nggak percaya. Harusnya murid kayak lo masuk kelas XII IPS D! Dan satu lagi, sekolahan ini bukan punya Bokap lo, jadi lo nggak ada hak buat berkuasa di sini!”

Tangan Atlas mengepal, matanya menatap tajam Keyra. Namun sebisa mungkin, ia mencoba menahan emosinya.

“Percuma lo pake Jilbab kalau kelakuan lo kayak setan!”

Keyra mengangkat kepalanya, emosinya kali ini meletup-letup memenuhi rongga-rongga dadanya. Ia menarik napas dalam-dalam, memejamkan matanya sebelum akhirnya ia kembali bicara.

“Katakan ke gue di mana letak kesalahan gue, sampai lo ngehina gue kayak gitu Las! Apa salah, kalau gue pengen lo semua yang ada di sini belajar bareng, dapat nilai bagus bareng-bareng, terus kita lulus bareng-bareng. Dan jangan pernah lo, ngehina jilbab gue ini.  Dan gue heran, kenapa cewek-cewek di sekolah ini tergila-gila sama loe? Padahal otak sama kelakuannya nggak singkron.” Keyra menggeram hingga matanya mulai berembun.

“Makanya kalau nggak gue perintahin buat minta soal ke guru, jangan sok-sokan buat minta. Lo aja yang kerajinan. Carmuk lo!”

“Gue heran gimana bisa lo jadi ketua kelas dengan sikap lo yang kayak gini!”

“Kenapa! lo nggak suka? nggak peduli persepsi lo, buktinya gue yang kepilih.” Atlas berjalan ke tempat duduknya. Sementara Keyra masih mematung dengan air mata yang tiba-tiba menyelinap turun. Tangannya mengepal, ia kemudian berlari keluar kelas. Jika sudah seperti itu, tempat yang menjadi markasnya untuk meluapkan segala emosinya adalah toilet.

Melihat situasi itu, Reno yang baru tiba dan berdiri di depan pintu langsung berjalan mendekati Atlas. Alisnya naik, dengan wajah tidak suka menatap pria itu.

“Lo cowok, tapi cemen. Nggak ada lawan yang pas buat diajak berantem? Sampai-sampai nyari lawan cewek. Itu celana mending ganti aja sama rok,” Tukasnya menatap Atlas sinis sambil melempar tasnya ke atas meja, kemudian melayangkan pinggulnya di kursi.

Atlas sepontan berdiri dan berjalan kebangku Reno, kemudian menarik kerah pria itu. Reno tak bereaksi, ia hanya pasrah saat Atlas menatapnya tajam. Justru yang ditunjukkan Reno adalah wajah santai dan sesekali ia menyeringai. Atlas yang mudah naik darah, tersulut dan kemudian mendorong tubuh Reno hingga terjatuh.

“Baru aja digituin emosi, gimana orang yang tiap hari lo bully?” Reno melepas cengkraman tangan Atlas di kerah bajunya kemudian berdiri.

“Gue ngebully ada maksud dan nggak asal ngebully setan,” Teriaknya di wajah Reno dengan tangan mengepal.

"Mulut lo yang setan, nggak pernah di ruqiyah ya mulut lo?”

"Sialan lo!” Atlas menyerang Reno dengan meninju rahang lelaki berhidung mancung itu, hingga sempoyongan ke lantai.

Reno tak mau kalah ia membalas dan mendudukkan tubuh Atlas hingga berada di perutnya, untuk membalas tinjuan dari pria itu. Tapi Atlas malah mendorong tubuh Reno untuk menyingkir dari perutnya kemudian membalas tinjuan Reno, sehingga menciptakan cairan darah pada sudut bibirnya. Leo yang panik menyuruh teman-temannya untuk melerai perkelahian itu, sehingga kedua pria itu akhirnya dapat dipisahkan.

“Nama lo doang yang bagus Mohamed Atlas Alfateh, namun sikap lo kayak brandalan.”

Brengsek lo!” Pria itu mengerang, memberontak minta dilepaskan. Namun Leo yang tau, sikap keras kepala Atlas semakin memperkuat pegangannya. Agar pria itu tidak lepas kendali dan membuat kekacauan lebih parah lagi.

Keduanya saling bertatapan tajam. Hingga akhirnya, suara Pak Andra berhasil membuat sebagian siswa melimpir ke bangkunya masing-masing. Meninggalkan kedua pria itu di depan kelas dengan wajah penuh memar.

“Kalian berkelahi?” Teriaknya memukul meja, dengan tatapan marah.

Kelas hening

“Reno, Atlas ikut ke ruang saya!”

Ke dua pria itu, berjalan di belakang Pak Andra. Kemudian masuk ke dalam ruangannya. Atlas yang semula duduk di pojok sebelah kanan, sementara Reno duduk di pojok sebelah kiri, keduanya tertunduk sambil memegangi wajahnya yang terasa nyeri.

“Sakit?”

Keduanya mengangguk.

“Bagus. Besok ulangin lagi ya! Sekarang duduk berhadap-hadapan?” Titahnya dengan suara meninggi. Sehingga membuat Atlas reflek pindah tempat duduk berada diseberang Reno. Kini keduanya saling bertatapan.

“Sudah kelas tiga, tapi kelakuan masih kayak anak SD. Seharusnya kalian mencontoh adik-adik kelas kalian dengan prestasi, bukannya mencontoh yang tidak baik. Sekarang saling minta maaf?”

“Dia dulu yang salah Pak, datang-datang langsung ngatain saya,” Tukas Atlas seperti anak kecil yang sedang ngadu ke orang tuanya.

“Kalau dia nggak mulai duluan cari gara-gara sama anak cewek di kelas, saya nggak akan nyerang Pak. Cewek itu harus dilundungi, bukan disakiti dan saya hanya membela yang patut dibela. Bukankah kebenaran harus selalu ditegakkan?” Tukas Reno, yang kemudian diberi anggukan oleh Pak Andra.

“Kalau begitu sekarang kalian berjabatan tangan. Atau saya akan beri kalian skorsing selama seminggu!” Mata Pak Andra Menatap Atlas dan Reno bergantian.

Keduanya reflek berjabatan tangan dan serentak mengucapkan, “Saya janji tidak akan mengulanginya lagi.” Kemudian disusul dengan berpelukkan dan ekspresi tidak suka.

***

Keyra baru kembali dari toilet.

Setelah melepaskan penat, rasa kesal dan amarah yang membuncah di dadanya. Saat ia mengambil posisi duduk, Mita teman sebangkunya berbisik dengan wajah terlihat panik.

“Key tadi Reno ngebelain lo, terus dia berantem deh sama Atlas. Sekarang mereka dibawa Pak Andra ke ruangannya!” Keyra terkejut dan reflek berlari ke ruangan Pak Andra, sesampainya di sana, ruangan itu sudah kosong.

“Hei, lo nyariin siapa?” Tanya Reno mengikuti arah mata Keyra, sambil memegangi pipinya yang memar.

Tiba-tiba ia kaget saat Reno kini berdiri di belakangnya. Spontan rasa cemas menyerbu Keyra saat melihat wajah Reno penuh luka. Konsentrasinya tiba-tiba menurun seperti ada potongan aneh kini berputar di kepalanya. Wajahnya pucat, tangannya tiba-tiba gemetar. “Nggak ada apa-apa Key” Batinnya.

“Key..lo kenapa! kok jadi pucat, lo sakit?” Reno menyadari perubahan wajah Keyra.

“Nggak, gue nggak apa-apa.” Keyra terlihat bingung, dengan napas yang tidak stabil, seperti habis berlarian  jauh.

“Lo yakin nggak apa-apa? muka lo pucat banget soalnya,” Ucap Reno menunjuk wajah Keyra.

“Beneran nggak apa-apa. Gue lupa, gue kan lagi nyariin Pak Andra. Pipi loe kenapa?” Tanyanya lemas sambil menunjuk wajah Reno.

“Nggak apa-apa cuma luka kecil doang. Ke kelas yuk!” Ajaknya.

“Kecil apanya! Kalau nggak diobatin bisa infeksi tau. Mending kita ke UKS dulu, biar luka lo bisa diobati?” Ajak Keyra

“Tapi!”

“Udah bawel, ikut gue,” Tukasnya berjalan menuju ruang UKS, Reno yang bingung hanya mengangguk mengikuti Keyra.

Sesampainya di UKS. Atlas yang sudah lebih dulu di sana, tampak jengkel saat melihat dua orang yang memancing emosinya memasuki ruang UKS. Keyra memilih menunggu di depan pintu, sementara Reno duduk di kursi kosong belakang Bu Reina yang sedang membersihkan luka Atlas.

“Kenapa! Kamu luka juga?” Guru itu menoleh ke belakang.

Reno hanya mengangguk.

“Tunggu sebentar?” Tukasnya sibuk memolesi obat merah di bagian pelipis Atlas.

"Iya bu."

“Lain kali kalau ke sekolah itu belajar, bukan berkelahi. Kalian mau ngulang sekolah dan nggak lulus?”

Keduanya terdiam.

"Sudah selesai, nanti sampai rumah kasih obat merah lagi. Sekarang giliran kamu?" Bu Reina berdiri dan berjalan ke arah Reno setelah mengobati Atlas.

Atlas hanya mengangguk kemudian berdiri dan pergi meninggalkan ruang UKS dengan tatapan jengkel. Mata Atlas beradu dengan mata coklat milik Keyra keduanya saling diam dan memasang wajah dingin.

“Sudah selesai, nanti di rumah pipinya dikompres ya!”

Reno mengangguk, kemudian ia pun izin kembali ke kelas diiringi Keyra berjalan bersisihan dengannya. Gadis itu mengepal ke dua tangannya, dengan wajah menunduk. Bibirnya terasa kelu seperti ingin menyampaikan sesuatu, namun ia ragu dan hanya bisa menggigit bibir bawahnya.

Setelah beberapa detik ia memejamkan matanya, gadis itu membuka suara.

“Terima kasih, udah ngebelain gue!” Kaki Reno terhenti, melirik ke samping kemudian tersenyum.

“Jangan PD gue nggak ngebelain lo kok, gue emang lagi ada masalah aja sama dia.” Reno melirik Keyra yang berjalan di sampingnya sambil tertunduk, sementara Reno tersenyum bangga, bisa bersama wanita yang sejak kelas satu sudah membuatnya terhipnotis.

“Oh…”

“Kok oh aja?”

“Terus gue mau bilang apa lagi, kirain lo berantem gara-gara gue.”

“Iya gara-gara lo. Coba sekali-kali lo lawan tu bencong, biar lo nggak selalu ditindas sama dia. Biar gue juga ngerasa nggak perlu lagi mengkhawatirkan lo.”

Deg….kalimat itu berhasil membuat jantungnya terhenti. Ia tak percaya dengan apa yang baru saya terlontar dari mulut pria yang merupakan saingannya di kelas. Reno pria dengan tubuh tinggi, jika berjalan dengan Keyra, gadis itu hanya seketiak Reno. Ia tak hanya jago dalam hal pelajaran, namun juga ahli dalam hal olahraga. Salah satunya Reno adalah atlet badminton di SMA Taruna Bangsa.

“Maksudnya!” Keyra memberanikan diri mengangkat wajahnya.

“Nggak usah dipikirin, mendingan ke kelas aja yuk?” Reno tertawa, kemudian berjalan menuju kelas yang diikuti Keyra di belakangnya.

***

Keyra membaringkan tubuhnya di atas kasur, kejadian siang tadi di sekolah benar-benar sudah menguras tenaganya. Terlintas sekilas bayangan Reno menari-nari di atap kamarnya, segera ia halau saat bayangan Atlas mengacaukan semuanya.

“Atlas!” Teriaknya dengan gigi menggeram. Membuat Sari, wanita setengah abad itu berjalan ke kamar Keyra.

“Key, Keyra?” Wanita itu mengetuk pintu kamar cucunya, membuat Keyra berlonjak dari ranjangnya kemudian menghampiri pemilik suara itu.

“Nenek, masuklah!” Keyra membuka pintu dan mempersilahkan neneknya masuk.

“Tadi kenapa teriak?” Tanyanya sambil berjalan dan kemudian melayangkan pinggulnya di tepi ranjang.

“Nggak apa-apa Nek. Nenek nggak ke kantor?” Tanya Keyra balik, sambil memijat lembut tangan neneknya.

“Tadi Nenek nggak enak badan. Kata dokter harus banyak-banyak istirahat, umur seperti nenek ini seharusnya berdiam di rumah,” Tukasnya menghembuskan napas.

Keyra terdiam, ada perasaan hangat menjalar di tubuhnya. Ia menatap sendu wajah perempuan yang sudah tua dengan kulit yang sudah keriput. Perempuan itu memutar pundak cucunya hingga kini berhadapan dengannya.

“Keyra tau, semenjak Papa dan Mamamu pergi meninggalkan kita. Hanya ada Keyra satu-satunya harta Nenek yang paling berharga. Perusahaan, rumah dan semuanya nggak akan bisa ngegantiin Keyra,” Ucapannya terhenti, ia menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya kembali melanjutkannya.

“Nenek pernah putus asa, saat Nenek juga hampir kehilangan kamu. Jika saat itu Nenek nggak memasukkan kamu ke pesantren entah bagaimana nasib kamu saat ini. Keyra, nggak marah sama Nenek?”

Gadis itu terdiam.

Tiba-tiba matanya terasa panas, bayangan lima tahun silam memenuhi ruang memorinya. Menari-nari seakan menginstal kembali adegan lama yang sempat hilang, memberi cela untuk diputar.

Kalau ditanya, bagian dirinya yang paling ia benci apa? Gadis itu akan menjawab, bagian nama belakangnya. Ia tidak pernah menyukai nama yang disandangnya sejak lahir. Karena nama itu, ia menikmati kebahagian bersama orang-orang yang dicintainya hanya sesaat.

Dua tahun lamanya, sejak tragedi lima tahun yang lalu, gadis itu perlahan bisa menerima Takdirnya. Ia semakin religius dan memutuskan untuk berhijab. Menjelang masuk SMA Neneknya meminta ia untuk tinggal bersama, karena kondisinya yang sudah mulai tua dan sakit-sakitan. Ia tak ingin di masa menunggu detik-detik ajalnya, ia jauh dari cucu semata wayangnya.

Saat itu Keyra memutuskan untuk keluar dari pesantren dan menemani neneknya tinggal dalam rumah yang serba mewah. Meski ia adalah pewaris tunggal, namun siapa sangka jika gadis itu sangat sederhana. Bahkan selama tiga tahun, Keyra berhasil menyembunyikan identitasnya dari teman-teman sekolahnya, terkecuali Mita sahabatnya. Siapa dia dan dari keluarga mana ia datang.

Gadis itu menghela napas panjang, kemudian mengecup kedua tangan neneknya.

“Key janji, Key nggak akan ngulangi hal yang sama. Seharusnya Key bersyukur Allah masih kasih Key kesempatan untuk bisa ngeliat nenek. Maaf kalau dulu Key udah bikin nenek khawatir, sempat berpikir untuk mengakhiri hidup. Maafin Key Nek?” Suaranya mulai bergetar. Ada kepedihan yang dirasakannya setiap kali terbayang kejadian lima tahun lalu. Gadis itu reflek memeluk tubuh neneknya.

Sari menarik tubuhnya dari dekapan Keyra. Kemudian memegangi ke dua pundak cucunya, sebelum akhirnya ia kembali bersuara.

“Keyra mau buat nenek bahagia?” Tukasnya menatap mata cucunya.

Gadis itu hanya mengangguk.

“Nenek ngerasa hidup nenek hanya sebentar….”

“Nek, kita nggak tau Takdir Allah, jadi nenek nggak punya hak untuk berbicara seperti itu!” Keyra memotong, sebelum akhirnya dilanjutkan kembali oleh neneknya.

“Kematian itu adalah hal yang pasti Key, hanya saja kita tidak tau kapan dijemputnya. Nenek nggak bisa meninggalkan kamu seorang diri. Bisa Keyra memenuhi permintaan nenek?” Sari menatap penuh harap sambil memohon.

Keyra kembali mengangguk.

“Nenek mau ada seseorang yang menjaga Key, saat nenek benar-benar pergi dari dunia ini. Nenek mau memastikan bahwa cucu nenek benar-benar bersama seseorang yang tepat.”

“Maksud nenek?” Tanyanya bingung.

“Nenek ingin menikahkan kamu dengan cucu teman nenek. Nenek kenal keluarganya mereka keluarga baik yang mengerti agama. Nenek berharap, bersamanya Keyra bisa bahagia. Anaknya salah satu rekan bisnis nenek, kalau Keyra sayang sama nenek, Keyra mau memenuhi permintaan nenek!”

Kalimat itu meluncur, membuat pertahanan Keyra seketika roboh. Napasnya tersekat, seperti ada aliran panas menjalar di seluruh tubuhnya. Ia reflek berdiri dan melepas genggaman tangan neneknya, dengan ekspresi kecewa.

“Nek, Keyra masih sekolah, kelas tiga. Keyra mau ngejar mimpi Keyra, buat bahagiain nenek. Keyra nggak mau sia-siain masa muda Key Nek. Apa yang bakalan terjadi kalau sampai teman-teman di kelas tau, kalau Keyra udah nikah? Ini benar-benar nggak masuk akal, ini ide gila.”

“Kita rahasikan, sampai kamu lulus. Kita adakan acara kecil-kecilan undang keluarga inti sudah cukup Key, lagi pula umur Key sudah 18 tahun. Mengejar impian dan kuliah bisa sambil menikah. Buktinya nenek waktu nikah sama kakek masih bisa berkarir bersama.”

“Dulu sama sekarang itu beda Nek, Pendidikan zaman sekarang nomor satu.”

“Siapa yang bilang kamu ngelupain pendidikan? Kamu tetap sekolah, kuliah dan mengejar impianmu. Hanya saja ada seseorang yang bisa menjaga kamu selain nenek.”

“Aku nggak butuh orang lain. Aku hanya butuh nenek, itu sudah cukup.”

“Key dengar nenek. Ada kalanya nenek akan pergi menyusul papa, mama, dan kakek kamu. Fisik seperti nenek nggak akan lama di dunia. Kalau Papa sama Mama kamu masih ada, nenek nggak akan memaksa kamu untuk menikah. Nenek justru akan nyuruh kamu, untuk mengejar mimpi kamu. Karena nenek ngerasa, hidup nenek nggak akan lama, nenek ingin ada orang yang bisa menjaga kamu. Kalau nenek nggak ada, kamu sebatang kara Key, siapa yang jagain kamu? Nenek Cuma punya kamu dan nenek nggak mau cucu nenek luntang lantung nggak jelas sepeninggalan nenek.”

“Nenek nggak boleh ngomong kayak gitu, kalau nenek maksa Key untuk terapi. Oke! Key nggak akan nolak. Tapi nggak untuk menikah.” Isak tangisnya tiba-tiba pecah.

Gadis itu langsung berlari keluar kamar, kemudian menuruni anak tangga menuju kesebuah rumah kayu kecil bersegi empat yang letaknya di atas pohon, dengan terasnya penuh beraneka bunga warna warni yang bisa memanjakan mata. Hanya tempat itu yang bisa membuat Keyra menenangkan hatinya setiap kali ia merasakan Stres, Kesal bahkan sulit tidur.

Tangis Keyra semakin kencang. Wajahnya memerah semuanya bercampur aduk. Ada rasa bersalah karena menyakiti hati neneknya yang selama ini berusaha merawat dan merangkulnya dari keterpurukan yang panjang, namun dilain sisi ia tak ingin jika harus menikah secepat itu.

Tiba-tiba napasnya sesak, sebuah bayangan tiba-tiba berputar silih berganti dimemorinya. Keyra memegang kepalanya dan merebahkan tubuhnya di matras dengan bantal kecil sebagai penyanggah kepala. Ia menarik napas panjang, kemudian memejamkan matanya meski mencoba melawa rasa takut itu, lama kelamaan ia tertidur dengan keringat bercucuran di keningnya. Tanpa sadar air mata meluncur  dari sudut matanya.

 

Jangan lupa Like dan komennya ditunggu ya untuk perbaikan penulis 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Datang Tanpa Menyapa
712      459     2     
Short Story
Setelah Reina menolong Azura, dia mendapat kesempatan untuk kuliah di Jepang. Kehidupanya selama di Jepang sangat menyenangkan sampai hari dimana hubungan Reina dengan keluarga Azura merenggang, termasuk dengan Izana.salah satu putra Azura. Apa yang sebenarnya terjadi? dan mengapa sikap Izana berubah?
Help Me to Run Away
2257      946     12     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...
Blue Island
84      72     1     
Fantasy
Sebuah pulau yang menyimpan banyak rahasia hanya diketahui oleh beberapa kalangan, termasuk ras langka yang bersembunyi sejak ratusan tahun yang lalu. Pulau itu disebut Blue Island, pulau yang sangat asri karena lautan dan tumbuhan yang hidup di sana. Rahasia pulau itu akan bisa diungkapkan oleh dua manusia Bumi yang sudah diramalkan sejak 200 tahun silam dengan cara mengumpulkan tujuh stoples...
The Rich
82      77     0     
Romance
Hanya di keluarga Andara, seorang penerus disiapkan dari jabatan terendah. Memiliki 2 penerus, membuat Tuan Andara perlu menimbang siapakah yang lebih patut diandalkannya. Bryan Andara adalah remaja berusia 18 tahun yang baru saja menyelesaikan ujian negara. Ketika anak remaja seumuran dengannya memikirkan universitas ataupun kursus bahasa untuk bekal bersekolah diluar negeri, Bryan dihadapka...
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
5732      1802     13     
Romance
Usai gagal menemui mahasiswi incarannya, Yoga menenangkan pikirannya di sebuah taman kota. Di sana dia bertemu seorang pengemis aneh. Dari pengemis itu dia membeli sebuah sepatu, yang ternyata itu adalah sebuah sepatu butut keramat, yang mana setiap ia coba membuangnya, sebuah kesialan pun terjadi.
Kare To Kanojo
5192      1453     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
Man in a Green Hoodie
4217      997     7     
Romance
Kirana, seorang gadis SMA yang supel dan ceria, telah memiliki jalan hidup yang terencana dengan matang, bahkan dari sejak ia baru dilahirkan ke dunia. Siapa yang menyangka, pertemuan singkat dan tak terduga dirinya dengan Dirga di taman sebuah rumah sakit, membuat dirinya berani untuk melangkah dan memilih jalan yang baru. Sanggupkah Kirana bertahan dengan pilihannya? Atau menyerah dan kem...
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
7836      2511     4     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
Love Invitation
515      357     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?
Dont Expect Me
451      333     0     
Short Story
Aku hanya tidak ingin kamu mempunyai harapan lebih padaku. Percuma, jika kamu mempunyai harapan padaku. Karena....pada akhirnya aku akan pergi.