Saat masih kecil, sebagian dari kita pernah berbohong pada orangtua dengan berpura-pura sakit di pagi hari. Biasanya hal ini dilakukan supaya bisa tidak masuk sekolah karena kebetulan di hari itu kita lupa kerja PR. Kalau aku sih biasanya pura-pura sakit jika lagi mager dan tiba-tiba disuruh sama Ibu.
Tapi bagi beberapa orang, kebiasaan ini masih ia lanjutkan hingga menginjak usia dewasa. Namun, tak jarang loh ada yang melakukannya demi mencari perhatian atau rasa kasihan dari orang lain, bahkan dijadikan tameng saat lagi berantem dengan pasangannya!
Ternyataa, itu disebut sindrom pura-pura sakit, bahasa kerennya adalah Munchausen. Apa sih itu Munchausen? Oke jadi kali ini aku akan menceritakan tentang seseorang yang terkena sindrom Munchausen. Pertama-tama mari kita bahas apa itu Munchausen.
Dari hasil pencarian ku di Mbah Google, *Ini di copy dari Google yah* Sindrom Munchausen atau sindrom pura-pura sakit adalah salah satu jenis gangguan jiwa. Penderitanya akan memalsukan berbagai gejala dan keluhan penyakit, baik fisik maupun psikis. Namun, kebanyakan penderita sindrom ini akan berpura-pura memiliki penyakit fisik tertentu. Mereka tak akan ragu untuk mengakses fasilitas kesehatan misalnya dengan pergi ke rumah sakit, periksa ke dokter, mencari obat di apotek, hingga menjalani berbagai tes untuk mengobati penyakit fiktif (palsu) yang diidap ini.
Tak tanggung-tanggung loh, dia biasanya akan mengaku terkena penyakit yang membahayakan nyawa. Contohnya, sakit jantung atau kanker, bahkan dengan sengaja membuat penyakit dengan minum obat supaya overdosis, menyakiti dirinya, menjatuhkan diri supaya terluka atau melukai bagian tubuh tertentu. Semua itu dilakukan semata-mata cuma untuk mendapatkan perhatian atau dikasihani supaya mendapatkan dukungan.
Kenapa sih masih ada orang yang mau berpura-pura sakit? Salah satu jawabannya karena dia korban Bucin! You know kan apa itu Bucin? Apakah masih perlu dijelaskan disini? Baiklah, nanti kita bahas tentang Bucin, kita selesaikan dulu bagian Munchausen ini.
Jadi, tujuan utama penderita sindrom Munchausen adalah untuk mendapatkan perhatian, simpati, rasa iba, dan perlakuan baik entah dari teman, keluarga, atau kerabat, dan yang terpenting adalah pasangan.
Seseorang bisa saja tiba-tiba Pura-pura sakit (Munchausen) disaat lagi punya masalah dengan orang yang ia sayang. Salah satu orang yang pernah ku kenal yang mengalaminya adalah teman kuliahku dulu. Namanya Angelia, dia seorang wanita beragama Nasrani. Kami begitu akrab hingga akhirnya aku perlahan menjauhinya. Bukan karena perbedaan agama yang membuatku menjauhinya melainkan sikapnya yang saat itu selalu berpura-pura, mendramatisir bahkan merepotkan orang sekitarnya. Pokoknya dia itu lebay dan itu semua karena dia korban Bucin!
Pertama kenal dengan Angelia saja dia sudah menceritakan tentang kematian sahabatnya, keluarganya yang berantakan, ia terpisah dengan ibunya sejak masih kecil dan katanya ia sering mengalami pelecehan seksual. Meskipun dari awal aku tau jika semua itu cuma cerita yang sengaja di dramatisasi agar pendengar bisa percaya dan kasihan padanya tapi tetap saja aku percaya dan tetap berteman dengannya.
Angelia sangat menikmati kebohongannya demi simpati yang ia dapatkan. Hingga akhirnya suatu hari ia bertengkar dengan pacarnya. Hari itu aku bersamanya kemudian tiba-tiba ia pingsan. Sebagai manusia biasa aku pasti panik dong dan segera menolongnya. Ia sempat sadar dan memintaku untuk membawanya ke kost ku. Tanpa berpikir panjang aku langsung menuju ke kost dengannya.
Di kost ku ia bercerita dengan keadaan lemas. Ia menceritakan tentang penyakit yang ia derita. Katanya sih dia terkena penyakit jantung dan tekanan darah tinggi makanya ia kalau emosi selalu tiba-tiba pingsan. Tiap hari ia harus mengkonsumsi obat penurun tekanan darah, kalau tidak salah nama obat itu Amlodipine, saat itu dia memperlihatkan obatnya.
Beberapa hari aku merawatnya, sehabis pulang kuliah kami menuju ke kost ku untuk istirahat dan mendengarkan curhatannya. Dia juga pernah bercerita jika ia sudah melakukan *maaf* hubungan badan dengan kekasihnya. Parahnya lagi, sudah beberapa kali ia menggugurkan kandungan dengan meminum obat-obatan jika ia tau sudah beberapa bulan tidak haid. Saat itu dia menangis tersedu-sedu seolah menyesali perbuatannya. Aku memberi saran untuk berhenti bertahan dengan kekasihnya namun apalah dayaku yang tak bisa banyak berteori karena tak pernah merasakan menjadi dia.
Dibalik rasa bencinya dengan kekasihnya yang katanya suka selingkuh dengan wanita lain, dia juga begitu sayang karena katanya kekasihnya baik, selalu memberikan hadiah dan blablabla... Dia juga bertahan karena tak ingin lagi melakukan hubungan badan dengan lelaki lain. Dia tetap ingin jika kekasihnya saat ini menjadi suaminya.
Sebenarnya aku kasihan dengan mereka yang bertahan karena kesalahan yang ia lakukan. Mereka mau mempertahankan apa lagi jika rasa cinta sesama sudah tak ada?
Si pria bertahan hanya karena gengsi ingin terlihat setia, takut nama keluarganya rusak, dan sangat ketakutan jika si wanita nekat bunuh diri, sedangkan si wanita bertahan karena merasa dirinya tak ada harganya lagi, semua sudah ia serahkan termasuk tubuhnya yang begitu berharga.
Tak ada cara lain bagi si wanita kecuali memaksakan kehendak untuk dinikahi oleh kekasihnya dan cara supaya mencapai tujuan itu hanyalah dengan kepura-puraan. Berpura-pura sakit (Munchausen) adalah cara yang paling mudah bagi Angelia. Segala penyakit serius telah ia pelajari, mulai dari teori sampai nama obat-obatan telah ia kuasai hanya demi mencapai tujuannya.
Sifat Munchausen itu berdampak kepada kehidupan sehari-harinya. Ia begitu menikmati jika mendapatkan perhatian oleh orang sekitarnya. Kalau merasa sakit biasanya dia begitu kesakitan atau bahkan sangat lemas seolah hari itu adalah hari terakhirnya.
Saat itu aku merasakan ada keganjalan dengannya makanya aku berusaha menjauh dan ternyata memang benar jika selama ini semua yang ia ceritakan tidak nyata alias kebohongan. Akhirnya ia pun mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya yang katanya baik itu dan seketika sakit jantung, kanker, tekanan darah tinggi serta penyakit-penyakit kronis lainnya juga sudah sembuh. Namun pingsan serta lemas masih saja menjadi jurus andalannya, padahal dia tidak sakit apa-apa loh. Makanya rajin minum ramuan Rempah Jahe dan Kayu Manis dong... *sombong*
Dari dulu hingga sekarang masih ada saja yah sebagian dari kita yang menjadi korban Bucin (Budak Cinta), menghamba pada cinta, bertahan karena kesalahan dan penyesalan, bahkan ada yang bertahan hanya karena balas Budi, tak ada lagi rasa cinta karena ikhlas tanpa paksaan.
Sekarang mereka bukan lagi bertahan karena cinta namun karena ego semata. Semua rela dilakukan hanya untuk pemuasan ego sesaat. Melakukan tindakan yang sangat tidak masuk akal hanya karena ingin melindungi diri karena takut ditinggalkan! Bagiku, kalian payah, kalian lemah!
******
Menurutku, ada tiga hal paling dasar agar terhindar menjadi Bucin yang mengakibatkan Munchausen.
Yaitu, Lindungilah Kepalamu, Perutmu dan Kelaminmu!
Lindungilah Kepalamu (Pikiranmu), jangan selalu cepat percaya atas pendapat bahkan ajakan/bujukan orang lain termasuk pasanganmu.
Lindungilah Perutmu, usahakan jangan matre, selalu mau diberikan sesuatu termasuk selalu disuap (ditraktir) dengan makanan dan minuman, memang gratis sih, tapi di dunia ini hanya orangtua (Khususnya Hanya Seorang Ibu) yang mau dengan Ikhlas tanpa Pamrih memberi makan kepada anaknya. Kalau selalu diberi dan ditraktir berarti kamu juga harus balas budi dong! Dan itu akan selalu terulang loh!
Yang terakhir, Lindungilah Kelaminmu, You know kan what i mean? Inilah yang biasanya menjadi pemicu sindrom pura-pura sakit alias Munchausen dan inilah yang biasanya membuat orang sangat mudah dikuasai atau dikontrol jika tak mampu menjaga yang satu ini.
Hanya karena tiga hal dasar itu rasa sayang pun harus berubah menjadi penyesalan. Bertahan hanya karena alasan kesalahan dan penyesalan. Melakukan tindakan diluar kesadaran yang tidak masuk akal menjadi pilihan dan nyawa pun bisa menjadi taruhannya.
Namanya sama Kak kayak temenku. Maratus sholihah. Hehe.
Comment on chapter 1 | Al-maratus Sholihah - Dibalik Sebuah Alasan!