Read More >>"> LINN (10. HADIAH) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - LINN
MENU
About Us  

Hadiah

Semua orang melihat aksi Sara sebagai Linn dan kejadian malam ini, mereka terkejut mendapat serangan dadakan. Pesta tahun inipun kembali dinodai oleh insiden yang memilukan. Nyawa Addrin dalam bahaya. Sara beruntung bisa melindungunya, hanya saja Sara tidak percaya banyak yang mengintai nyawa Addrin. Sara mulai menimbang kembali kabar yang ia dengar tentang Addrin dan juga kerajaan Lasverre. Meski sadar ia sedang diserang tapi Sara tidak melihat ketakutan di wajah Addrin. Sara mulai berpikir mengenai suami yang tidak takut karena dihadapan rakyatnya atau karena memang sudah terbiasa mendapatkan hal seperti ini. Sara terus menerus memikirkan dihari pertunangan, bahkan ocehan Rawnie karena kehilangan dirinya tidak ia hiraukan sama sekali.

Udah lewat 6 hari sejak kejadian itu dan hari pertunangannya, namun Sara masih belum bisa melupakannya. Addrin yang sering melihatnya dibalas dengan tatapan kesedihan dari Sara. Sara tidak mengerti dengannya kali ini, biasanya ia merasa risih dan aneh setiap kali dua bola mata itu menjurus kearahnya. Sara tidak menyadari jika tatapan yang diberikan Addrin itu membuat anggota kerajaan lain dan tunangannya memiliki tanda tanya besar kepada Sara yang bisa dipastikan jarang sekali keberadaannya berada didalam istana. Ia hanya berada di istana saat waktu penting saja seperti acara istana ataupun makan malam. Sisanya tidak ada yang mengetahui keberadaan Sara bahkan Raska yang sering menghabiskan waktu bersamanya sering sekali mencari keberadaanya. Sarapun jarang sekali bergabung dengan tunangan yang lain, sama seperti Misha hanya saja ia tetap memberitahu keberadaannya.

Makan malam ini masih sama seperti pada malam biasanya, tetap sunyi dan tidak ada suara apapun hanya suara dari perlatan makanan.

“Maaf yang Mulia, ada keadaan darurat?” ujar serang komandan pasukan yang terpaksa masuk.

“Ada apa?” kata Raja.

“Wilayah Barat kerajaan sudah diserang oleh Kerajaan Daarz” ujar Komandan.

“Baiklah… kumpulkan yang lainnya” ujar Raja terbangun dari duduknya disusul semua anggota kerajaan lainnya yang langsung ikut berdiri. “Kalian lanjutkan makan”

Sara tidak percaya jika perang masih belum selesai juga, ia pikir selama ini sudah tidak terjadi apapun, bahkan Sara tidak pernah mendengar lagi dari Pon, karena hal itu jugalah ia sudah tidak pernah menutup wajahnya  lagi menjadi Lingga. Melihat wajah komandan dan Raja sepertinya tidak semudah itu permasalahannya. Kekhawatiran diwajahnya sepertinnya perang masih berlangsung. Sara melirik ke Rawnie berharap akan ada penjelasan tentang semua yang terjadi. Rawnie mengetahui akan lirikan mata Nonanya yang tegas, ia yakin jika Sara benar-benar marah.

“Ayah. Aku akan ikut bersama ayah” ujar Leo.

“Addrin, Bertin kalian ikut juga” titah Raja.

Makan malam usai tidak lama setelah kepergian sang Raja. Sara langsung buru-buru melirik Sara dengan tajam meminta penjelasan. Rawnie mengikuti Sara dari belakang, terasa jelas aura yang keluar dari Sara. 

“Sara” Panggil Raska yang mengharuskannya menoleh.
Raska menghampiri Sara dengan senyumnya yang merekah, satu hari saja tidak bertemu membuatnya ingin terus bersamanya, walau Ia sadar siapa Sara. Tapi hatinya tidak bisa membohongi betapa rindunya kepada Sara. Sara sedikit kesal karena ia datang di waktu yang tidak tepat. namun ia tidak bisa mengecewakan Raska. Untuk sementara Rawnie bisa bernapas lega karena bisa jauh dari Sara yang kini pergi bersama Raska. Raska mengajak Rawnie ke balkon menikmati pemandangan langit malam. Entah sejak kapan mulai dekat dengan Raska. Bahkan sesekali Raska memegang tangannya dan memeluknya. Awalnya Sara tidak pernah menghiraukan akan hal itu sebelum ia mendengar hal jelek tentang sara yang menggoda 2 pangeran sekaligus, dan hal itu juga yang membuatnya mengerti jika ia merasa dijauhi oleh tunangan yang lain. Meski ia tidak pernah menolak Raska namun kini ia sedikit hati-hati dalam bertindak.

“Raska kau tidak ikut dengan kakak-kakakmu?” Tanya Sara mengingat makan malam tadi.

“Aku hanya mendengar tapi aku tidak mungkin untuk ikut berperang” ujarnya.

“Apakah perang masih berlangsung?” Tanya Sara penasaran tidak bisa menunggu dari Rawnie.

“Perang masih berlangsung hanya saja tidak seperti sebelumnya, wilayah Kerajaan Lasverre tidak terlalu besar namun kami selalu menjaga wilayah-wilayah kami sampai kak Addrin mendapat kutukan itu, semua orang mengira kita lemah dan mereka menyerang secara diam-diam” jelas Raska.

“Bahkan beberapa daerah sudah hangus dan diungsikan ke ibu kota”

Sara dan Raska berbincang cukup lama ditengah malam. Sara terus menerus bertanya mengenai peperangan sedangkan Raska hanya bisa menjawab meski ia tidak ingin membahasnya. Sara telah melupakan sesuatu yang penting dalam hidupnya. Ia telah lupa jika ia telah memiliki calon dan hari ini adalah saatnya calonnya berkunjung ke kamarnya dan yang lebih penting lagi ia lupa jika malam ini adalah malam terkahirnya berumur 15 tahun. Sara mendongak kearah bulan, ia tersadar jika bulan telah meninggi. Ini sudah kelewat malam ia harus segera kekamarnya dan pastinya bertemu Rawnie.

“Rawnie kau bisa jelaskan sekarang” ujarnya sembari menutup pintu. “Arrgghhh… Si.. siapa kau?”

Sara tersungkur kepintu melihat sosok hitam yang belum jelas karena hanya mengandalkan terang bulan. Sosok itu sudah dipastikan bukan Rawnie ataupun Adia.

“Kau lupa padaku” ujarnya dengan sorot mata dingin.

“Yang Mulia” teriaknya. “Se… sedang apa kau disini?”

“Kau tunanganku? Kau lupa pada calon suamimu” ujarnya meledek.

Sara lupa siapa dirinya sekarang. Ia lupa jika ia telah memiliki calon suami mutlak dan tidak bisa tergantikan. Namun tetap saja ia tidak tahu harus berkata apa.

“Kau tidak perlu takut” ujarnya tenang.

Sara dan Addrin duduk berduaan. Addrin terlihat tenang tidak seperti Sara yang berpikir ratusan ribu cara untuk menghadapi keadaan seperti ini. padahal ia sering bersama lelaki tapi tidak pernah gugup seperti ini.

“Kau pernah menyukai seseorang?” tanyanya yang membuat Sara terbelalak.

Sara tidak tahu harus menjawab apa, perasaanya terhadap Narez masih belum jelas “E… e… “

“Bagaimana menurutmu jika ada seseorang yang menyukaimu?” Tanya Addrin.

“Eh… aku belum tahu” ujar Sara singkat terus tertunduk sembari menggenggam tangannya.

“Ah…” rintih Addrin kesakian memegang dada kirinya.

“Ada apa denganmu?” gelisah sara langsung menyentuh tangan kanan Addrin yang sedang meremas dadanya. “Kau tidak apa-apa?”.

Sara kelabakan kebingungan. “Aku harus panggil tabib” ujarnya pelan beranjak dari tempat tidur namun pergelangan tangan kanan Sara yang hendak turun ditahan oleh Addrin yang masih kesakitan. “Tidak perlu, aku sudah terbiasa, tabibpun  tidak akan bisa menyembuhkannya”
“Kau yakin?” Sara khawatir dengan keadaannya, disaat seperti ini hanya tabib yang bisa menyembuhkannya, ucapan dan gelengan kepala Addrin memaksa Sara mengikuti apa yang dikatakannya. Padahal jelas sekali jika wajahnya saat ini sangat pucat dan berkeringat. Sara merebahkan tubuhnya dengan pahanya menjadi bantalan untuk kepala Addrin agar ia bisa leluasa mengelap keringat yang terus keluar disekitar dahinya. Sarapun tidak sadar dengan posisinya karena kekhawatiran lebih jelas dibanding dengan perasaan pribadinya. Sara terus mengelap keringat Addrin yang tertidur lelap sampai Sara tidak sadar telah tidur dalam posisi duduk bersandar.

Sara yang mulai merasa lelah dipunggunnnya terbangun, ia tidak melihat Addrin bersamanya, matanya berkeliling mencari keberadaan Addrin, ia lega karena Addrin tertidur di meja belajarnya. Sara mengambil selimut, ia kenakan pada Addrin yang terlihat lelah. Ia melihat yang dibaca Addrin, ternyata ini sebuah peta, ia melihat peta yang sudah di beri tanda silang oleh Addrin, ia melihat satu persatu dengan seksama. Sara mulai mengerti maksud yang ditandai oleh Addrin, sepertinya itu adalah wilayah yang sudah diserang oleh kerajan lain karena memanfaatkan keterpurukan kerajaan Lasverre.
“Ini semua sudah gila” gumam Sara dalam hati, wilayah kerajan Lasverre sudah terlalu banyak yang terkena bencana, “Ini sangat parah” gumam kembali Sara melihat tanda itu sebentar lagi mengarah ke wilayahnya. Sara sulit menutup mata melihat kekisruhan dinegara ini. Sara lebih memilih duduk dibibir jendela menikmati bulan yang sebentar lagi mengakhiri tugasnya.


Sara mengerutkan kedua matanya yang masih tertutup namun sangat terasa sekali silaunya, bias cahaya matahari yang masuk dari jendela langsung menerpa Sara yang berada didekatnya, ia juga merasa hangat, ia membuka mata perlahan. Selimut yang sebelumnya ia balutkan ke Addrin kini membalut tubuhnya. Sara tersenyum semakin mendekap selimut yang masih beraroma Addrin itu, Aromanya sangat menenangkan sekali. ia tersenyum menyambut matahari yang sangat hangat terasa menerpa kulitnya. Tidak seperti pagi biasanya, ia merasakan kebahagiaan yang begitu membludak dihatinya.

Sara terbangun dari duduknya. Ia merasakan merinding karena sentuhan geli dari lehernya, Sara memegangnya, selama ini ia tidak pernah sekalipun menggunakan aksesoris kecuali dalam keadaan terdesak dan pastinya hanya sementara, Sara sangat terganggu sekali dengan sentuhan pada kulitnya. Ia melihat secarik kertas diatas tempat tidurnya beserta sebuah kotak. Secarik kertas itu bertuliskan selamat ulang tahun dari Addrin sedangkan Kotak itu berasal dari ayahnya. Sara yang terlalu sibuk berpikir melupakan hari pentingnya. Rasa semakin senang karena hadiah kalung ini diberikan oleh Addrin tapi ia harus merasakan akibat dari kalung itu. sara langsung menyimpan kado dari ayahnya kedalam lemarinya, ia berharap ia akan mendapat pedang atu panah yang lebih bagus lagi atau senjata yang berbeda dari biasanya.

Sara kembali teringat dengan kejadian semalam ia harus menagih kepada Rawnie tapi sayangnya sejak semalam Sara terlalu sibuk karena hal itu yang Rawnie harapkan agar ia tidak mendapatkan tatapan mematikan dari Nonanya yang pastinya akan mencecarnya dengan banyak petanyaan melebihi kuota otaknya. Karena jika bukan ulah Sara, Rawnie tidak mau melakukan hal ini. Entah itu karena keadilan atau Hobi, Sara sangat menakutkan ketika sedang mengangkat pedangnya.

“Hey kau pikir, kau bisa melarikan diri?” ujar Sara melihat Rawnie jalan mengendap setelah ia membuka jendela kamarnya.

“Eh…” Rawnie langsung mematung mendengar suara Sara.

“Kau belum tidur, ku pikir sudah tidur aku takut menganggumu”

Sara memasang wajah datar tanpa ekspresi, Sara tahu apa yang sedang diperbuat Rawnie yang sedang berpura-pura. Meski Rawnie bisa dibilang sudah dikendalikan tapi jika sedang bersalah seperti ini ia terkadang lupa akan jati dirinya.

“Bisa kau jelaskan?” Sara menarik otot menatap dalam Rawnie.

Rawnie tertunduk dan pastinya ia menyerah. “Tidak semua masalah harus kau turun tangan, selagi aku dan Pon. Oh tidak, selagi Pon masih bisa untuk mengurusnya aku akan biarkan dia yang menanganinya”

Sara mengangguk menyetujui penjelasan Rawnie. “Tapi apakah harus kau sembunyikan semua itu dariku, setidaknya kau bisa memberitahuku”

Mendengar penjelasannya, dengan jelas Rawnie melihat Sara tidak setuju. Rawnie bukanlah orang bodoh, ia jelas tidak mungkin memberitahu Sara apa yang sebenanrya terjadi, berbohongpun percuma lebih baik ia tidak menceritakannya. Ia dipastikan tidak akan mendengar penjelasan apapaun bahkan menyelesaiakn pembicaraan jika ada satu kata yang menurutnya itu adalah perbutan keji, Rawnie pasti tahu Sara akan langsung pergi tanpa panjang lebar. “Aku pasti akan memberitahumu jika hal itu sangat mendesak dan diperlukan”

“Lalu bagaimana keadaan sampai sekarang” Tanya Sara tegas.

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semuanya baik saja”

“Apakah termasuk pemusnahan di wilayah Aselin” sambar Sara.

“Apa maksudmu?” Rawnie tidak mengerti.

“Inilah yang aku takutkan, apa kau akan memberitahuku jika mereka semua sudah berada didalam tanah” uajar Sara membuat Rawnie bingung.

“Kau pasti tahu jika Kerajaan Lasverre sedang diserang”
Rawnie mengangguk.

“Apa kau tahu juga Aselin akan di serang. Wilayah Aselin walau jauh dari kerajaan lainnya tapi Kerajaaan Daarz-lah yang wilayah bisa dibilang dekat dengan Aselin. Aku yakin pasti Daarz yang akan menyerang, kaupun tahu seperti apa Kerajan Daarz itu, Sistem disana memperbolehkan budak. Kekuasaan, kekuatan dan kekayaan adalah segalanya, jika ada yang membantah mereka bisa disiksa bahkan dihukum sampai mati, begitupun prajuritnya yang cukup tangguh, karena itulah aku melatih kalian semua untuk berjaga jika ada musuh seperti Daarz tapi jika terlalu banyak kalian tidak mungkin bisa melawannya” jelas Sara.

“Kau tahu darimana jika Aselin akan diserang” Tanya Rawnie bingung.

“Aku melihat peta Pangeran Addrin, kaupun pasti tahu wilayah yang sudah diserang, setidaknya kau harus menyelamatkan 2 wilayah sebelum Aselin. Kau harus menghentikan mereka Di Wilayah Bangsawan Toran untuk menyelamatkan Aselin”

“Baiklah aku akan segera memberitahu Pon”

“Apakah itu alasanya kau sering sekali tidak berada diIstana meninggalkanku? Gunakan kelompok Lingga untuk membantu kerajaan Lasverre tapi jangan sampai ada yang mengetahuinnya” titah Sara.

Rawnie yang bertengger di jendela bersiap keluar memalingkan tubuhnya ke Sara. “Nona kau yakin tentang Narez Dioba?”

“Apa maksudmu?” Tanya Sara aneh dengan kikuk wajah Rawnie yang kusut.

“Ah… sudahlah Nona tidak perlu dipikirkan” Rawnie beraksi kembali tanpa penjelasan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nuratikah

    Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.

    Comment on chapter 01. SI BUNGSU
Similar Tags
Lost in Drama
1687      641     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
IMAGINE
327      225     1     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.
The Diary : You Are My Activist
12546      2192     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
Dua Warna
379      276     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Frasa Berasa
57815      6409     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Aku Benci Hujan
4509      1304     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Untuk Reina
22721      3274     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Kita
497      328     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'
Shinta
5406      1659     2     
Fantasy
Shinta pergi kota untuk hidup bersama manusia lainnya. ia mencoba mengenyam bangku sekolah, berbicara dengan manusia lain. sampai ikut merasakan perasaan orang lain.
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.