Pertunangan dan Rencana
Pesta diadakan besar-besaran, semua orang menikmati, baik itu kerajaan, bangsawan dan masyarakat bersenang-senang. Mereka benar terhanyut begitupun dengan Sara yang masih terhanyut dengan acara sakral siang tadi. Ia tidak percaya jika ia benar-benar bertunangan dan dihadiri banyak tamu termasuk keluarganya yang tidak ia harapkan kehadirannya. Bahkan setelah upacara selesai Sara lebih memilih ke kamarnya. Ia tidak menghadiri perjamuan pesta yang diselenggarakan untuk pertunangannya. Ia bukannya tidak ingin menjumpai keluarganya tapi setiap ia melihat wajah ayahnya ia teringat kembali dengan cerita tentang ibunya dan pandangan sang ibu tiri yang cukup menakutkan.
Kabar mengenai kejadian Addrin dan Sara juga sudah didengar oleh keluarganya. Untuk beberapa kalangan hal itu cukup mengejutkan bahkan untuk keluarganya sendiri seolah statusnya langsung merangkak naik.
Addrin masih tetap dingin seperti biasanya. Sara termasuk beruntung karena ia bisa mendengar suaranya walau dengan wajah tanpa ekspresi. Namun anehnya selama upacara Addrin terus menatapnya sampai seseorang ikut mengikuti arah tatapan sang pangeran yang bersikap tidak biasa. Kejadian itu membuat aneh pangeran lain, Misha dan calon tunangann yang lain termasuk para pelayannya. Dibanding Raja, pangeran Addrin lebih menakutkan, karenanya tidak ada yang berani membantah, berbicara dan mendekatinya. Kemunculan Sara dari dalam kamar Addrin banyak dipertanyakan, ditambah dengan tatapan Addrin yang hanya tertuju pada Sara. Desas-desus mengenai Sara dan Addrin sudah tersebar luas.
“Dunia ini sepertinya akan kiamat” ujar Rawnie tidak percaya mendengar kabar Nonanya dan anehnya lagi dalam seumur hidup Rawnie bersama dengan Sara baru kali ini ia bisa berdiam diri didalam kamar selama berjam-jam setelah usai upacara tadi. “Sudahlah Nona kau jangan terus bersedih seperti ini, kau menakutiku”
Sara terdiam ia masih dalam keadaan tubuh terlentang menatap langit-langit. “Bagaimana aku tidak bersedih”
“Walau tidak bersama pangeran kau juga pasti akan menikah” kata Rawnie.
Sara langsung duduk terbangun. Ia tertunduk dan mengigit ujung kuku ibu jarinya. “Benar juga sekarang sedang pesta. harusnya aku bisa menjadi Linn kembali”
Adia bingung tidak mengerti dengan ucapan Nonanya sedangkan Rawnie serasa lunglai mendengarnya, ia tidak habis pikir dengan pikiran nonanya ini. ia khawatir dengan keadaannya setelah tunangan namun ternyata Rawnie salah, Sara masih belum berubah, dalam keadaan seperti ini ia masih saja bisa berpikir tentang Linn, tapi karena hal ini juga membuat Rawnie tersenyum yang dihadapannya kini benar-benar Saralee Acelin Esvarat. Rawnie mengizinkan Sara untuk menjadi Linn dengan syarat ia harus berada didekatnya bagaimanapun kerajaan dan wilayahnya ini masih belum diketahui oleh Sara. Sara hanya mengangguk menurut seperti anak anjing yang patuh. Rawnie mengubah semuanya menjadi Linn. Adia hanya terdiam melihat nonanya sedang diobrak-abrik oleh Rawnie. Kepala Adia mengikuti setiap gerakan tangan Rawnie sampai akhirnya ia terjatuh ketika melihat Rambut indah Sara dilepas dihadapannya. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Sara merapikan dandanannya. Ia menyentuh rambutnya yang sudah mulai memanjang sebahu lebih. Ia berusaha semaksimal mungkin merubahnya menjadi Linn agar tidak ada yang mengetahui identitas yang sebenarnya. Adia masih menatapnya dalam diam tidak ada penjelasan yang memberitahunya. Sara menghampiri Adia yang masih terkejut berat, ia menjelaskan dari awal sampai akhir dan memintanya untuk merahasikan tentang Linn, Adia hanya menganggukan kepala sedikit tidak percaya. Sara meminta tolong kepada Adia untuk membantunya, Sara ingin menikmati pesta ini dengan caranya sendiri. Tanpa aba aba dari Rawnie yang sedang mencari jalan keluar, Sara sudah berada dibawah melambaikan tangan kepada Rawnie yang masih menatapnya dari jendela. Rawnie tidak percaya bagamaimana ia bisa turun. Kini Adia percaya alasan dibalik nonanya yang sering mamanjat dinding kamarnya. Adia menceritakan tentang nonanya yang memang sering memanjat dari dinding itu.
Sara dan Rawnie menikmati pesta menjadi Orang lain sedangkan Adia keluar dari kamar Sara, ia terkejut melihat pangeran Raska sedang duduk bersandar dan langsung menghampiri Adia menanyakan Sara. Adia tidak tahu harus berkata apa, ini terlalu dadakan, Adia mengatakan kepada Raska jika nonanya sudah keluar. Raska yang berada didepan pintu sangat yakin jika ia tidak melihat Sara keluar. Adia pamit dan langsung pergi dari hadapan pangeran Raska. Begitupun dengan Raska langsung pergi menuju keramaian mencari keberadaan Sara. Sorak sorai wanita menyeruak melihat kedatangan pangeran keempat yang dikenal ramah dan murah senyum keluar. Mereka berlomba mendekatinya namun sayangnya Pangeran keempat tidak ada niat sama sekali dengan mereka.
Raska tidak menemukan keberadaan Sara. Ia melihat kesekeliling memastikan keberadaan kakak ketiganya mungkin ia sekarang sedang bersamanya. Raska melihat kearah pangeran yang sedang duduk manis bersama Misha dan kelima tunangannya yang sedang asyik mengobrol. Rasanya tidak mungkin Sara mendekati pangeran kedua yang kutu buku dan juga pangeran pertama. Raska terus mencari keberadaan Sara baik itu diluar maupun didalam Istana. Bahkan ia menanyakan kebeberapa pelayan. Sedangkan Sara yang sedang dicari merasa hidup kembali, ia tengah asyik menari dan bernyanyi menjadi seorang Linn. Ia tertawa lepas dan makan banyak. Kehidupan yang sudah lama ia dambakan akhirnya bisa ia dapatkan. Ia tidak ingin menyia-yiakan kesempatan ini. ia berbaur dengan masyarakat sampai ia puas dan akhirnya karena sikapnya, ia berpisah dengan Rawnie dan berada tepat dipinggiran hutan yang biasa ia tatap dari jendela kamarnya. Iapun masuk dengan perasaan gembira yang melimpah ruah. Ia berlari-lari dan menari ditengah pepohonan dan gelapnya malam pastinya ditemani musik dari pesta yang terdengar sampai kehutan ini.
Sara langsung berhenti memperhatikan sekelilingnya, memicingkan mata dan mempertajam pedengarannya. Ia mendengar suara rintihan seseorang dan ayunan pedang. Ia berjalan perlahan mencari keberadaan suara itu. ia memastikannya dengan hati-hati apalagi ia belum mengetahui keadaan hutan ini. ia terus berjalan pelan. Ia bersembunyi dibalik semak melihat beberapa penjaga kerajaan. Sara tidak pecaya yang dilihatnya. Putri Ira sedang bersusah payah menggunakan pedang dan pelayannya sedang memperingatinya untuk tidak perlu melakukan semua ini. pelayan takut terjadi Sesuatu yang membahayakan putrinya. Sara juga terkejut betapa beraninya ia berada didalam hutan dan juga memegang senjata.
Sara mendatangi Ira. Suara gesekan dari rumput yang terinjak mengganggu latihan Ira yang kini waspada begitupun dengan para penjaganya. “Bagaimana ini yang Mulia?” Pelayannya ketakutan jika sampai terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
“Siapa itu?” Tanya putri dengan berani dan waspada melihat kesekelilingnya.
“Maafkan hamba yang Mulia” sara menundukkan kepalanya memberi penghormatan.
“Siapa kau?” tanyanya masih waspada, ia semakin erat menggenggam pedang.
“Hamba Linn, hamba sedang menikmati pesta” ujar Linn dan mendekati Ira.
Para penjaga memberi peringatan untuk tidak mendekati Putri Ira. Mereka bahkan langsung mengeluarkan pedang melakukan ancaman kepada Sara.
“Maaf hamba tidak bermaksud untuk mengganggu yang Mulia” kata Sara mendekati Ira, setiap langkahnya pasti mendapatkan ancaman dari penjaganya yang sedang mengerumuninya. Sara menerobos masuk dan meraih pedang yang Ira gunakan dalam sekejap mata. Para penjaga semakin waspada dan melindungi sang Putri.
“Maaf jika hamba lancang. Kau tidak perlu takut, aku hanya ingin menunjukkanmu cara memegang pedang yang benar” kata Sara sembari memperagakannya. “Pedangmu cukup ringan hanya saja tidak terlalu kuat. Yang Mulia tidak seharusnya memegang pedang terlalu kuat karena itu akan membuatmu lelah dan jangan terlalu longgar karena bisa terlepas. Adakalanya kau harus menggenggam kuat dan melonggarkan”.
Sara memperagakannya setiap gerakan dengan detail dasar berpedang yang diajarkan pamannya. Ia memberitahu dengan jelas ketika cara menggenggam dan melepas. Putri Ira menyuruh mundur penjaganya dan membiarkan Sara menunjukkan kemampuan, bahkan kini Ira sedikit demi sedikit berlatih mengikuti gerakan yang diberitahu Sara. Meski butuh waktu lama setidaknya Ira kini bisa tahu bagaimana cara memegang pedang dengan benar.
Malam kini hampir mencapai puncaknya. Ira dan Sara beristirahat seraya tiduran menatap bulan. Ira menikmati malam ini, ia yang sudah berlatih pedang cukup lama tapi tidak ada kemajuan sebelum ia berlatih dengan Sara.
“Putri kau ingin berpesta bersamaku?” ujar Sara sudah mulai bosan dan pastinya lapar lagi.
“Hhhh…” putri terkejut karena sebelumnya tidak ada yang pernah mengajaknya ataupun berbaur dengan masyarakat.
“Putri kau tidak perlu takut ada aku yang akan melindungimu, bukankah kau tahu ilmu berpedangku?” senyum Sara meyakinkan Putri Ira yang sedikit ketakutan.
Ira menunjukkan keraguan diwajahnya namun tidak dengan hatinya. Ia ingin merasakan pesta yang sebenarnya bukan pesta yang selama ini ia hadiri pesta yang hanya memperlihatkan status, banyak orang mendekati dirinya hanya dikarenakan Ira adalah seorang putri. Ira berpikir cukup lama namun sikap Linn membuatnya percaya. Ira mengangguk mengiyakan. Dalam genggaman tangan Linn, Ira berjalan dibelakang mengikutinya menuju pesta rakyat. Pelayan dan penjaga yang sedang bersamanya hanya bisa mengikutinya khawatir dan tidak bisa membantah perintah putri.
Dalam gelapnya malam belum ada yang menyadari jika sang putri kelima sedang menikmati pesta. Sara mengajaknya bernyanyi, makan, minum, bermain dan berbaur dengan masyarakat. Ira menikmatinya, ia sangat bahagia, ia terus berlari kesana kemari mengikuti langkah kaki Linn, Ira tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Selain Kamar, perjamuan dan pelajaran ia tidak pernah pergi kemanapun, karena terlalu banyak larangan yang ditujukan kepadanya. Ira menguatkan tekad untuk berlatih pedang setelah ia mendengar desas-desus akan terjadi peperangan. Ira tidak mau tinggal dia dan ia ingin menjadi kuat, ia memaksakan dirinya untuk berlatih pedang walau tanpa guru sekalipun, karena mustahil untuk ia memintanya.
“Wahhh.. bukankah anda putri Ira” ujar seorang lelaki yang seumuran dengannya. Mendengar ucapannya semua yang berada disana memalingkan wajah kearahnya.
Sara merasakan tangan ira yang gemetar ketakutan disapa oleh rakyatnya, hal ini menunjukkan jika ia tidak pernah melakukan hal seperti ini ataupun berbaur dengan masyarakatnya.
“Putri, sebuah kehormatan bagi saya, maafkan jika saya lancang, maukah anda menari bersamaku. Aku sangat mengagumimu” ujar lelaki itu menunduk gemetar meminta persetujuan sang putri yang ada hadapannya.
Sang putripun tak kalah gemetar ketakutan ia menoleh kearah Sara. Sara menganggukkan kepalanya, “Nikmati saja pestanya. Aku tetap memegang janjiku”
Sang putri menerima ajakan lelaki yang terperangah tidak percaya.
“AYOOO KITA BERPESTAAAA…..” teriak Linn kepada masyarakat disana.
Ira yang sedang menari bersama lelaki itu diikuti oleh Sara yang juga ikut menari disampingnya. Ira sangat senang dan aman didekat Linn, hal seperti ini yang sebenarnya ia tunggu. Ini adalah kebahagiaan yang ia dambakan. Selama festival hanya kembang api saja yang ia tunggu dan itupun didalam kamarnya, namun kali ini benar-benar berbeda.
Bulan kini benar-benar berada dipuncaknya, pesta semakin meriah. Raska hanya duduk termenung diatas balkon menatap kebawah yang sangat ramai sekali, ia tidak bisa menemukan keberadaan Sara. Rawnie masih kocar-kacir mencari keberadaan Sara, pangeran Adrien, seperti biasa ia pergi ke Danau menatap langit malam. Ia pergi keluar diringi dengan tatapan Misha yang seolah tidak bisa lagi mengenalnya. Misha hanya bisa tertunduk melihat teman masa kecilnya benar-benar berbeda. Addrin melewati beberapa orang yang sedang tertunduk memberi hormat kepadanya, namun seketika langkahnya berhenti saat ia baru saja keluar dari pintu untuk melihat para penduduk berpesta. Ia memicingkan mata melihat sosok yang ia kenal, ia terkejut melihat ira adik kandungnya sedang bersama masyarakat yang jelas sangat berbahaya.
Addrin kesal karena ia telah menyuruh beberapa penjaga untuk menjaga adiknya namun ia masih lolos. Addrin marah langsung beteriak memanggil para penjaga untuk menjemput Ira. Addrin terus menatap dalam adiknya dan sekelilingnya, matanya waspada dan ia menemukan sosok yang ia kenal, ia melihat ira sedang menari bergandengan Linn dengan penuh tawa, sorak sorai dan tepuk tangan penduduk yang menontonya semakin seru dan ramai.
Addrin menyuruh penjaga untuk ikut bersamanya. Sontak kelakuan Addrin yang tidak biasanya membuat seorang terkejut, beberapa yang tidak mengetahui terus bertanya-tanya namun kabar mudah tersebar apalagi dalam keadaan ramai seperti ini. semua orang langsung berlutut, seketika suara semakin lama semakin kecil dan hilang, yang terdengar hanya suara hentakan kaki. Sara dan Ira saling menatap karena pesta yang belum selesai ini tiba-tiba hening.
“Kakak…” Ira melotot melhat kakaknya berada tepat didepannya.
“Maafkan hamba yang Mulia” pelayan dan penjaganya berlutut ketakutan meminta belas kasihan.
Sarapun tidak kalah terkejut melihat tunangannya berada didepanya. Sara langsung berlutut sebagai Linn yang telah mengajak adiknya pergi keluar, “Maafkan hamba yang Mulia ini kesalahan saya telah lancang membawa Putri”.
Addrin hanya terdiam melihatnya dalam. Meski sedang pesta dan banyak orang tapi malam itu benar-benar hening. Addrin hanya ingin memastikan orang yang berada didepannya. Wanita yang berubah menjadi sosok laki-laki. Jika bukan karena kecelakaan, mungkin Ia akan tertipu oleh sosoknya.
“Maafkan aku kak, aku hanya ingin…”
Addrin dan Ira membalikkan punggung menuju istana. Rawnie mengelus dada telah menemukan nonanya selalu dalam keadaan seperti ini, disisinya tidak pernah ada angin sejuk selalu badai. Rawnie yang setengah berdiri setelah berlutut terbelalak oleh aksi Nonanya begitupun dengan masyarakat dan Addrin memalingkan wajah reflek merasakan senjata yang mengarah kepadanya. Sara mengeluarkan pedanganya dengan cepat, Addrin tidak ada waktu untuk menangkisnya.
“Yang Mulia, baik-baik saja” ujar Sara setelah menangkis anak panah yang datang menghampiri Addrin dengan pengecut.
Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.
Comment on chapter 01. SI BUNGSU