Tiba Saatnya
Ahhhh... Sara merasa hidup kembali setelah tubuhnya dibasuh dengan air yang hangat. Ia mengenakan baju tidur dan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
"Aku pikir kau akan merekrut orang lagi" Ujar Rawnie yang tiba-tiba datang dan masuk dari jendela.
"Kau ini sangat curang, aku tidak boleh menggunakan jendela untuk kabur. Lagian untuk apa lagi aku merekrut orang. Affa tidak sengaja saja aku temukan. Bukankah aku juga sudah lama tidak pernah melakukan hal itu" Lirik Sara pada Rawnie yang masih bertengger di bibir jendela.
"Hampir saja aku pergi menghampirimu. Aku tidak tahu jika disebelahmu ada pria yang sama sekali tidak pernah kulihat sebelumnya"
"Dia Dioba Narez seorang bangsawan yang memiliki usaha berdagang. Dia tahu banyak tentang para bangsawan bahkan ia mengetahui juga tentang kehebatan kak Isvara dan juga masalah perjodohan diriku" jelas Sara.
"Dioba Narez... " kata Rawnie mengerutkan keningnya.
"Kau bersiaplah aku akan membawamu ke istana juga"
"Hah... "
"Aku telah meminta izin untuk membawamu ke istana. Dan aku bersyukur karena kau adalah perempuan jadi aku tidak perlu repot mengubahmu meski sifatmu seperti hewan liar".
"Kau sedang mengatai diriku, bukankah kau tidak kalah liar dariku" Ejek Rawnie menatap dalam ke arah Sara.
"Baik, kau menang"
Sara mulai bosan dengan keadaan yang sekarang, meski ia baru saja pulang 2 jam yang lalu tetapi hanya diam didalam kamar sangat sakit kepala baginya. Ia yang biasa pulang larut malam harus rela berguling-guling kesana kemari tempat tidurnya. Begitupun dengan Rawnie hanya menatap dan menyentuh lembut pedang kesayangan dan asyik bertengger dijendela dibawah sinar rembulan. Sara memikirkan banyak hal tentang istana, ia sangat menyakini jika ia akan seperti ini selama hidupnya didalam istana. Untungnya Istana memperbolehkan membawa 1 pelayan untuk masing-masing calon tunangan. Sara sedikit bernapas lega karena ia bisa membawa Rawnie walau disana sudah dipastikan akan ada dayang lainnya yang disediakan untukku. Setidaknya membawa Rawnie masih untung.
Tepat jam 09.00 pagi. Putri ketiga Saralee Acelin Esvarat sudah menjelma menjadi wanita yang seutuhnya dan sesungguhnya. Namun ia tetap tampak elegan dengan gaun yang berwarna coklat sangak cocok dengan kulitnya yang putih kecoklatan karena terlalu sering bermain diluar rumah dan satu kekurangan yaitu mahkota. Rambut yang sudah dibuat pendek olehnya terpaksa menggunakan rambut palsu karena bagaimapun tidak ada wanita anggun yang dipotong rambutnya menyerupai laki-laki dan ia hanya menggunakan aksesoris senada dengan gaunnya. Riasannya begitu sederhana dan natural, namun itu tidak menghilangkan sedikitpun aura kecantikannya. Meski kenyataannya Sara sulit menggunakan riasan yang terus menerus menyerang wajahnya. Gaun yang dipakainya membuatnya repot karena terlalu panjang, terbuka dan pastinya selalu ia injak. Begitupun dengan Rawnie untuk pertama kalinya ia menggunakan gaun seperti Sara, namun Rawnie sudah mulai bisa mengontrol pakaiannya agar tidak membuatnya repot.
Sara perlahan menyusuri tangga menuju lantai satu, didampinggi oleh Rawnie dan juga pelayan yang membawa barang-barangnya. Dibawah ia sudah disambut oleh kedua orang tunya khususnya sang ayah yang menyembunyikan harunya karena ia tidak menyangka jika anak bungsunya itu memiliki paras yang cantik seperti ibunya. Kakak pertama Raveena meski ia tidak banyak bicara tapi ia selalu mendukung Sara dan baik terhadapnya. Kak isvara yang membencinya entah karena apa, ibu tirinya selalu menyeringai setip kali melihatnya. Neneknya yang selalu tersenyum dan pembelanya dan sang paman yang mengubah sedikit sisi Sara dan itu hanya diketahui oleh ke duanya.
Sara nampak cantik dan anggun. Terkadang Sara juga menyesal selalu menampik sisi perempuannya tapi bagaimanpun ia lebih suka menjadi sisi Linn sebagai seorang laki-laki karena baginya hal itu lebih menyenangkan dan menenangkan hatinya walau bersimpangan dengan keluarganya.
"Saya kapten Worri yang bertanggung jawab membawa anda ke Kerajaan Lasverre" ujarnya gagah dan diijkti oleh bawahnnya.
Sara memperkenalkan diri dan tersenyum. Ia menaiki kereta kudanya yang sudah disediakan kerajaan untuk menjemputnya. Ia juga diberikan pengawalan dan akan menempuh perjalanan sekitar 3 hari menuju kerajaan Lasverre. Ia menatap nenek dan pamannya memeluk mereka namun ia tidak melakukan hal itu pada keluarganya sendiri, walau sangat jelas ayah dan kakak pertamanya menunjukkan raut sedihnya. Tapi Sara sama sekali tidak melihatnya. Ia lebih baik tidak melihat mereka daripada harus mengingat kembali kekesalan karena ulah mereka. Ia menyusuri berjalan melewati perumahan rakyatnya yang sudah tidak bisa ia pijaki dan ia juga disambut oleh Pon dan semua anggotanya yang bersembunyi dan tersebar dari rumah sampai gerbang perbatasan wilayahnya, setidaknya ia bisa tenang karena sudah ada Pon yang menjaga mereka.
Pintu gerbang utama sudah terbuka Ia mulai disuguhkan pemandangan luar biasa. Langit membentang yang tiada kiranya dan juga padang rumput yang luas tak terukur. Ia yang selama ini hanya melakukan pelarian di hutan dekat rumah dan penduduk tidak menyangka jika ada tempat seperti ini. Ia mulai menikmati perjalanan demi perjalanan. Iapun sumeringah sekali. Langitnya bitu, hijaunya pepohonan, kuningnya padang rumput dan warna warni dunia ini sungguh surga yang penuh dengan kenikmatan. Sekilas ia berharap bisa menjadi Narez, tidak ada salahnya menjadi seorang pedagang jika bisa menikmati semua ini.
Ingatannya tentang Narez membawanya kembali saat ia bersama menghabiskan waktu yang hanya sesaat namun sangat membahagiakan. Ia tidak tahu mengapa rasanya hati ini sangat sakit ketika mengingat wajahnya. Tidak ia sadari air matanya mengalir membasahi pipi dan mengeluarkan suara yang membuat tangisannya terdengar oleh Rawnie. Rawnie terkejut dengan Sara, selama hidupnya ini tangisan kedua yang ia dengar. Tangisan pertama ketika Sara menceritakan jika ia bukan anak Sah dari keluarga Esvarat dan disaat itu Sara meminta Rawnie untuk melepaskan tanggung jawab menjaganya. Cucuran air mata saat itu justru membuat Rawnie kesal karena ia bukan bersumpah untuk keluarga Esvarat melainkan untuk Sara seorang, Rawnie tidak peduli siapa Sara yang pasti ia sudah tahu seperti apa Sara yang dikenalnya. Dan kini untuk kedua kalinya Rawnie melihat Nonanya menangis, Rawnie memeluknya, ia tidak tahu jika undangan itu membuat Sara tersakiti.
Rawnie dengan tegas untuk menyelamatkan Sara dan membunuh pengawal yang sekarang sedang menggiringnya. Menuju istana. Sara berterima kasih danlangsung mencegah apa yang ingin dilakukannya karena jika smapai hal itu terjadi akan ada banyak muncul masalah yang lebih besar lagi. Rawnie mengurungkan niatnya dan terus memeluk Sara. Perlahan suara tangisannya mereda dan Sarapun kini tertidur dipangkuan Rawnie. Mulai saat ini perjalan hidup Sara pasti akan sangat panjang sekali.
Sara terbangun dari tidurnya dan kini perasaannya menjadi sedikit lebih tenang. Ia masih tidak tahu lagi sampai kapan ia tiba di istana. Sara mulai berubah dengan pandangan Linn. Ia tidak seharusnya tidak melewatkan hal seperti ini. ia yakin selama perjalanannya menuju istana pasti akan ada banyak wilayah yang dilewatinya. Pikirannya menjadi liar kembali.
“Bukankah ini Wilayah Dagars, ini tempat tinggal Affa sebelumnya” ujar Sara mengeluakan kepalnya dan berdecak kagum. Sarapun memutuskan menghentikan kereta kudanya dan berkunjung walah hanya beberapa saat.
Tidak hanya Dagars, Sara tidak bercanda dengan keinginannya, setiap kali ada wilayah yang dilewati pasti ia berhenti hanya untuk sekedar berkunjung. Kapten Worri yang mengantar khawatir jika terjadi sesuatu akan tugasnya namun ia juga tidak berani melanggar yang diinginkan oleh Sara. Dengan terpaksa Worri harus menuruti setiap keingianan Sara, meski begitu melelahkan tapi ia senang karena Sara juga peduli padanya dan prajurit lainnya bahkan mereka bersenang-senang bersama dan tidak memperdulikan status mereka ketika mereka sedang bersama-sama.
Matahari sudah mulai beristirahat dan bulan kini mulai bekerja mengganti posisi matahari. Sara, Rawnie dan 10 pengawal termasuk sang ketua berhenti untuk beristirahat dan merabahkan tubuh yang lelah, mereka saling bergantian berjaga. Sara dan Rawnie diharuskan beristirahat didalam kereta kuda sedangkan para pengawal saling berbincang sambil berjaga. Malam kian larut para hewan penghuni malam mulai menyanyikan suara khasnya dan membawa kami kedunia mimpi yang hampir indah. Ya... Tidak lama berselang Sara dan Rawnie terbangun karena mendengar teriakan dan besetan pedang.
Sara dan Rawnie keluar. Api penghangat yang berada didepan mereka memperlihatkan dengan jelas para bandit dan gelapnya hutan tempat beristirahat. Sudah ada 2 pengawal yang tergeletak mati karena besetan pedang yang sebelumnya mereka dengar didalam kereta kudanya. Rawnie menggunakan tangannya untuk melindungi sara. Begitupun dengan sang ketua yang juga berusaha melindungi Sara, Rawnie dan juga prajurit bawahannya. Meski ia sadar jika jumlah bandit hutan lebih banyak. Sara tidak bisa menghitungnya dengan jelas tapi sepertinya mereka berjumlah sekitar belasan orang.
"Nona harap anda berada didalam kereta, kami akan melindungi anda bagaimanapun caranya atau Nona lebih baik cepat lari dari sini kami akan menghalau mereka sampai Nona bisa berlari jauh dari tempat ini" Ujarnya tanpa gentar meski ia sadar tangannya gemetaran ketakutan.
Sara dan Rawnie menunjukkan rasa takutnya agar mereka menjadi seperti wanita pada umunya yang ketakuatan jika dihadapi hal seperti ini. Hanya saja Sara dan Rawnie merasa keberatan ia tidak tahu akting seperti ini jauh lebih menyusahakan. Tapi bagaimanapun juga ia tidak menunjukkan sisi lainnya dari pasukan kerajaan ini. Sara tidak tahu apa yang akan terjadi nanti namun ia juga tidak bisa berdiam diri karena kondisi ini sudah bisa dipastikan siapa pemenangnya.
"Aku percaya padamu?" Ujar Sara dalam ketakutan yang ia buat-buat.
"Terima kasih Nona tapi itu tidak mungkin Nona. Jangankan mengalahkan mereka, menahan saja aku masih tidak yakin" katanya membuat Sara tersenyum karena kejujurannya.
Meski Kapten Worri dan pasukannya menggunakan baju jirah kebesaran kerajaan tapi tetap saja para bandit itu lebih besar dan garang daripada mereka. Bahkan hanya kapten yang jelas lebih terlatih daripada pasukan bawahannya yang notabene hanyalah prajurit biasa. Kejujuran Kapten Worri patut diacungi jempol dan mungkin diberi penghargaan, ia berusaha melindungi Sara dengan gagahnya walau ia sadar ia pasti kalah. Jika sudah seperti ini Sara tidak mungkin tinggal diam. Ia ingin mengikuti kata Worri untuk melarikan diri namun sayangnya ia tidak bisa karena ia bukanlah orang seperti itu dan pastinya ia masih bisa menyelamatkan mereka semua. Hanya saja ada yang harus dibayar olehnya,mau tidak mau pertunjukan Sara akan diketahui oleh Worri dan prajurit lainnya jika ia memiliki kemampuan yang tidak biasa. Kemampuan yang bisa menolongnya dan bisa juga membunuhnya. Hal itu menjadi nomor 2 yang jelas ia harus menghadapi yang ada didepan mata. karna tidak hanya ia yang akan susah nantinya. Dan juga itu bukanlah sifatnya diam disaat seperti apalagi harus dilindungi oleh orang-orang yang jelas terlihat tidak mampu. Tapi keberanian Worri membuat ia sadar masih ada orang lain yang mau melindunginya meski tidak kenal dan menjungjung tinggi martabatnya sebagai prajurit.
Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.
Comment on chapter 01. SI BUNGSU