Ini Kebahagianku
selama 2 hari ini Sara selalu berada didalam rumah mempelajari etika seorang perempuan, bahkan ia juga mengenakan banyak gaun yang menyapu lantai, membuang waktu dan tenaga. Sara yang merupakan seorang wanita tidak menyukai hal yang merepotkan seperti sekarang ini, namun ia tidak bisa menolaknya, mau tidak mau ia harus bisa mengenakannya. Selama Sara belajar selama itu pula ia tidak berbicara sepatahkatapaun dengan anggota keluarganya kecuali para pelayannya dan guru yang mengajarnya. Padahal jelas-jelas sang ibu dan Isvara terus memperhatikannya dengan senyuman dan ucapan yang membuat Sara gerah. Ini bukanlah untuk pertama kalinya hal itu terjadi padanya tapi tetap saja ia kesal.
Sara benar-benar lelah ia tidak menyangka menjadi seorang perempuan bisa memakan waktu selama ini. Jam didinding sudah menunjukkan Pukul 03.00 sore. Ia mulai lelah dan kesal dengan semua yang ada dirumahnya. Sedari pagi Sara juga tidak melihat dan merasakan aura Rawnie, eantah apa yang sedang dilakukannya yang pasti Sara sangat bosan. Sara menyelinap kembali menjadi Linn, ini juga merupakan hari terakhirnya sebelum ia benar-benar menjadi tunangan sang pangeran, karena ia yakin pasti akan ada banyak wanita disana.
Sara berlari dengan tergesa-gesa, karena ia tidak punya banyak waktu lagi dan Selagi tidak ada Rawnie yang terus mengawasinya, kini ia lebih leluasa menjelajahi sesuai keinginan hatinya.
Brukkk... Awwww...
"Hey... Kalau jalan itu lihat-lihat" teriak seorang kusir, dilihat dari kereta kuda yang digunakannya sepertinya itu adalah kereta pedagang.
"Maaf" ujar Sara dan langsung berlalu dari hadapannya.
Sara kembali melakukan aktifitasnya melihat-lihat kesekeliling, kini sudah tidak ada lagi anak-anak yang bernasib seperti Affa dan ia berharap selama ia tidak ada disini ia tidak akan lagi mendengar dan melihatnya.
Brukkkk... Awww... Kini giliran Sara yang ditabrak oleh seseorang tapi rasanya tertindih oleh kuda.
Orang berada diatas tubuh Sara menatap Sara begitupun dengannya. "Kau tidak sadar jika kau terlalu berat"
Ucapan Sara langsung membuatnya terbangun dan mengangguk-angguk meminta maaf kepada Sara.
"Ada apa denganmu? Mengapa kau tergesa-gesa?" tanya Sara melihat lelaki gelisah itu.
Lelaki yang sedang mengatur napasnya menunjuk segerombol penjaga dengan dagunya. Penjaga itu cukup banyak untuk seukuran anak satu ini, tapi ia tidak bisa bekomentar karena ia juga sering melakukan hal seperti ini. Sara menarik tangannya dan mengajaknya bersembunyi dibalik semak-semak di pinggiran kota.
Setelah keadaan mulai tenang dan para penjaga itu hilang, Sara dan lelaki mulai bernapas lega. Sara tidak menyangka jika ia akan melakukan ini bersama dengan orang lain dan ia juga tidak tahu jika ada yang senasib sama seperti dirinya. Lelaki itu seorang pedagang bisa melakukan hal ini, kepercayaan diri Sara semakin bertambah karena ia yakin yang ia lakukan selama ini tidaklah salah. Sara tersenyum geli dengan keadaannya yang sekarang.
"Senyummu terlalu manis untuk seukuran laki-laki" lelaki itu terkekeh melihat Sara.
"Sebelum kau tertawa seharusnya kau berterima kasih dan memberitahu namamu" ungkap sara dengan wajah yang datar.
"Aku Narez Dioba. Aku sangat berterima kasih karena telah menyelamatkanku" ujarnya tersenyum lebar. "Siapa namamu?"
"Panggil aku Linn" Sara terbangun dari duduknya dan mengajak Narez untuk melihat seisi kota.
"Oh Linn. Aku beruntung bertemu denganmu. Aku takut jika sampai harus bertemu orangnya Lingga dan juga seorang bangsawan bernama Isvara" ujarnya sudah mulai lega dan beradaptasi dengan sekitar.
"Kenapa kau takut?" tanyaku kembali.
"Aku mendengar jika Lingga adalah pencuri yang lihai, pintar dan ahli bela diri. Sedangkan Isvara hampir semua dikalangan bangsawan mengenalnya karena dia adalah perempuan yang sangat bertalenta. Mereka semua berpikir jika Isvara adalah kandidat yang cocok untuk calon putra mahkota yang pas dan suatu saat nanti dia pasti akan menjadi ratu yang sangat kuat" ujarnya kembali.
Sara hanya diam mendengar ucapannya. Ia tidak menampik jika yang dikatakannya adalah benar. Kakaknya memiliki ambisi yang sangat jelas tersirat di wajahnya yang serius, menakutkan dan angkuh. Hanya saja Sara tidak menyangka jika kakaknya terkenal sampai keluar wilayahnya.
"Bagaimana kau tahu hal itu?" tanya sara mendengar penjelasan yang sudah ia ketahui.
"Ayahku adalah pedagang, begitupun denganku, terkadang aku menyelinap diantara dagangan ayahku dan jika tiba disuatu tempat aku keluar dan pastinya banyak sekali informasi yang aku dapatkan"
"Kau sepertinya seorang bangsawan juga, tanpa kau menyelinap kau pasti akan mengetahui tentang Isvara. Pengawalmu yang tidak sedikit dan juga kau bisa menyelinap ikereta ayahmu pasti kau seorang pedagang besar karena itu juga kau takut pada Lingga" Ujar Sara membuatnya menganggukkan kepala.
"Hanya saja... " Narez menggaruk kepalanya berpikir. "Aku mendengar jika yang dikirim oleh keluarga Esvarat adalah anak ketiganya. Aku tidak pernah sama sekali mendengar hal tentangnya sebelum orang banyak membicarakannya.
'Umurnya cukup jauh dengan Isvara dan ia jarang sekali keluar. Dia hebat sekali selalu berdiam diri didalam rumahnya. Dan banyak sekali desas desus yang kudengar tentangnya. Apakah kau pernah melihatnya?"
Angguk sara, "Hmmm... "
"Seperti apa dia?"
"Kau benar ingin tahu"
Ia mengangguk.
"Yang kudengar putri ketiga keluarga Esvarat tidak pernah mau diam, ia sering dihukum. Ia seperti monyet, belut, harimau, kancil dan mungkin serigala" Ujar Sara yang membuat Narez terkejut disetiap nama hewan yang Sara sebutkan.
"Benarkah itu, kenapa seperti keluarga Hewan"
Sara tertawa didalam hati melihat wajah dan tingkah Narez. Ia tidak menyangka jika Narez akan memakan mentah-mentah ucapannya yang memang benar adanya hanya saja berbeda makna. Monyet yang dimaksud oleh Sara adalah karena putri ketiga itu memnag tidak pernah mau diam dan bisa memanjat pohon dengan mudah. Belut, karena sangat sulit ditangkap dan mudah lepas dari pandangan. Harimau, ini hanya Pon dan Rawnie yang mengetahui, ia juga pintar dan memiliki kemampuan yang tidak ditunjukan olehnya di mata rakyat dan juga keluarganya.
"Sepertinya surat pangeran terkutuk itu sudah mulai menyebar kemana-mana di wilayah kekuasaan kerajaannya" ujar Sara
"Ya kau benar... "
"Mana ada wanita yang mau menikah dengannya?" gerutu Sara.
"Kenapa memangnya?"
"Aku dengar kutukannya sangat banyak, dari ia tidak bisa memberikan keturunan, orangnya yang suka minum darah wanita, ada juga pemuas nafsu dan lain sebagainya. Dan yang menakutkan pasti umurnya sudah tua" Sara menghitung satu persatu kutukan Pangeran dengan jari tanganya.
Sara menceritakan semua tentang pangeran dan merasa merinding sedangkan Narez mematung gemetar mendengar ucapan Sara yang begitu menakutkan dan pastinya menyayat hati.
"Darimana kau tahu jika ia sudah tua?" tanyamya heran.
"Itu sudah pasti. Kutukan itu bukankah sudah sering terdengar bahkan sebelum aku lahir. Bukankah sudah terbayang betapa tuanya pangeran yang tidak laku itu"
"A... A... Apakah se... seram itu?" Kata Narez masih gemetar.
"Mana aku tahu, itu sekilas aku dengar dari orang-orang" Sara tersenyum. “Bagaimana kalau kau ku ajak ketempat lain?” Sara ingin meluapkan semuanya sebelum ia benar-benar pergi ke istana.
“Baiklah” Narez menangguk setuju.
Sara dan Narez kini layaknya seorang teman yang sudah kenal lama, Sara benar menikmati hai terakhirnya bersama orang yang baru dikenalnya. Sara mengajaknya ketempat indah yang jarang sekali ia kunjungi bahkan hanya beberapa yang diketahui Pon dan Rawnie. Sara tidak peduli jika ia harus berjalan bersama orang lain karena ia tahu tidak akan bertemu dengan Narez lagi dan ia juga akan menghabiskan waktu diistana entah berapa lama. Sara mengajaknya ketaman bunga yang berada didalam hutan, disana tumbuh hamparan bunga yang cukup luas. Ia juga mengitari sungai menuju air terjun, menaiki perohonan lain sebagainya. Sara juga tidak henti tertawa dengan tingkah lucu dan konyol Narez yang serba tidak bisa. Narez mengejar kupu-kupu, jatuh kesungai bahkan ia juga kesulitan untuk menaiki pohon yang tidak terlalu tinggi.
Sara memegang tangan Narez karena ia sangat bodoh tapi Sara sangat bahagia sekali begitupun dengan Narez yang menyukai senyuman Sara yang bebas. Ia bahkan terkadang sengaja melakukan sesuatu hanya untuk membuat Sara alias Linn tersenyum. Pertemuan singkat ini justru membuat kedua tidak ingin melepaskan genggamannya, untuk pertama kalinya
Sara merasakan sesuatu ketika menggenggam tangan seorang lelaki padahal ketika awal bertemu Narez menidihnya ia tidak merasakan apapun. Narez yang balik menggenggam tangan Sara berkeringat bahkan sejenak Sara tidak bisa mampu melihat lama-lama wajah Narez. Genggamannya membuat Sara merasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan dan juga tidak tahu apa itu.
Keadaan diantara mereka berdua menjadi hening. Tidak hanya Sara, Narez juga merasakan hal yang sama, ia sangat senang dan ingin terus melihat senyuman Sara. Narez tidak mungkin jika ada yang tidak normal dalam dirinya, ini adalah kedua kalinya ia merasakan rasa seperti ini, rasa yang ia rasakan ketika berumur 14 tahun dan semenjak saat itu tidak ada lagi wanita yang bisa menggetarkan hatinya. Kini hanya karena seorang lelaki manis ia bisa terpengaruh akan hal itu. Ia mengusir pikiran itu mungkin ia hanya senang dan nyaman bersama lelaki yang bersamanya ini. kenyamanan yang juga tidak pernah ia dapatkan di rumahnya.
“Hey… Linn. Apa ada tempat yang indah lagi?” ujar Narez memecahkan suasana yang tiba-tiba canggung. Narez sangat sadar jika ia terlalu lama bersamanya ia takut kenyamanan ini tidak ingin ia akhiri tapi ia juga tidak ingin melepaskan tangan Linn alias Sara yang kini digenggamnya.
“A..Ada” ujar Sara tersenyum lebar untuk menenangkan hatinya yang serasa kacau karena berada didekatnya, ia tidak mungkin mengusirnya karena ia yang mengajakanya.
Sara mengajaknya kesebuah Danau yang biasa ia gunakan untuk menatap bulan dimalam hari, tempat yang sangat menenangkan hatinya ketika ia mengetahui jika dirinya adik tiri. Tempat yang tidak diketahui oleh Pon bahkan Rawnie, Sara yang biasa terbuka kepada mereka berdua untuk kali ini ia sengaja tidak ingin diketahui oleh mereka karena Sara merasakan hal itu adalah hal yang paling menyedihkn dalam hidupnya. Entah malam ini serasa begitu tenang dari malam-malam biasa ia datang kesini, iapun mengelak jika hal ini karena kehadiran Narez disampingnya yang sedari tadi terus mengenggam tangannya. Sara yang kini menyamar sebagai Linn yang berperan sebagai seorang laki-laki tidak bisa mneyembunyikan perasaan jika ia memang seorang perempuan. Sara juga tidak ingin tangan Narez yang cukup besar itu melepaskan genggamannya.
Sara dan Narez kini telah menginjakkkan kaki disebuah danau yang dimaksud sara, danau dengan rerumputan yang melambai meliuk-liuk lembut diterpa angin malam. Mereka berdiri menatap cahaya bulan yang terefleksi di air danau. Cahaya bulan dimalam ini lebih indah. Kunang-kunang mulai bermunculan sara melepaskan genggamannya dan mengejar kunang-kunang. Narez hanya duduk mendongakan kepala melihat cahaya bulan dilangit dengan tatapan sendu, seolah semua ini tidak ingin berakhir tapi ia harus tetap mengakhirinya. Sara yang sibuk mengejar-ngejar kunang-kunang memanggil Narez betapa nikmatnya mengejar kunang-kunang. Narez memenuhi undangan Sara, ia juga tidak tahu kapan lagi akan merasakan hal seperti ini. Narez melakukan hal yang sama mengejar kunang-kunang yang sangat sulit mereka tangkap. Sara mulai kelelahan begitupun dengan Narez tapi Sara tidak mau menyerah dan terus mengejar sampai ia mendapatkannya, namun lagi-lagi gagal. Sampai pada akhirnya Sara harus menghentikannya karena kakinya tersandung oleh batu yang tersembunyi diantara rerumputan. Narez langsung menangkap dan menopang tubuhnya dari belakang. Namun Narez tidak sengaja telah menyentuhnya, ia terkejut begitupun dengan Sara.
“Kau tidak apa-apa Linn” Ujar Narez bersikap biasa pura-pura tidak tahu.
“Aku tidak apa-apa, terima kasih” ujar Sara berusaha mengimbangi sikap Narez.
“Siapa itu?” Narez memicingkan matanya menangkap kehadiran seseorang dibelakang Sara.
Sara menengok kearah yang dimaksud oleh Narez. Sara juga mengamatinya ditengah kegelapan malam dan hutan ini. Sara tahu siapa dia. Sara menyuruh menunggu Narez disana dan ia mneghampiri sosok yang sudah ia kenal yaitu Pon yang pastinya ia sedang berburu ditengah gelapnya malam. Pon menyadari kehadiran Sara. Namun tidak lama kemudian Narez juga menghampiri Sara karena ia tidak kunjung datang dihadapannya. Pon langsung pergi menyadari kedatangannya yang tingggal beberapa langkah lagi dihadapannya.
“Sepertinya ini sudah terlalu malam aku harus cepat pergi, ayah dan ibuku sudah menungguku” Ujar Sara mencari alasan agar ia bisa menghindar dari perasaannya saat ini.
“Benar juga, aku harus cepat pergi nanti aku bisa ditinggal rombongan ayahku”
Sara dan Narez menuju kota bersama hanya saja Sara harus mengambil jalan lain agar tidak diketahui siapapun. Ia tidak ingin berpisah dengan Narez namun itu tidak bisa ia lakukan karena perintah mutlak sudah ada didepan matanya. Sara berharap suatu saat nanti ia bisa bertemu dengan Narez sebagai Saralee bukan sebagai Linn yang seorang laki-laki, Sara belum menyadari perasaannya tapi hatinya menginginkan hal itu.
Narez membalas dengan lambaian tangan dan senyuman yang mewakili ucapan terima kasihnya. Narez sadar jika pertemuan singkatnya ini menumbuhkan rasa cinta dihatinya dan ia juga bersyukur karena orang yang ia sukai saat ini seorang perempuan misterius yang menyembunyikan identitasnya. Sama sepertinya halnya Sara, Narez juga berharap suatu saat nanti ia bisa dipertemukan kembali.
Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.
Comment on chapter 01. SI BUNGSU