Sebuah anak panah melesat cepat dan mengenai target dengan tepat. Menancapnya anak panah tersebut menandakan pertandingan kecil mereka berakhir. Selisih satu point tersebut membawa kemenangan kembali bagi tim putri Klub Kyudo Kazemai. Tentu saja, berkat bergabungnya pelatih mereka dan seorang 'Oni' tidaklah bisa dianggap remeh.
"Aa... kita kalah lagi," dengus Nanao. "Jadi 'budak' lagi kah."
"Kelihatannya keberuntungan tidak memihak pada kita kali ini," ucap Seiya.
"Agh! Aku gagal 3 kali. Maaf." Ryohei menyatukan kedua telapak tangannya lantas menundukkan kepala pada teman-temannya.
"Tidak usah dipikirkan," balas Seiya dengan senyum lembutnya.
"Selain itu... Hei! Kenapa kau bisa gagal semua? Padahal kupikir target panic-mu sudah sembuh." Seperti biasa Kaito yang selalu mudah marah mulai membentak Minato.
"Aku juga tidak tau," jawab Minato singkat. Tapi sebenarnya dia juga memikirkannya.
Setelah hari itu, saat latihan juga, Minato sering kali tidak mengenai target. Dia berpikir apa waktu itu hanya sebuah kebetulan saja.
"Kaito, kau tidak bisa memaksanya begitu." Seiya mencoba memisahkan mereka berdua.
"Itu benar. Kaito, tenanglah sedikit. Walaupun Minato terlihat bisa menangani target panic-nya saat kompetisi, itu bukan berarti dia sudah sembuh," jelas Masaki yang mendekat.
Itu benar. Target panic memang tidak bisa disembuhkan dengan mudah. Terlebih target panic setiap orang itu berbeda-beda. Faktor pemicu, gejala dan penyembuhnya berbeda pula. Bahkan Masaki sendiri belum sepenuhnya sembuh dari target panic-nya.
"Sial!" decak Kaito masih kesal.
Setelah itu mereka semua mulai membereskan peralatan dan mulai berkumpul di hadapan Masaki. Semangat tampak mulai menghilang pada anggota laki-laki. Sementara Kaito masih memasang wajah masam, Ryohei masih merasa bersalah. Dia berpikir seharusnya dia bisa lebih baik dari ini. Tapi dia merasa belum ada kemajuan sejak hari kompetisi. Apakah itu juga sebuah kebetulan?
Minato sendiri juga masih bingung. Hari itu, dia merasakan sesuatu yang berbeda. Tapi kali ini hal itu seakan mulai menghilang kembali. Minato yang sedari tadi melihat telapak tangan kanannya hanya menggerak-gerakkan jarinya. Menggenggam terbuka dan diulanginya beberapa kali. Sampai dia tidak sadar tengah diperhatikan Seiya yang berdiri di sampingnya. Melihat kelakuan Minato, Seiya hanya tersenyum kecil. Dalam hatinya dia percaya pada Minato dan yakin padanya.
"Baiklah. Seperti camp pelatihan sebelumnya. Kita akan melaksanakannya mulai besok lusa dan berjalan selama 3 hari. Jangan terlambat ya kalian para 'budak' ," kata Masaki.
"Hai'"jawab serempak anggota laki-laki. Sementara anggota perempuan hanya terkikik menahan tawa.
"Hmm? Di mana Tommy-sensei?" tanya Ryohei. Pertanyaannya membuat semua mencari sosok guru penanggungjawab mereka yang sudah tidak terlihat di tempat latihan.
"Ah, Beliau langsung pergi. Kelihatannya ada urusan di ruang perawatan," jawab Masaki.
Kompak semua anggota ber-oh panjang karena paham apa maksud dari perkataan Masaki barusan. Melihat reaksi murid-muridnya Masaki hanya bisa menggaruk pipinya dengan jari telunjuk sembari tersenyum.
"Oh benar juga. Sebenarnya Kakakku bilang ingin mengambil foto kita saat camp pelatihan nanti. Dia bilang akan membuat sebuah ulasan di sebuah majalah."
"Heh?!" Nanao dan Ryohei nampak begitu terkejut.
"Yah, pemenang kompetisi pasti mendapat banyak sorotan," ucap Seiya dengan tangan di dagu seperti berpikir.
"Apa tidak bisa menggunakan foto-foto camp pelatihan sebelumnya?" tanya Kaito.
"Dia bilang waktu itu dia mengambil foto yang kurang bagus," jawab Masaki yang nampak tidak masalah dengan hal itu.