Kali ini Kaito datang dengan santai menuju dojo Yoda-no-Mori. Tidak seperti sebelumnya, dia kali ini tidak akan terkejut jika Masaki memintanya untuk datang lebih awal dari jam dimulainya camp pelatihan mereka.
Begitu tiba di pintu masuk menaiki tangga ke kuil Kaito melihat Minato yang berjalan menuju tempatnya berdiri. Seperti dugaannya. Minato kembali akan mendampingi Masaki dalam upacara bersama dengannya.
"Lambat sekali kau," ucap Kaito.
"Ohayou, Kaito," sapa Minato.
"Ohayou. Ayo."
Mereka berdua berjalan bersama menaiki tangga menuju pintu masuk kuil. Begitu memasuki area halaman, mereka melihat Ren-san yang sudah datang duluan. Namun perilaku pria itu tampak aneh. Terlihat gusar setiap kali melihat layar ponselnya. Kaito dan Minato saling berpandangan sejenak sebelum akhirnya menghampiri pria paruh baya itu.
"Ren-san, Ohayou gozaimasu," sapa Minato duluan.
"Ren-san, apa terjadi sesuatu?" tanya Kaito yang penasaran. Minato juga menatap dengan wajah penasarannya.
Ren sedikit bergumam. "Sebenarnya aku sedang mencari seseorang," ungkapnya.
"Seseorang?" Kaito memiringkan kepalanya. "Siapa?"
"Sebenarnya-"
"Kalian berdua! Apa yang kalian lakukan di sana? Cepat bersiap!"
Belum sempat Ren menyelesaikan ucapannya, Masaki sudah dulu memanggil Kaito dan Minato untuk segera bersiap. Minato yang berdiri diambang pintu dojo sudah selesai memakai kimono-nya.
Ren yang melihat Masaki di kejauhan segera bersikap tenang. "Kalian sebaiknya segera ke sana. Aku bisa mencarinya sendiri," ucap Ren meyakinkan mereka berdua.
"Hai'" jawab Kaito dan Minato hampir bersamaan.
Masaki masih berdiri di ambang pintu ketika Minato dan Kaito menghampirinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Masaki.
Mendengar pertanyaan tersebut Minato terdiam sesaat karena berpikir Masaki pasti tidak tau tentang masalah kakaknya itu.
"Itu.. Ren-san..."
"Masa-san, Ohayou gozaimasu," sapa Kaito penuh semangat.
"Ohayou," balas Masaki. "Kalian berdua cepat masuk ke dalam. Kalian sudah bisa melakukan persiapan sendiri bukan?"
"Hmm," angguk Minato. Dia melirik tas besar miliknya. Ada kimono pemberian Masaki. Kimono milik kakek Masaki dulunya.
"Oh, Masa-san, apakah ada orang lain yang akan meliput kita selain Ren-san hari ini?"
"Kenapa?"
"Karena Ren-san sedang bingung mencari seseorang saat ini," jelas Minato melanjutkan perkataan Kaito.
Masaki terdiam. Dia tidak diberitahu jika akan ada orang lain yang akan datang.
"Kalian segeralah bersiap. Aku akan berbicara dengannya."
Masaki bergerak dari tempatnya. Dia mendekati kakaknya yang ternyata memang bertingkah aneh setelah melihat sosoknya mendekat.
Kaito melihat punggung Masaki berjalan menjauh. Minato yang masuk ke dalam dojo duluan memperhatikan Kaito yang termangu di luar.
"Kaito, ayo cepat."
"Ah..."
***
"HAH!" suara kaget Masaki terdengar cukup keras. "Bagaimana bisa dia ada di sini?"
"Ah, sebenarnya aku bertemu dengannya kemarin. Lalu kami pergi ke sebuah kafe dan ngobrol sebentar. Saat dia menanyakan kabarmu, aku jadi bercerita banyak hal. Lalu tentang camp pelatihan dan kau ini dan....." Ren menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia salah tingkah tiap kali mencoba menjelaskan pada adiknya itu.
"Lalu dia pergi ke sini tanpa memberitahumu? Kalian bertemu di depan pintu masuk dan kau kehilangan dia setelah melihat-lihat tempat latihan dari halaman?"
"Yah begitulah," aku Ren. "Apa dia masuk ke hutan ya?" katanya sambil berpikir.
"Yah jika itu dia ada kemungkinan hal tersebut terjadi."
"Sebaiknya kau kembali pada pada mereka. Kau pasti juga sibuk. Aku.. ah, pokonya serahkan saja ini padaku. Aku yang sudah membuat masalah ini terjadi."
"Baiklah. Tolong ya."
Masaki berlalu pergi. Dia melangkahkan kakinya yang terasa berat menuju dojo. Hari ini dia akan sibuk. Saat memikirkan kemana perginya orang itu, entah kenapa dia jadi dilanda kekhawatiran. Semoga saja tidak terjadi sesuatu padanya.
"Hah..." hela napasnya berat. Masaki melepas geta dan masuk ke dalam dojo. Di bagian pintu masuk Masaki melewati sebuah koper berwarna silver dengan sebuah tas tangan kecil di atasnya. Awalnya Masaki hanya berdiam diri dan memperhatikan lalu dalam benaknya terlintas sebuah pertanyaan. Apakah kakaknya mempunyai tas tangan kecil milik perempuan? Setelah dia merasa tau jawabannya wajah Masaki berubah pucat. Dia membatu di tempat.
"Ada apa Masaki? Wajahmu kelihatan mengerikan loh." Ren masuk lewat pintu beberapa saat kemudian. Dia berencana untuk mengambil kamera miliknya. Namun melihat ekspresi Masaki yang masih terdiam di tempat membuat perhatian Ren terarah pada sesuatu yang membuat adiknya sampai demikian. "Hmm? Koper milik siapa ini?" tanyanya penasaran. "Jangan-jangan..."
Masaki jadi yakin dengan apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Setelah menghembuskan napas keras dia segera melangkahkan kakinya dengan cepat menuju sebuah ruangan. Dia tau hal apa yang akan terjadi sebentar lagi.
***
"Heh? Milik kakek Masa-san?!" Kaito menautkan kedua alisnya dan melihat Minato yang sedang sibuk memakai kimono yang dimaksud.
"Hemm. Masa-san bilang aku boleh memilikinya."
Kaito mendengus mendengar jawaban Minato.
"Kaito itu... begitu menyukai Masa-san ya," ungkap Minato tiba-tiba.
"HAH!? Aku hanya menghormatinya," jawab Kaito segera. Dia jadi salah tingkah dan segera melepas kaos yang saat ini dipakainya. "Masa-san itu... aku selalu kagum padanya," tambahnya. "Bukankah kau juga begitu?"
Minato terdiam. Dia melihat dirinya di cermin ruangan itu. "Ya. Aku juga menghormatinya. Saat melihat Masa-san memanah untuk pertama kali aku berpikir betapa indahnya," Minato tersenyum. Dia jadi ingat malam itu dan hari-hari sebelum Masaki menjadi pelatih mereka. Dia sempat berpikir jika Masaki adalah hantu dan akan menghilang saat melepaskan anak pasan ke-1000 hari itu. "Kurasa aku juga dibuat kagum olehnya."
Kembali terdengar suara dengusan dari Kaito. Namun senyum mengembang di wajah laki-laki itu. "Aku senang Masa-san kembali memanah lagi."
Kali ini Minato tidak menjawab. Tapi dalam hatinya dia berkata, dan aku senang bertemu Masa-san waktu itu. Minato juga senang saat Masaki bilang dia akan melakukan panahan lagi ketika menjadi pelatih Klub Kyudo Kazemai.
Di tengah pembicaraan Kaito dan Minato, sayup-sayup terdengar suara derap kaki. Lama-kelamaan suara itu semakian terdengar jelas dan mendekati ruangan mereka berdua. Kaito dan Minato reflek menoleh ke arah pintu geser ruangan itu.
Blam! Pintu terbuka dan seseorang berdiri di sana.
"Masaki-kun! Aku datang-" terdengar cukup keras. Ketika pintu itu dibuka seorang wanita dengan kamera yang menggantung di lehernya membuka pintu tanpa permisi. Beberapa detik setelah itu mereka bertiga saling pandang dalam keheningan. Setelah sadar siapa yang ada di dalam ruangan itu, wanita tersebut memiringkan kepalanya sedikit dan berucap, "Siapa?"
Sejurus kemudian seperti biasa Kaito berteriak, dan dengan panik dia menjawab, "Seharusnya kami yang bertanya demikian!"