Episode 9
Proeses pemakaman ayah siang itu berlangsung sederhana, meski banyak berderet karangan bunga kiriman dari teman seprofesi ayah menghiasi area pemakaman. Aku dengan mengenakan kemeja putih dan setelan jas hitam ditemani Panji juga Nouna, serta Lemi dan beberapa teman dekat ayah semasa hidupnya. Semua yang hadir merasakan sangat kehilangan, sebab siapa pun tidak menyangka atas yang terjadi dengan ayah termasuk Inspektur Dirga yang juga hadir ditemani salah satu anak buahnya.
“Kita semua tak pernah menduge, ape yang telah terjadi dengan kawan sejawat kita ini. Umur hanya Tuhan yang punye, dan kita hanya bise menjalani ape yang dikehendak oleh-Nya. Semoga beliau damai di sisi Allah Yang Maha Esa. Aamiin,” ucap salah satu pemuka agama, yang memimpin prosesi pemakaman.
Aku hanya bisa tertegun dengan persitiwa yang terjadi dihadapanku itu. Beberapa pasang mata, terlihat menatap penuh tanya terhadap kehadiranku di sana. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Sebab selama ini, ayah tidak pernah membuka tentang siapa aku terhadap semua kawan dan rekan kerjanya. Mereka hanya tahu bahwa beliau punya anak yang ada di Indonesia, dan sudah lama ditinggalkannya.
“Jika ada hal yang awak curigai, saye harap ceritakan di kantor, Satria. Keteranganmu sangat berguna dalam penyelidikan ini,” pinta Inspektur Dirga, sesaat sebelum meninggalkanku. Sedangkan aku, hanya bisa menatap tubuhnya yang menghilang dengan mobil yang dikendarai keluar dari area pemakaman.
Aku masih terdiam di atas pusara ayah yang masih basah, ditemani Panji juga Nouna.
“Satria, tadi Inspektur Dirga meminta ane sama Nouna untuk memberi keterangan di kantornya. Apa lu, udah siap?” tanya Panji, setelah merasa yakin aku sudah baikan.
“Baiklah, Ji. Aku rasa, suatu penyelidikan yang sangat rumit sedang dihadapi oleh Inspektur Dirga. Sebaiknya kita segera ke sana, sebelum semuanya terlambat,” balasku seraya beranjak dari depan makam ayah diikuti Panji juga Nouna. Sementara Lemi, sudah menghilang entah ke mana. Kemungkinan ia kembali ke rumah, untuk membereskan segala sesuatu setelah acara pemakaman.
Dengan mengendarai mobil milik Nouna. Aku juga Panji mengikuti ke mana Nouna membawa kami. Setelah beberapa blok dilalui, kami pun masuk ke sebuah kantor di mana Inspektur Dirga sudah menunggu.
Sebuah gedung bertingkat tiga, bertuliskan Kepolisian Diraja Malaysia. Terlihat megah dengan cat putih, serta berderetnya tiang bendera yang berada di pelataran depan. Tidak terlalu ramai di sekitar gedung tersebut, hanya beberapa petugas yang tampak hilir mudik dengan kegiatannya masing-masing.
Setelah memasuki sebuah ruangan depan kantor. Kedatanganku juga Panji serta Nouna disambut ramah oleh salah satu anak buah Inspektur Dirga.
“Kalian sudah ditunggu oleh Inspektur di kantornya. Mari ikuti saye nak jumpe dengan beliau,” pinta petugas tersebut seraya menunjukkan arah ruangan Inspektur Dirga berada.
Dengan perlahan. Aku, Panji juga Nouna memasuki ruangan di mana pria bertubuh gempal dengan seragam khasnya sedang menunggu kedatangan kami.
“Sialakan duduk. Saye harap, hari ini kalian banyak mase gune memberi keterangan yang kalian ketahui saat terjadinya penembakan Encik Dani di depan gedung Bank Malih Corporation sore itu.” Inspektur Dirga berkata, dengan nada yang cukup berwibawa dan bersahabat terhadap kedatanganku bersama Panji juga Nouna.
“Insya Allah kami akan memberikan kesaksian sesuai dengan yang kami ketahui, Pak Inspektur. Apa lebih baik kita tunggu kedatangan Lemi dulu, sebagai saksi juga, Pak?” pintaku, seraya menatap Panji juga Nouna yang berada di sampingku.
Belum sempat Inspektur Dirga berkata. Dari arah depan, terlihat Lemi yang mengenakan kemeja hitam dengan kain slayer melingkar di lehernya datang bersama seorang anak buah inspektur di depannya.
Setelah semua saksi, yang berada saat kejadian penembakan ayah hadir. Penyelidikan tertutup pun di mulai, hingga berjalan selama tiga jam. Di mana masing-masing memberikan kesaksian sama, ketika peristiwa itu terjadi.
“Baiklah. Setelah semuanya memberikan kesaksian. Saye mohon kepada saudara Satria, untuk bersabar menunggu hasil penyelidikan berikutnya di TKP nanti. Ini bisa kita ketahui saat olah TKP nanti, paham?” ujar Inspektur Dirga, setelah penyelidikan selesai.
“Baik, Inspektur. Dalam beberapa hari ini. Saye nak tangguhkan kepulangan saye ke Indonesia, perihal tugas kuliah yang sedang saye dan Panji jalani. Jike dalam mase tiga hari tak ada hal yang terbukti, saye nak balik sebentar guna memberi laporan kuliah ke pihak kampus di Indonesia. Lepas tuh, saye nak balik ke sini guna lanjut usaha ayah dan penyelidikan ini. Cem mana, Inspektur?” pintaku, memohon pengertian Inspektur Dirga.
“Ouh iya. Saye lupa kalau Saudara Satria sedang jalani tugas kuliah, keh? Baiklah jike begitu keadaannya, saye bisa maklum. Tapi, lepas tuh semua. Saye harap Saudara balik ke sini, guna tuntaskan penyelidikan!” tegas Inspektur Dirga.
“Baik, Inspektur. Saye mohon pamit. Assalamu’alaikum,” balasku, diikuti Panji juga Nouna.
“Wa’alaikumsalam.” Inspektur Dirga membalas dengan seutas senyum penuh misteri ke arahku, Panji juga Lemi. Sementara Nouna sudah menunggu di dalam mobilnya, kemudian mengantarku dengan Panji untuk berbenah di hotel Merrida kemudian pindah ke rumah ayah yang saat ini kutempati.
*****
NB:
Terima kasih untuk yang sudah sudi mampir di episode ini.
Bila berkenan, ditunggu ulasan, saran, masukan, juga kritikannya. Agar cerita ini lebih baik lagi.
Selamat membaca, dan sukses selalu. :)
@Ardhio_Prantoko Wih ... terima kasih, Mas Dhim. Alhamdulillah karya ini sudah terbit, tinggal nunggu lounching saja, nih. Hehehe
Comment on chapter Info Novel IMPIANKU