Read More >>"> Rasa yang tersapu harap (Sebuah rasa yang baru) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rasa yang tersapu harap
MENU
About Us  

 

•••••

 

Rasa itu tidak bisa ditebak. Dia bisa berubah kapan pun ia mau. Tanpa kenal waktu dan tanpa sadar tempat.

 

🍎🍎🍎🍎🍎


Hari Minggu.

Hari di mana kebanyakan orang lebih memilih bermalas-malasan di rumah, menikmati hari libur yang singgah sejenak. Seperti layaknya orang biasa, Andra pun lebih memilih duduk santai di depan teras rumah, masih mengenakan piyama tidur bermotif doraemon. Memandang Bunda yang asik menyirami pepohonan di halaman rumah, sedangkan Ayah yang sibuk mencuci mobil.

Andra menyesap teh hangat yang berada di genggamannya, sambil memandang ke arah luar rumah yang ramai dengan anak kecil. Sesekali gadis itu tertawa melihat tingkah konyol mereka. Ingin rasanya pergi ke sana dan ikut bermain bersama mereka, mengenang masa kecilnya dulu, ah, pasti rasanya menyenangkan. Tapi, rasanya tidak mungkin. Andra cukup sadar diri jika sekarang sudah beranjak dewasa, permainannya bukan seperti itu lagi. Tapi... semakin bertumbuhnya seorang remaja, mereka akan bermain perasaan.

Sekali lagi Andra tertawa renyah, mendengus geli dengan pemikirannya sendiri. Bagaimana bisa seorang remaja ingusan sepertinya berpikiran jauh seperti itu. Bahkan untuk mengatasi perasaan yang menetap pada satu cowok saja ia sudah kelabakan, bagaimana bisa untuk bermain perasaan.

Bunda melirik Andra, memandang penuh kernyitan. Mungkin Bunda bingung melihat putrinya yang seperti orang gila. Masih pagi, masih mengenakan piyama, tapi sudah tertawa sendirian.

"Kamu kenapa, sih?" Tanya bunda menaruh selang dan mematikan keran. Beliau menghampiri Andra, ikut duduk di sebelahnya.

"Nggak kok, Bun. Aku cuma mau ketawa aja, apalagi pas lihat anak-anak kecil di sana sedang bermain. Mengingatkanku pada masa kecilku dulu." Balas Andra terkikik geli, seraya menunjuk sekumpulan anak kecil yang sedang bermain petak umpet.

"Ah, kamu ada-ada saja." Bunda menggelengkan kepalanya. "Mandi sana, gak baik anak perawan jam segini belum rapi."

"Ah, Bunda enggak asik." Sahut Andra mengerucutkan bibir. "Ini kan hari minggu, nggak wajib mandi tau!"

"Jorok banget!" Bunda mencubit paha Andra.

Membuat gadis itu sedikit meringis, "Iya Bunda. Nanti dulu, aku masih mau liatin mereka main." Tunjuknya pada sekumpulan anak-anak itu.

"Lima menit!" Seru Bunda tegas, beliau menatap Andra jengah. Justru wajah bunda yang seperti itu malah membuat Andra terkekeh.

"Iya Bunda sayang," baiklah, Andra rasa ia kalah. Bunda memang selalu menang. Sebelum benar-benar beranjak dari teras, Andra mengecup pipi kanan Bunda dan langsung lari masuk ke dalam rumah. Membiarkan Bunda menggerutu kesal karena sikap jahil Andra padanya.

*****

 

Dua puluh menit berlalu, dan Andra baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah segar. Penampilannya sudah rapi, dengan baju kaos pendek dan celana bahan selutut. Ia rasa setelan seperti ini sangat cocok digunakan dihari minggu seperti ini.

 

Andra berdiri di depan cermin, mengambil bedak bayi di atas meja rias lalu menaburnya ke permukaan wajahnya. Tidak lupa lipbalm agar bibirnya tidak kering dan pecah. Serta menyisir rapi rambut sebahunya. Andra tertawa renyah melihat penampilannya, seperti baru saja kembali menjadi seorang gadis yang baru masuk usia remaja. Andra terkikik geli sebelum akhirnya ketukan di pintu kamar membuatnya terpaksa menghentikan aksi gila yang barusan dilakukan.

 

"Iyaa, sebentar." Ucap Andra meletakan sisir di atas meja. Kemudian berjalan membukakan pintu.

 

"Ah, kamu. Ada apa?" Tanya Andra pada orang itu. Lantas menghadirkan tawa renyah dari seseorang di hadapannya.

 

"Kamu baru selesai mandi, ya?" Tanyanya.

 

Andra mengangguk, ucapan orang itu benar. Andra memang baru selesai berbenah diri, tidak mungkin juga ia mengelak. Sejenak Andra terdiam, entah baru sadar atau memang baru melihat Darpa yang menatapnya dengan senyum geli.

 

"Kamu... sejak kapan di sini?"

 

"Sejak kamu masuk ke dalam kamar dan membersihkan diri." Balas Darpa masuk ke dalam kamar Andra. Pintu kamar dibiarkan terbuka lebar. Agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi meski di antara mereka berdua sudah saling tahu tabiat masing-masing.

 

"Terus mau ngapain masuk ke sini?"

 

"Mau lihat kamar yang kupakai dulu saat masih bocah, saat masih tidur bareng kamu." Balas Darpa meneliti sekeliling kamar Andra. Tidak ada yang berubah, bahkan sejak lima tahun yang lalu. "Nggak ada yang berubah, ya. Semuanya masih sama, masih meninggalkan kenangan yang manis."

 

"Kenangan buruk kali," celetuk Andra.

 

Benar, bukan kenangan manis. Andra tahu betul maksud ucapan Darpa, yang cowok itu maksud adalah saat di mana Andra dan cowok itu tidur bersama di dalam satu kamar, saat masih kelas dua SMP. Tapi bukan terjadi yang aneh-aneh, justru kejadian menakjubkan yang ada. Darpa, cowok itu membuat hancur kamar milik Andra, memporak-porandakan posisi semua barang-barang yang ada di dalam kamar. Setelahnya, cowok itu langsung kabur ke bawah. Andra pikir saat itu, hanya kamarnya yang cowok itu bikin kacau, tapi ternyata dugaannya salah, Darpa, cowok itu berhasil membuat emosi Andra membeludak saat itu juga. Bagaimana tidak? Darpa mencampurkan bedak bayi yang ia pakai dengan minyak goreng, lalu diletakkan di atas meja, berdampingan dengan lipbalm yang sudah cowok itu celupkan ke dalam kopi panas. Membuat gadis itu naik pitam dan marah padanya. Sampai Andra tidak mau bertemu dengannya selama satu minggu, di sekolah pun Andra tidak mau menatapnya apalagi menyapanya.

 

Darpa tertawa renyah, menatap Andra penuh penyesalan. "Maaf, ya. Dulu aku jahil banget, sampai bikin kamu gak mau ngomong sama aku seminggu, bahkan natap wajah aku aja kamu gak mau."

 

"Iyaaa, emang." Ketus Andra. Kekesalan kembali datang jika harus mengingat masa itu, tapi sekarang malah merindukan kebersamaan seperti dulu.

 

"Yaudah, aku kan udah minta maaf. Gimana kalau sekarang kita jalan-jalan?" Tawar Darpa berusaha membujuk Andra agar tidak marah-marah, ah, Darpa selalu tahu bagaimana cara membuat gadis itu tidak merajuk.

 

"Mau kemana?"

 

"Maunya kemana?" Balas Darpa kembali bertanya. Cowok itu duduk di tepi kasur, memandang Andra dari atas hingga bawah. "Kamu ganti baju dulu, deh. Aku tunggu di bawah, ya."

 

Andra mengangguk, Darpa turun ke bawah lebih dulu. Setelahnya ia mengganti pakaian yang dipakai dengan yang lebih pantas untuk berpergian. Sebelumnya tidak terlintas jika hari minggu ini Andra akan pergi ke luar, karena pikirannya tidak sampai ke situ. Andra malah ingin berdiam di rumah, tapi rezeki tidak boleh ditolak, bukan? Ada Darpa yang siap membuang rasa bosannya.

 

*****

 

Suasana minggu siang bisa dibilang cukup ramai. Jika  Andra pikir hari minggu taman akan sepi, nyatanya gadis itu salah. Di taman, semua orang berkumpul. Bermain bersama, menghabiskan waktu, bercanda dan bergurau, melewati hari rehat yang hanya datang sekejap.

 

Darpa mengajaknya ke taman dekat sekolah, katanya biar sekalian main jauh. Soalnya cowok itu sedikit bosan jika harus bermain di tempat yang sama dan tidak pernah berubah. Hidup juga perlu hal baru, bukan? Tidak bisa yang tetap dan monoton. Itu malah membuat rasa bosan kian menyengat.

 

"Mau es krim nggak?" Tawar Darpa menatap Andra. Gadis itu mengangguk cepat, jelas sekali tidak menolak. Di siang hari begini tentu rasanya menyenangkan jika makan es krim.

 

Darpa terkekeh, geli. Mengaja Andra ke penjual es krim keliling yang menetap di tepi taman. Tangan Andra digenggamnya erat, seperti takut gadis itu hilang kembali. Andra terkikik, geli. Ini lucu sekali.

 

"Mau rasa apa?" Tanya Darpa menatap Andra. Lantas membuat gadis itu berpikir sejenak, ia menyukai coklat. Dan apa pun yang berbau coklat. Tapi, rasanya bosan sekali jika harus merasakan apa yang sudah sering dirasa. Bagaimana jika mencoba yang baru.

 

"Vanilla," balas Andra.

 

"Vanilla?" Darpa mengernyit, bingung. Cowok itu baru saja mendengar pernyataan yang bukan Andra banget. "Sejak kapan kamu suka vanilla?"

 

"Aku bukannya enggak suka vanilla," sahut Andra tertawa renyah. "Aku suka vanilla, tapi lebih cinta sama coklat. Dan berhubung hari ini lagi cerah, aku mau cobain rasa baru biar gak terus menetap dirasa yang lalu. Ingin coba keluar dari zona nyaman."

 

"Baiklah," Darpa memesankan es krim sesuai permintaan Andra. Satu cup es krim rasa vanilla dan satu cup rasa strawberry. Pilihan yang bagus, karena Darpa tidak begitu menyukai rasa strawberry.

 

Setelah membayarnya, Darpa mengajak Andra ke arah pohon rindang di taman. Mengajak duduk di rerumputan yang hijau itu, banyak sekali yang melakukan hal yang sama sepertinya. Andra masih tersenyum geli, menatap Darpa yang belum sadar penyebabnya terkikik.

 

"Kamu kenapa?"

 

"Enggak," balas Andra menahan senyum. "Sejak kapan kamu suka rasa strawberry?"

 

Darpa terkekeh, "Ingin coba keluar dari zona nyaman." Balasnya mengulang perkataan Andra.

 

"Kamu kan gak terlalu suka, kenapa dipaksa mencoba?" Ceplos Andra memasukkan sesendok es ke dalam mulut. Menikmati rasa baru yang tidak terlalu buruk di lidahnya. Sepertinya Andra akan jatuh cinta pada vanilla, setelah coklat tentunya.

 

"Kalau enggak dicoba, gimana bisa tahu." Sahut Darpa melirik Andra.

 

Darpa memang benar, jika tidak mencobanya kita tidak akan tahu hasilnya. Tapi, apa baik jika harus memaksanya? Ah, Darpa tidak terlihat seperti terpaksa. Mungkin memang benar, keluar dari zona nyaman itu perlu. Sebab, yang selalu bikin nyaman belum tentu mampu bertahan lama. Bisa saja, yang bikin nyaman akan lenyap dalam kurun waktu yang singkat. Kita tidak bisa menebaknya, nyaman itu... sebuah rasa yang sakral.

 

Kembali Andra masukkan sesendok es ke dalam mulut. Menyelam dalam rasa yang sebelumnya tidak pernah tersentuh. Gadis itu melirik Darpa yang berada di sebelahnya, cowok itu pun sama sepertinya, begitu dalam terjebak dalam rasa yang baru. Begitu menyukai sesuatu yang baru saja dicoba, beberapa menit sebelumnya. Andra rasa memang benar, rasa itu bisa kapan saja berubah. Tidak mengenal waktu, tidak sadar tempat. Seperti ia yang terjebak dalam rasa manis yang nikmat.

 

"Gimana?"

 

"Apanya?" Balas Andra bingung.

 

"Gimana perasaanmu sekarang, sudah lebih baik dari sebelumnya?"

 

"Maksud kamu tuh apa, sih?" Andra semakin bingung dengan perkataan Darpa. Cowok itu tiba-tiba saja berkata yang tidak ia mengerti.

 

Darpa tertawa renyah, "Gimana perasaan kamu sekarang? Apa lebih baik dari sebelumnya? Atau perasaan kamu lebih buruk dari itu. Aku tahu, kamu ingin mencoba hal yang baru, tapi kamu terlalu takut untuk mencoba."

 

"Darpa... bagaimana kamu bisa tahu?"

 

"Dari wajah kamu," balas Darpa menatap Andra. Darpa tersenyum geli, melihat ekspresi Andra yang kebingungan. "Wajah bingungmu itu, membuatku ingin merengkuh dan membawamu pulang. Tidak ingin sampai ada yang melihatnya selain aku. Itu... menggemaskan."

 

Kedua pipi Andra sontak memerah, perkataan Darpa cukup membuat debar jantungnya tidak karuan. Es krim yang ia makan sudah tidak lagi terasa, sudah menjadi hambar. Kini cuma ada sekelompok kupu-kupu yang terbang bebas dalam jantungnya. Membuat hatinya semakin kelabakan. Darpa menatap Andra dengan senyumnya, lantas membuat Andra menunduk malu. Belum tuntas permasalahan jantungnya yang terus meronta minta dihentikan, Darpa sudah kembali membuat gadis itu kesulitan bernapas. Andra rasa, besok ia harus menyediakan oksigen lebih. Untuk jaga-jaga jika suatu saat nanti, Darpa benar-benar membuatnya tidak bisa bernapas.

 

🍭🍭🍭🍭🍭

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nanasmuda

    Lucu banget Darpa sama Andra ini

    Comment on chapter Sahabat
Similar Tags
BELVANYA
301      202     1     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Kama Labda
499      300     2     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
Kamu, Histeria, & Logika
56309      6031     58     
Romance
Isabel adalah gadis paling sinis, unik, misterius sekaligus memesona yang pernah ditemui Abriel, remaja idealis yang bercita-cita jadi seorang komikus. Kadang, Isabel bisa berpenampilan layaknya seorang balerina, model nan modis hingga pelayat yang paling berduka. Adakalanya, ia tampak begitu sensitif, tapi di lain waktu ia bisa begitu kejam. Berkat perkenalannya dengan gadis itu, hidup Abriel...
Belum Tuntas
4415      1546     5     
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti. ...
Tell Me What to do
447      315     1     
Short Story
Kamu tau, apa yang harus aku lakukan untuk mencintaimu? Jika sejak awal kita memulai kisah ini, hatiku berada di tempat lain?
Infatuated
725      484     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"
Telat Peka
1225      555     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Meet You After Wound
232      198     0     
Romance
"Hesa, lihatlah aku juga."
Abnormal Metamorfosa
1982      687     2     
Romance
Rosaline tidak pernah menyangka, setelah sembilan tahun lamanya berpisah, dia bertemu kembali dengan Grey sahabat masa kecilnya. Tapi Rosaline akhirnya menyadari kalau Grey yang sekarang ternyata bukan lagi Grey yang dulu, Grey sudah berubah...Selang sembilan tahun ternyata banyak cerita kelam yang dilalui Grey sehingga pemuda itu jatuh ke jurang Bipolar Disorder.... Rosaline jatuh simpati...
Melting Point
5165      1061     3     
Romance
Archer Aldebaran, contoh pacar ideal di sekolahnya walaupun sebenarnya Archer tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Sikapnya yang ramah membuat hampir seluruh siswi di sekolahnya pernah disapa atau mendapat godaan iseng Archer. Sementara Melody Queenie yang baru memasuki jenjang pendidikan SMA termasuk sebagian kecil yang tidak suka dengan Archer. Hal itu disebabkan oleh hal ...