Read More >>"> Rasa yang tersapu harap (Kunjungan pertama ke perpus) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rasa yang tersapu harap
MENU
About Us  

 

•••••

 

Menanam kebaikan tidak perlu memikirkan balasan. Jika bisa bantu, maka lakukan. Jika tidak, setidaknya jangan merepotkan.

 

🍎🍎🍎🍎🍎


Waktu berjalan tanpa memedulikan semesta, mereka selalu saja semena-mena, tidak pernah berpikir jika dibalik itu ada seseorang yang terluka. Takdir tidak bisa membantunya, sebab semesta selalu menang melawan takdir.

Andra masih saja membaca novel di heningnya kelas. Dua jam sudah berlalu, suasana kelas semakin sepi. Ada yang memilih tidur, membaca buku sepertinya, atau memilih mendengarkan musik menggunakan headset. Mereka tidak peduli dengan sekelilingnya, itu sebabnya jam kosong sangat disukai murid seperti mereka.

Sejenak, Andra meletakkan novel yang ia bawa di atas meja. Mulai mengambil napas dan mengembuskannya pelan. Novel yang Andra bawa cukup membuatnya gila, terlalu sakit jiwa. Dari awal Andra dibawa untuk terbang dan merasakan indahnya arti cinta. Tapi ketika mencapai klimaks, Andra dibuat bimbang, seperti disuruh memilih ingin bahagia atau terluka. Ah, tentu saja pilihannya bahagia. Siapa pun pasti akan memilih itu.

Andra melirik Darpa yang berada di sebelahnya, masih tertidur lelap. Andra terkekeh pelan, rupanya Darpa masih mengantuk. Tidurnya pulas sekali sampai suara hujan di luar sekolah tidak mengganggunya. Memang benar, lima belas menit sebelum Andra rehat dari membaca, hujan turun mengguyur kota Jakarta yang padat. Membuat suasana di sekolah menjadi sedikit dingin. Untung saja, hujan tidak turun dengan lebat. Mungkin hujan mengerti, di sini tidak ada penghangat yang mampu menghangatkan tubuhnya.

"Andra, boleh gue minta tolong?" Ucap Julian tiba di hadapannya.

Lantas membuat Andra mendongak menatap wajah Julian yang tenang. Andra mengernyit, bingung dengan kedatangan Julian. Padahal tadi ia sempat melihat Julian sedang tidur, sama seperti Darpa. Tapi tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.

"Minta tolong apa?" Balas Andra.

"Tolong kembaliin buku ini ke perpus. Gue dipanggil Bu Lia, lo bisa bantu gue gak?" Tanya Julian menyerahkan dua buku paket biologi beda tema pada Andra. Julian menatap Andra tidak enak, mungkin karena harus merepotkannya.

"Boleh," sahut Andra menerima buku paket itu. "Tapi aku balikinnya nanti ya, mau lanjut baca novel lagi."

Julian terkekeh, "Iya enggak apa-apa, yang penting lo udah mau bantu gue aja, guenya udah syukur. Makasih, ya."

Lantas membuat Andra tertawa renyah, "Kayak sama siapa aja, sebagai teman kan kita wajib membantu."

"Iyaa, cuma gue ngerasa gak enak aja sama lo. Mau minta tolong sama yang lain, pada sibuk semua. Jadi, cuma lo yang keliatannya gak terlalu marah kalo gue pintain tolong. Tau sendiri lah gimana anak kelas kalo udah pewe diganggu, pasti langsung mencak-mencak." Julian tertawa renyah menanggapi ucapan Andra. Cowok itu lalu pamit untuk segera ke kantor menemui Bu Lia.

Andra tidak keberatan jika harus membantu seseorang yang memang membutuhkan bantuannya. Terlebih lagi, Julian cukup dekat dengan Darpa. Andra jadi semakin tidak enak jika harus menolak permintaannya.

Novel Andra tergeser hingga hampir jatuh, lantas dengan sigap ia meraihnya. Ia melirik Darpa yang masih memejamkan mata, pulas sekali. Untung saja pergerakan Darpa tadi tidak benar-benar membuat novel miliknya  jatuh, kalau tidak... Ah, ia pasti akan marah.

Andra melihat jam di dinding, sudah pukul sembilan. Mungkin sebaiknya Andra mengembalikan buku paket biologi yang dititipkan Julian padanya, daripada bel istirahat berbunyi lebih dulu. Andra sedikit bingung, ingin membangunkan Darpa atau tidak. Takutnya, jika Darpa bangun nanti dan tidak melihat ia di samping Darpa, cowok itu akan mencarinya dan jika tidak menemukan, cowok itu pasti merajuk lagi. Andra terkekeh pelan membayangkannya, tapi biarlah, biar saja Andra mengembalikan buku itu tanpa perlu membangunkan Darpa.

*****

 

Di jalan menuju perpus, Andra bersenandung kecil. Hujan sudah mereda, meninggalkan bekas yang begitu mendalam. Mungkin bagi sebagian orang, hujan adalah teman terbaiknya. Hujan hadir dengan kenangan yang membuat seseorang itu merasakan rindu. Hujan selalu punya cara tersendiri untuk menjebak seseorang menari bersamanya. Ah, mulai detik ini mungkin Andra akan menyukai hujan.

 

Andra turun ke lantai satu, tempat di mana perpus berada. Sayangnya, perpus berada di gedung sebelah, jadi mau tidak mau ia harus menyeberang jalan setapak menuju perpus. Kepalanya terkena air hujan yang turun, sedikit tapi rasanya menyenangkan. Buku yang ia bawa dipeluk erat agar tidak basah, ah, Andra lupa kapan terakhir kali ia mandi hujan.

 

Di tengah jalan, tak sengaja Andra menabrak seseorang karena terlalu asik dengan gemericik air Tuhan yang turun membasahi bumi. Untungnya Andra bisa mengendalikan tubuhnya sehingga tidak jatuh, dengan posisi buku yang masih dipeluk erat. Andra mendongak, menatap seseorang yang tidak sengaja ia tabrak. Berniat ingin meminta maaf, tapi semua niatnya menguap entah kemana saat tahu jika yang ditabraknya adalah cowok menyebalkan, musuh Andra.

 

"Lo jalan liat-liat dong!" Ketus Jensen pada Andra. Andra diam, memandang cowok itu datar. Tidak mau mengubah suasana menyejukkan ini menjadi penuh amarah.

 

"Bisu, ya?! Kalo ada yang ngomong itu jawab! Lo punya mulut gak kepake banget, sih?!" Gerutu Jensen karena Andra hanya diam tidak menyahuti perkataannya.

 

Jensen semakin geram, cowok itu lalu menarik tangan Andra agar menjauh dari sana. Menuju ujung gedung dan melewati perpus. Tadinya andra hanya diam ketika cowok itu menariknya, tapi semakin lama tarikannya semakin kuat. Lantas Andra menepis kasar tangan Jensen, sehingga tangan itu terlepas dari cengkeramannya.

 

"Biasa aja," celetuk Andra. "Aku gak sengaja nabrak kamu, kenapa juga harus narik-narik? Kamu gak punya kerjaan lain, ya?"

 

Jensen melotot memandang Andra, kata sarkasnya selalu keluar, "Enak aja! Gue tuh orang sibuk, gak kayak lo yang sok sibuk!"

 

"Yaudah urus aja urusan kamu, katanya orang sibuk. Terus ngapain pake urusin segala urusan aku! Kamu aneh, gak jelas banget jadi cowok!" Sarkas Andra. Entah dari mana keberaniannya muncul, tapi rasanya jika melawan cowok ini semua tenaga dan sarkas gadis itu selalu keluar dan mengambil alih emosinya.

 

"Udah berani ya lo sekarang!" Jensen tersenyum licik menatap Andra. "Gue sih gak masalah sama lo, tapi kayaknya ngerusak hubungan lo sama cowok lo itu asik juga."

 

Andra melotot, kaget. Ucapan Jensen sangat tidak masuk akal. Cowok itu benar-benar gila. "Gila kamu!"

 

"Gue emang gila, kenapa? Gak suka?!"

 

"Sinting," sarkas Andra. "Udah, aku mau ke perpus. Kamu kurang kerjaan banget selalu ganggu aku, bener-bener enggak punya kerjaan."


Langsung saja Andra meninggalkan Jensen di ujung gedung itu. Salah sendiri, cowok itu yang mengajaknya ke sana. Padahal perpustakaan sudah terlewat, Andra mendengus, kembali berjalan menuju perpustakaan. Sesampainya di perpustakaan, Andra langsung masuk ke dalam. Bertemu dengan Mbak Anggi, penjaga perpus.

"Mbak," panggil Andra pelan, menatap Mbak Anggi yang masih sibuk berkutat dengan komputer di hadapannya. "Aku mau balikin buku."

Mbak Anggi menoleh, menatap Andra bingung. Mungkin jika Andra menjadi dirinya pun sama akan kebingungan. Pasalnya ia tidak pernah menginjakkan kaki ke perpus sebelumnya. Dan ini, kali pertama Andra datang ke perpus.

"Balikin buku apa?" Tanya Mbak Anggi, ramah.

"Ini Mbak," ucap Andra menyodorkan dua buku paket biologi. "Bukan punya aku sih, ini yang pinjam Julian. Tapi dia lagi gak bisa balikin bukunya, tadi dia dipanggil sama Bu Lia ke kantor. Jadi, dia minta tolong sama aku." Kujelaskan sekalian kenapa bisa aku yang mengembalikan buku biologi itu, agar Mbak Anggi tidak semakin kebingungan.

"Ah, iya. Pantas saja saya tidak melihat Julian. Anak itu benar-benar..." Balas Mbak Anggi menggelengkan kepalanya pelan, lalu mengambil buku biologi yang ia beri tadi. Mbak Anggi langsung mendata pengembalian buku pinjaman perpustakaan.

"Kamu baru pertama kali ke sini, ya? Saya baru melihat kamu." Suara Mbak Anggi kembali terdengar, beliau menatap Andra yang diam memandangnya.

"Kok diam?"

Andra tersentak, lalu tersenyum kikuk. "Eh, nggak kok Mbak. Ah, iya aku emang baru pertama kali ke perpus, makannya Mbak agak asing sama wajah aku ya."

Andra terkekeh, berharap bisa mencairkan suasana. Mbak Anggi ikut terkekeh menatapnya.

"Kamu lucu banget. Besok datang lagi ya, jangan sungkan."

Andra tertawa, ucapan Mbak Anggi begitu menggelitik perutnya. Apa yang baru saja perempuan itu bilang tentu tidak benar, orang sepertinya mana ada lucu-lucunya.

"Ah, Mbak bisa aja." Sahut Andra terkekeh, "Iya Mbak, nanti aku ajak sekalian temanku biar betah main di perpus."

"Oh, boleh kok boleh." Balas Mbak Anggi mengangguk. "Ajak temanmu yang banyak, ya. Biar perpus ini gak sepi banget, di kelasmu yang rajin ke sini cuma Julian, itu pun cuma sekedar meminjam buku pelajaran, padahal di sini juga banyak novel remaja."

"Serius Mbak?" Wajah Andra berbinar, mendengar kata novel membuatnya bersemangat. "Tenang aja, mungkin sehabis ini aku bakalan rajin mampir deh."

"Siap!" Balas Mbak Anggi mengacungkan jempolnya.

*****

 

"Kamu abis dari mana?" Tanya Darpa saat Andra tiba di kelas. Bel istirahat sudah berbunyi, kelas juga sudah sepi. Tapi, Darpa masih setia menunggunya.

 

"Abis dari perpus." Balas Andra. "Kamu gak ke kantin? Emangnya gak lapar?"

 

"Nanti aja," sahut Darpa memperhatikan Andra. "Kamu ngapain ke perpus? Tumben banget."

 

"Bantu Julian balikin buku biologi, Darpa. Kamu sih tidur terus." Ucap Andra terkekeh, pelan.

 

Darpa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Abisnya aku ngantuk, jadi tidur aja."

 

"Iyaudah, kamu mau ke kantin atau enggak?" Tanya Andra membuka tas. Mengambil tempat makan yang sudah ia siapkan dari rumah. "Aku bawa bekal, jadi gak ke kantin."

 

"Oh, ya? Bawa bekal apa?"

 

"Bawa nasi," balas Andra. "Lauknya ikan tongkol dibalado, kamu mau?" Andra menatap Darpa yang terlihat memandang ke arah tempat makannya.

 

"Mau!" Seru Darpa terkekeh, "Mau, ya?"

 

Andra tertawa, Darpa sungguh lucu. "Iyaa, makan berdua aja ya."

 

"Oke,"

 

Akhirnya Andra makan satu bekal berdua dengan Darpa. Cowok itu terlihat begitu lahap memakan makanan yang ia bawa, tahu begitu ia membawanya dilebihkan sehingga bisa membuat perut kenyang. Jika begini, hanya Darpa yang memakan lebih banyak. Andra mendengus, sedikit kesal. Ingin marah tapi tidak bisa, apalagi saat melihat wajah senang Darpa. Cowok itu begitu lahap, seperti belum makan bertahun-tahun lamanya. Andra terkekeh ketika melihat sebutir nasi menempel di sudut bibir Darpa.

 

"Kamu mah, makan gak pernah rapi." Ucap Andra mengelap sebutir nasi yang menempel itu. "Yang bener ah kalo makan, udah gede juga."

 

Darpa terdiam, cowok itu memandang Andra dalam. Gadis itu jadi salah tingkah ditatap seperti itu. Darpa menyebalkan. Tak lama, Darpa tersenyum menatap Andra. Cowok itu mengembalikan tempat makan yang sudah kosong, makanannya sudah habisnya disantap. Andra si pemilik hanya mendapat beberapa sendok saja, selebihnya Darpa yang menghabiskan.

 

"Enak," ucap Darpa tersenyum. "Tumben banget bawa bekal."

 

"Mendadak itu juga," balas Andra memasukkan tempat makan kembali ke dalam tas. "Kamu makan lahap banget, kayak gak pernah makan bertahun-tahun."

 

Darpa tertawa renyah, "Iya, aku lapar banget. Maaf, ya. Kamu jadi makan sedikit, sebentar aku beliin makanan dulu di kantin."

 

"Enggak usah," sergah Andra menahan lengan Darpa yang sudah berdiri. "Aku udah gak terlalu lapar lagi, mending kamu minum dulu, dari tadi belum minum."

 

"Ah, iya. Pantas aja tenggorokanku seret." Balas Darpa tertawa renyah. Cowok itu langsung mengambil air mineral yang dibelinya tadi pagi. Menenggaknya hingga setengah. Dan semua itu tak luput dari pandangan Andra.

 

🍭🍭🍭🍭🍭

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nanasmuda

    Lucu banget Darpa sama Andra ini

    Comment on chapter Sahabat
Similar Tags
Meta(for)Mosis
9636      2050     4     
Romance
"Kenalilah makna sejati dalam dirimu sendiri dan engkau tidak akan binasa. Akal budi adalah cakrawala dan mercusuar adalah kebenaranmu...." penggalan kata yang dilontarkan oleh Kahlil Gibran, menjadi moto hidup Meta, gadis yang mencari jati dirinya. Meta terkenal sebagai gadis yang baik, berprestasi, dan berasal dari kalangan menengah keatas. Namun beberapa hal mengubahnya menjadi buru...
Dimensi Kupu-kupu
12026      2436     4     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
Kejar Mika!
2995      932     5     
Romance
Sudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh cinta setengah mati dengan Mikail Angelo, pemuda tampan paling populer di sekolahnya yang biasa dipanggil Mika. Jungkir balik dan jatuh bangun mengejar cintanya sedari SMP, yang ia dapat adalah penolakan. Lagi, lagi dan lagi. Pantang menyerah, Pinky berjuang keras demi bisa masuk SMA yang sama dengan pemuda itu. Dan ketika ia berhasil berada di ...
Aldi. Tujuh Belas. Sasha.
465      260     1     
Short Story
Cinta tak mengenal ruang dan waktu. Itulah yang terjadi kepada Aldi dan Sasha. Mereka yang berbeda alam terikat cinta hingga membuatnya tak ingin saling melepaskan.
Segaris Cerita
485      253     3     
Short Story
Setiap Raga melihat seorang perempuan menangis dan menatap atau mengajaknya berbicara secara bersamaan, saat itu ia akan tau kehidupannya. Seorang gadis kecil yang dahulu sempat koma bertahun-tahun hidup kembali atas mukjizat yang luar biasa, namun ada yang beda dari dirinya bahwa pembunuhan yang terjadi dengannya meninggalkan bekas luka pada pergelangan tangan kiri yang baginya ajaib. Saat s...
When I Met You
603      340     14     
Romance
Katanya, seorang penulis kualat dengan tokohnya ketika ia mengalami apa yang dituliskannya di dunia nyata. Dan kini kami bertemu. Aku dan "tokohku".
My Teaser Devil Prince
5660      1349     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
KSATRIA DAN PERI BIRU
133      113     0     
Fantasy
Aku masih berlari. Dan masih akan terus berlari untuk meninggalkan tempat ini. Tempat ini bukan duniaku. Mereka menyebutnya Whiteland. Aku berbeda dengan para siswa. Mereka tak mengenal lelah menghadapi rintangan, selalu patuh pada perintah alam semesta. Tapi tidak denganku. Lalu bagaimana bisa aku menghadapi Rick? Seorang ksatria tangguh yang tidak terkalahkan. Seorang pria yang tiba-tiba ...
Take It Or Leave It
4602      1661     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
Antropolovegi
97      88     0     
Romance
"Ada satu hubungan yang lebih indah dari hubungan sepasang Kekasih Kak, Hubungan itu bernama Kerabat. Tapi kak, boleh aku tetap menaruh hati walau tau akhirnya akan sakit hati?" -Dahayu Jagat Raya. __________________________ Sebagai seseorang yang berada di dalam lingkup yang sama, tentu hal wajar jika terjadi yang namanya jatuh cinta. Kebiasaan selalu berada di sisi masing-masing sepanjang...