Read More >>"> Rasa yang tersapu harap (Pertemuan dengan musuh) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rasa yang tersapu harap
MENU
About Us  

 

•••••

 

Jangan gegabah, bersikaplah cerdas. Jangan melawan dengan emosi yang menggebu, tapi tunjukkan saja senyum mematikan yang kamu miliki.

 

🍎🍎🍎🍎🍎


Andra berdiri di depan meja rias, menatap pantulan dirinya pada cermin yang berada di hadapannya. Tubuhnya sudah terbalut seragam lengkap SMA Mandala. Cukup rapi sehingga siap untuk pergi ke sekolah.

Andrq tersenyum memandang dirinya, berusaha menyakinkan bahwa hari ini adalah hari yang baik untuknya. Tidak ingin berprasangka buruk terhadap kejadian yang akan menimpanya nanti, bukankah hari ini adalah kejutan baru untuk setiap makhluk?

Andra memoles bedak bayi sedikit lagi ke permukaan wajahnya, sehingga membuat ia sedikit tambah percaya diri. Andra masih saja berdiam di depan cermin, terus meneliti penampilannya hari ini. Tidak ada yang berbeda, semuanya sama saja. Sama seperti Andra yang biasanya.

Hingga suara ketukan pintu kamar mengejutkan Andra, ia terperanjat, melirik sinis pintu yang masih berbunyi itu. Rasanya ingin marah, tapi setelah mendengar suara itu, entah bagaimana, rasa amarah Andra kian meredup.

"Andra... bangun, udah siang."

Ah, suara Darpa. Cowok yang menggemaskan menurut Andra, ia hampir saja lupa bahwa Darpa menginap di rumahnya. Sekali lagi, Andra meneliti penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki sebelum akhirnya bergegas membukakan pintu kamar agar Darpa tidak lagi berisik.

"Iya..." Ucap Andra tersenyum.

Pintu terbuka sempurna, Darpa berada di hadapan Andra. Sudah rapi dengan seragamnya, dia tersenyum menatap Andra lembut. Andra selalu bersyukur bisa bertemu dengannya, dengan cowok yang sampai saat ini mengisi hari-harinya.

"Kirain belum bangun," ucap Darpa terkekeh, lalu meneliti penampilan Andra. "Udah rapih, ayo ke ruang makan. Kita sarapan dulu, bawa tas kamu sekalian."

"Iya," balas Andra menurut. Lalu kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas sekolah, setelah itu bergegas turun ke ruang makan menghampiri Darpa yang sudah pergi lebih dulu.

"Darpa," panggil Andra saat melihat cowok itu sedang menyiapkan sarapan pagi, pacar-able sekali.

"Sini, Ndra. Sarapan dulu, aku udah bikin nasi goreng. Maaf, ya. Cuma bisa masak nasi goreng, hehe." Darpa terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jelas sekali terlihat jika cowok itu sedang gugup.

"Iya, gak apa-apa." Andra tersenyum pada Darpa, lalu duduk di salah satu bangku di meja makan. Darpa pun ikut duduk di hadapan Andra.

"Baca do'a dulu, ya. Jangan lupa,"

"Iyaa... Darpa."

Kami pun segera melakukan kegiatan sarapan bersama. Tidak ada yang bersuara, hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Cukup lama hingga akhirnya mereka berdua selesai sarapan. Darpa menatap Andra, memberikan segelas air putih, dan langsung meneguk segelas air miliknya. Andra terdiam cukup lama hingga akhirnya mengambil gelas itu dan ikut menenggaknya.

"Udah selesai?"

"Udah,"

"Yaudah ayo berangkat," ajak Darpa tersenyum. Lalu beranjak dari ruang makan ke dapur dengan membawa piring kotor sehabis makan tadi. Meletakkannya di tumpukan piring kotor dan meninggalkannya begitu saja. Karena hari semakin siang, Darpa lebih memilih mencuci piringnya saat dia pulang sekolah.

Darpa berjalan menghampiri Andra yang masih setia duduk di bangku, mengajak Andra untuk segera beranjak dari sana dan pergi ke sekolah. Setelah mengunci pintu rumah, Darpa segera mengambil motor miliknya yang berada di garasi rumah Andra, dan menghidupkannya. Andra masih saja berdiam di depan pintu, menatap pergerakan Darpa yang begitu menarik perhatian Andra. Senyum Andra merekah, Darpa selalu menjadi daya tariknya.

*****

 

Suara deruan motor terdengar ramai saat gerbang sekolah sudah terlihat dari jarak sepuluh meter di depan. Darpa memelankan lajunya saat banyak murid yang berjalan kaki dari arah jalan depan menuju sekolah. Banyak yang menyapa Andra pagi ini, Andra tersenyum membalas sapaan mereka. Teman-temannya begitu baik, ia rasa.

 

Banyak juga gadis-gadis yang menyapa Darpa, ada yang menyapa seperti orang biasa, ada yang dibuat lenjeh, ada juga yang disertai kedipan mata. Andra mendengus, sebal. Ada saja yang membuatnya kesal. Apalagi yang menyapa Darpa kegenitan. Untung saja, Darpa hanya membalasnya dengan senyum. Sepanjang sapaan yang terdengar, tak satu pun sepatah kata yang keluar dari mulutnya untuk menjawab sapaan itu.

 

Motor yang dikendarai Darpa mulai memasuki parkiran sekolah. Darpa menghentikan motornya tepat berbaris dengan motor lainnya. Andra turun dari motor, menepi, dan menunggu Darpa yang sedang memakirkan motornya.

 

"Ayo," ajak Darpa menarik tangan Andra. Kedua tangan mereka saling menggenggam erat. Darpa tersenyum pada Andra dan Andra membalas senyumnya.

 

Sepanjang jalan banyak sekali yang menatap Andra dengan berbagai macam pandangan. Ada yang menatapnya jengkel, tidak suka, sinis dan ada juga yang dengan terang-terangan memandang Andra remeh. Andra menunduk, sedikit gelisah. Tapi genggaman Darpa cukup membantu membuat perasaannya tenang. Darpa tau ia sedang gelisah sehingga genggamannya semakin erat. Dia tersenyum pada orang-orang yang menyapanya di sepanjang koridor. Terlebih pada anak cewek yang menyukai keramahannya.

 

"Wih.. ada pasangan serasi yang lewat. Cocok ya mereka berdua!" Pekik Barel, meledek.

 

Darpa menghentikan langkahnya, begitu pun dengan Andra. Kami berhenti tepat di depan Barel dan teman-temannya. Rupanya mereka masih saja suka mencari masalah dengannya, apa masalah MPLS hari itu belum cukup bagi mereka.

 

Darpa memandang datar gerombolan itu. Tidak bersuara, hanya memandang dengan tatapan yang mematikan. Andra cukup gemetar saat melihat mata legum meneduhkan itu berubah menjadi menyeramkan. Andra hampir saja ragu kalau orang yang berada di sampingnya bukanlah Darpa.

 

"Ngapain lo? Mejeng?" Sinis Jen. Cowok itu memandang Andra remeh. Selalu seperti itu, Andra sedikit terganggu dengan pandangannya, rasanya ingin sekali mencakar wajah menyebalkan itu.

 

Andra diam tidak menjawab, begitu juga Darpa. Mereka hanya diam, memandang gerombolan itu dengan tatapan tidak suka. Jelas sekali ada permusuhan di antara mereka.

 

"Lu sih, Rel! Tuh pasangan serasi jadi berhenti di depan kita kan. Muak gue liat mukanya!" Ketus Jen.

 

"Bagus, dong! Kita harus menyambut pasangan serasi seantero sekolah. Harusnya mereka bangga dong udah gue sambut kayak gini biar anak yang lainnya juga tau kalo mereka itu pasangan yang gak bisa dipisahin!" Sahut Barel nyolot.

 

"Hahaha.. bodoh." Sindir Jen.

 

Barel tertawa mendengarnya, itu adalah lelucon menurutnya. Bukan lagi makian, itu sudah sering terdengar olehnya sehingga Barel biasa saja dikatakan bodoh.

 

Andra kesal melihatnya, ingin sekali langsung membekap mulut mereka yang asal bicara itu. Supaya tidak ada lagi orang yang tidak toleransi dengan sesamanya.

 

"Kalian yang bodoh." Ketus Andra memandang mereka sinis. Andra sadar, ia harus berani melawan orang-orang seperti mereka. Kalau dibiarkan, mereka akan semakin melunjak. "Sadar diri, udah bodoh malah ngatain orang bodoh. Berkaca sebelum bicara, dipakai otaknya jangan asal bicara. Ingat! Ini sekolah bukan tempat main kalian."

 

Darpa tersenyum tipis, dia melirik Andra penuh bangga. Andra pun jadi tambah percaya diri karena sudah seharusnya ia melawan wabah seperti mereka agar tercipta lingkungan yang tenang.

 

"Njir, gue pikir dia gak berani ngomong." Celetuk Barel terkekeh pelan. "Gak taunya bisa bacot juga."

 

"Iyalah! Kan gue udah bilang tuh cewek galak. Jadi wajar aja dia bisa ngomel." Sambung Jen masih dengan sinisnya.

 

"Udah, balik ke kelas." Ajak Khadzam yang dari tadi diam. Dia salah satu cowok yang paling waras menurut Andra di antara cowok menyebalkan itu. Dia juga cowok yang tidak begitu banyak bicara.

 

Memang jika dilihat dari penampilannya, Khadzam merupakan cowok yang paling benar di antara kedua temannya. Baju yang dikenakannya pun rapi, tidak berantakan seperti Jensen dan Barel. Khadzam seperti good boy yang terjebak dalam ruang lingkup bad boy. Khadzam sempat melirik Andra dengan wajah datarnya sebelum akhirnya menyenggol bahu Darpa yang berada di sebelahnya. Darpa sedikit tersinggung dengan perlakuan Khadzam, tapi cowok itu masih bisa mengontrol emosinya. Lagipula Darpa tidak akan marah jika tidak diganggu.

 

"Darpa... Kita ke kelas aja. Jangan di sini, aku malu diliatin anak satu sekolah." Bisik Andra pada Darpa yang terdiam. Dia mengerjap-kerjap matanya, lalu menoleh pada Andra. Dia tersenyum kemudian mengangguk. Dan mereka berdua beranjak dari koridor menuju kelas. Masih dengan tangan yang saling berkaitan.

 

*****

 

"Aku gak suka sama mereka. Ucapan mereka itu selalu cablak. Mereka gak pernah mikir akan ada yang sakit hati atau enggak sama omongan mereka." Kesal Darpa terus mengoceh pada Andra.

 

Saat mereka tiba di dalam kelas, Darpa  mulai menyuarakan apa yang dia rasa. Sampai kami duduk di antara teman sekelas yang lain pun dia masih saja berceloteh. Darpa terlihat sangat bawel saat ini,  seperti bukan dirinya yang biasa terlihat orang lain. Andra diam, masih setia mendengar ocehannya yang tidak kunjung berhenti. Rupanya, cowok ini masih kesal dengan perlakuan adik kelasnya itu. Sebagai anggota OSIS dia merasa tersinggung dengan perilaku yang tidak beretika seperti mereka. Seharusnya dia bisa membantu mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tapi rasa kesal itu seakan menutup niatnya. Dia sudah terlanjur tidak menyukai mereka. Biarkan saja itu menjadi tugas yang lain.

 

"Kamu kalau ketemu sama mereka dan lagi gak sama aku, abaikan aja. Jangan pernah diladenin, takutnya mereka malah semakin jadi. Tapi kalau lagi sama aku, gak apa-apa kamu ngelawan mereka asal gak berlebihan. Bersikap cerdas ya, Ndra."

 

Andra tersenyum dan mengangguk. Tentu saja ia setuju dengan ucapan Darpa. Tidak mungkin ia harus membuang waktu lebih untuk mengurus hal yang tidak perlu. Lagian, untuk apa juga ia harus mati-matian meladeni sikap Jensen dkk. Itu hanya membuat lelah saja. Belum lagi tidak ada keuntungan yang ia dapat jika harus terus menghiraukan mereka.

 

"Iya Darpa. Aku juga tahu,"

 

"Bagus jika kamu tahu, jadi aku gak perlu capek-capek kasih tahu kamu lagi. Ingat, ya. Jangan pernah turutin emosi kamu kalau lagi kesal, takutnya malah jadi fatal nanti. Kan, kamu gak akan tahu apa akibat dari emosi kamu yang membeludak."

 

"Iya, Darpa. Terima kasih sudah mengingatkanku lagi. Entah bagaimana nanti jika aku tidak lagi bersama kamu, mungkin aku gak akan bisa sekuat ini." Ucap Andra tersenyum.

 

"Hush! Kamu ngomong apa, sih?!" Kesal Darpa melirik Andra tidak suka. "Aku bakalan bareng terus kok sama kamu, sebisaku, aku gak akan pergi. Jika nanti akhirnya aku pergi, ingat ya, aku tetap bersama kamu. Mungkin raga aku gak akan ada di samping kamu, gak bisa temani kamu, tapi jiwa aku selalu ada untuk kamu. Rasa aku selalu bersama kamu. Aku selalu ada dihati kamu, bukankah begitu?"

 

Andra terdiam, terpaku. Tidak lagi sanggup berkata-kata. Ucapan Darpa memang benar, dia akan selalu ada di hatinya, tidak akan pergi. Tidak untuk kemana-mana. Terlukis bulan sabit di wajah Andra saat mendengar ucapan Darpa, tentu saja ia bahagia. Siapa yang tidak senang jika orang yang kita sayang selalu sadar jika hatinya akan terus terjaga untuk hati yang sedang dijaga pula. Senyum Andra terus saja merekah, menatap Darpa dengan lembut. Pandangan Andra langsung disambut oleh mata legum miliknya, mata yang selalu meneduhkan baginya. Ingin sekali ia bungkus senyum itu agar tidak menghilang, agar suatu saat nanti, jika ia merindukannya dan Darpa tidak berada di sampingnya, ia bisa terus melihat senyumnya. Seandainya bisa semudah itu.

 

🍭🍭🍭🍭🍭

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nanasmuda

    Lucu banget Darpa sama Andra ini

    Comment on chapter Sahabat
Similar Tags
Katamu
2530      915     40     
Romance
Cerita bermula dari seorang cewek Jakarta bernama Fulangi Janya yang begitu ceroboh sehingga sering kali melukai dirinya sendiri tanpa sengaja, sering menumpahkan minuman, sering terjatuh, sering terluka karena kecerobohannya sendiri. Saat itu, tahun 2016 Fulangi Janya secara tidak sengaja menubruk seorang cowok jangkung ketika berada di sebuah restoran di Jakarta sebelum dirinya mengambil beasis...
Telat Peka
1153      511     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
The Eternal Love
18357      2650     18     
Romance
Hazel Star, perempuan pilihan yang pergi ke masa depan lewat perantara novel fiksi "The Eternal Love". Dia terkejut setelah tiba-tiba bangun disebuat tempat asing dan juga mendapatkan suprise anniversary dari tokoh novel yang dibacanya didunia nyata, Zaidan Abriana. Hazel juga terkejut setelah tahu bahwa saat itu dia tengah berada ditahun 2022. Tak hanya itu, disana juga Hazel memili...
Adiksi
4439      1659     2     
Inspirational
Tolong ... Siapa pun, tolong aku ... nafsu ini terlalu besar, tangan ini terlalu gatal untuk mencari, dan mata ini tidak bisa menutup karena ingin melihat. Jika saja aku tidak pernah masuk ke dalam perangkap setan ini, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia. Aku menyesal ... Aku menyesal ... Izinkan aku untuk sembuh. Niatku besar, tetapi mengapa ... mengapa nafsu ini juga sama besarnya!...
Abnormal Metamorfosa
1748      592     2     
Romance
Rosaline tidak pernah menyangka, setelah sembilan tahun lamanya berpisah, dia bertemu kembali dengan Grey sahabat masa kecilnya. Tapi Rosaline akhirnya menyadari kalau Grey yang sekarang ternyata bukan lagi Grey yang dulu, Grey sudah berubah...Selang sembilan tahun ternyata banyak cerita kelam yang dilalui Grey sehingga pemuda itu jatuh ke jurang Bipolar Disorder.... Rosaline jatuh simpati...
F I R D A U S
556      362     0     
Fantasy
DREAM
583      366     1     
Romance
Bagaimana jadinya jika seorang pembenci matematika bertemu dengan seorang penggila matematika? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah ia akan menerima tantangan dari orang itu? Inilah kisahnya. Tentang mereka yang bermimpi dan tentang semuanya.
My love doctor
231      195     1     
Romance
seorang Dokter berparas tampan berwajah oriental bernama Rezky Mahardika yang jatuh hati pada seorang Perawat Salsabila Annisa sejak pertama kali bertemu. Namun ada sebuah rahasia tentang Salsa (nama panggilan perawat) yang belum Dokter Rezky ketahui, hingga Dokter Rezky mengetahui tentang status Salsa serta masa lalunya . Salsa mengira setelah mengetahui tentang dirinya Dokter Rezky akan menja...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
3320      939     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
The Past or The Future
385      303     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?