Jangan lupa bahagia, karena bahagia bukan lagi dicari tapi dicipta.
πππππ
"Assalamu'alaikum," ucap Andra membuka pintu rumah. Di sampingnya ada Darpa yang masih setia menemani.
"Gak ada orang?" tanya Darpa menoleh. Andra mengernyit, bingung. Andra pun tidak tahu, apa benar di dalam rumah tidak ada seorang pun?
"Gak tahu,"
Darpa mengajak Andra masuk, menuntunnya menelusuri seisi rumah. Melewati ruang tamu yang sunyi, sofa dan pajangan yang tertata rapi, berlanjut memeriksa bagian dapur dan taman belakang rumah, tapi hasilnya sama, tetap sunyi, tidak ada orang, tidak ada tanda kehidupan. Andra menghela napas, mengajak Darpa kembali ke ruang tamu. Duduk di salah satu sofa empuk kesayangannya, dan bersandar pada punggung sofa.
"Mungkin lagi pergi," ujar Darpa duduk di sebelah Andra. Berusaha menenangkan pikiran cemasnya.
"Iya... mungkin,"
"Gak usah cemas, Bunda pasti baik-baik aja. Kamu gak perlu khawatir berlebih, nanti juga Bunda kasih kabar ke kamu."
"Iya... Darpa, makasih." Ucap Andra tersenyum. Menatap Darpa yang menjadi alasan senyumnya terus mengembang.
Darpa membalas senyum Andra, mengelus puncak kepala Andra dengan lembut. Ah, ini bagian kesukaan Andra selain senyumnya, perbuatan sesederhana ini mampu membuat senyum Andra merekah lama. Darpa benar-benar sangat mengenal Andra.
"Darpa..." panggil Andra menatap cowok itu, meraih tangannya yang masih setia bermanja di atas rambut Andra dan meletakkannya di atas pangkuan paha.
Mata Andra bertemu dengan mata legum itu, mata indah yang mampu menyihir siapa saja yang melihatnya, tanpa sadar, Darpa menyunggingkan senyum tipisnya. Ah, Andra selalu suka senyumnya.
"Kenapa?"
"Kamu gak pulang?" Tanya Andra tersenyum.
"Pulang... nanti,"
"Kapan?"
"Kalau Bunda udah pulang," ucap Darpa melepas kaitan tangannya dengan tangan Andra, menarik tangan kokoh itu menjauh dari pahanya dan kembali bermain di atas rambut Andra.
"Mamah gak nyariin kamu?" Andra kembali menarik tangan itu dari kegiatannya, menggenggamnya erat, seakan takut pegangan itu lepas dari tempatnya.
"Nanti aku izin, aku mau temenin kamu aja, di sini, biar kamu gak bosen sendirian. Bunda juga belum kasih kabar ke kamu, kan?"
Andra mengangguk pelan, "Belum, tapi kamu beneran mau temenin aku sampai Bunda pulang?"
"Iya..."
"Sehabis itu kamu... pulang?" tanya Andra ragu, menunduk, melepaskan pandangan dari mata legum meneduhkan itu.
"Iya..."
"Yaudah..." suara Andra terdengar pasrah. Ya, itu memang benar, Andra takut.
"Kenapa?" Kini Darpa yang menanyai Andra, raut wajahnya terlihat cemas, dia menatap Andra penuh kelembutan.
Pancaran mata itu, benar-benar membuat Andra mabuk kepayang, selalu meluluhkan hati kecilnya, selalu menenangkan, selalu bisa membuat ia nyaman berada di dekatnya, dia begitu sempurna untuk Andra yang biasa.
"Gapapa," sahut Andra tersenyum.
Dan akan selalu seperti itu. Andra yang menatapnya penuh dengan harap, Andra yang selalu menyukai hari-hari bersamanya. Dan Darpa yang menatap Andra penuh minat, dia yang selalu ada untuk Andra, dan dia adalah Darpa-ku.
*****
"Makan dulu, ya. Ini aku buatin nasi goreng," Darpa berjalan dari arah dapur menghampiri Andra yang masih tiduran di atas sofa sambil bermain ponsel.
Dia membawa nampan berisi dua porsi nasi goreng sosis bakso dan dua gelas jus jeruk yang baru saja ia buat. Lalu meletakkannya di atas meja. Refleks, Andra langsung membenarkan posisinya menjadi duduk dan menguncir kembali rambut yang tergerai acak. Tersenyum menyambut kedatangan Darpa.
"Makasih, ya..."
"Dimakan, ya. Jangan sampai gak habis." Ucap Darpa duduk di sebelah Andra, mau tidak mau Andra langsung mengambil sepiring nasi goreng yang dibuatkan oleh Darpa. Melahapnya perlahan, sambil sesekali menatap Darpa yang masih saja tersenyum memandangnya.
"Darpa..." Panggil Andra saat tahu Darpa tidak ikut makan bersamanya, padahal cowok itu membuat dua porsi nasi goreng yang sudah siap untuk disantap bersama.
"Iya..."
"Makan!" Perintah Andra, berpura-pura merajuk dengan meletakkan kembali makanan itu di atas meja.
"Nanti,"
"Kapan?"
"Selesai kamu makan," balas Darpa tersenyum, mengambil kembali makanan yang baru saja ia letakkan di atas meja. Kembali mengambil sesendok nasi dan membawanya ke arah mulut Andra yang terkunci rapat.
Andra terdiam, membisu. Perbuatan Darpa membuatnya sedikit merasa... Ah, sudahlah. Itu tidak terlalu penting. Andra tersenyum, menatap Darpa penuh dengan perasaan yang sama, perasaan yang sejak dulu sudah menetap dihatinya.
"Ngapain?" Tanya Andra menahan senyum, bibirnya berkedut lucu. Ekspresi Darpa sungguh membuat perutnya tergelitik.
"Dih, ayo makan!" Seru Darpa masih bertahan dengan sendok yang ia pegang. Masih menuntut Andra untuk membuka mulut.
"Iya.. iya..." Andra mengalah, Darpa menang. Segera Andra membuka mulut dan langsung dimasukan sesendok nasi dari Darpa yang masih tersenyum menatapnya. Ah, sikapnya sungguh menggemaskan.
"Nah! gitu dong. Lagi, ya?"
"Iya..." Jawab Andra pelan, membiarkan Darpa menyuapinya makan, membiarkan Darpa melakukan kegiatan itu sepuasnya. Dia benar-benar menggemaskan, lucu sekali.
"Kamu makan juga dong!"
"Nanti," ucap Darpa. "Habisin dulu nasi kamu, masih dua suapan lagi, aku suapin aja, ya?"
"Dari tadi juga kamu udah suapin aku," desis Andra memutar mata.
Darpa terkekeh, lucu sekali. Sampai akhirnya makanan itu habis, kini saatnya Darpa yang memakan nasi goreng buatannya. Andra segera mengambil makanan Darpa yang sudah mendingin di atas meja, membawa ke pangkuannya dan mulai menyuapi Darpa yang terdiam di sampingnya.
"Sekarang gantian, aku yang suapin kamu." Seru Andra tersenyum menatap Darpa yang malah memandangnya dengan kerutan di dahinya.
"Kamu minum dulu," bantah Darpa mengambilkan segelas jus jeruk yang ia buat. Memaksa Andra minum, karena sejak tadi Andra belum minum sama sekali. Andra terkekeh, geli. Lucu sekali.
"Iya..."
Darpa tersenyum, menatap Andra gemas. Lalu dia mengambil kembali makanan yang berada di pangkuan Andra, memakan makanannya sendiri dengan lahap. Andra terbengong, kenapa Darpa memakan makanannya sendiri?
Andra berdecak, menatap Darpa jengkel. Niat mau menyuapi malah berakhir dikerjai seperti ini.
"Darpa!"
"Hem.." gumam Darpa dengan mulut yang penuh nasi.
"Makan dulu, baru ngomong." Celetuk Andra.
"Uhukk... Uhukk..." Darpa terbatuk, tersendat makanannya sendiri. Ia langsung mengambil minum dan menenggaknya hingga tandas.
"Tuh, kan." Ucap Andra kesal, lalu memberi Darpa sekotak tisu untuk membersihkan nasi yang keluar dari mulutnya. "Dibilangin ngeyel, udah kayak gini baru deh nurut."
Darpa mengelap mulutnya, memandang Andra geli. "Iyaa... Ibu negara, aku mengerti."
*****
"Halo?"
"..."
"Iya, Mah. Aku lagi temenin Andra di rumahnya. Bunda lagi pergi, belum pulang."
"..."
"Loh, Bunda ada di rumah? Kok, Mamah gak bilang sama aku? Andra dari tadi nungguin bunda, ternyata Bunda lagi main di rumah."
"..."
"Iyaa, Mah. Darpa bakalan temenin Andra sampai Bunda pulang, kok. Tapi bilangin Bunda juga, mah, jangan kelamaan main di rumah sama Mamah, anaknya kangen tau," Darpa terkekeh geli.
"..."
"Hehe, iya Mah. Iyaudah, aku bakalan jagain Andra. Dia kan udah aku anggap sebagai sesuatu yang berharga dalam hidup aku, gak mungkin juga bakal aku rusak."
"..."
"Iyaa Mamahku sayang, udah ya, Andra mau tidur. Aku juga mau tidur, tenang aja, aku tidur di kamar tamu, Andra di kamarnya. Mamah aja bilangin Bunda, jangan pulang kemalaman,"
"..."
"Loh, Bunda nginep? Masa iya aku ditinggal berdua sama Andra di rumah? Emang Mamah gak takut anaknya bakalan macem-macem?"
"..."
"Iya, Bunda. Ini Darpa, Bunda gak pulang ke rumah? Andra nyariin loh, Bun."
"..."
"Bunda beneran nginep di rumah aku? Terus aku nginep di rumah Bunda? Kok kita kayak tukeran gitu sih, Bun?"
"..."
"Bunda... untuk Andra, aku gak akan macam-macam kok. Andra pasti kujaga, sebisaku, gak akan aku aneh-anehin,"
"..."
"Iya Bunda, udah dulu ya, selamat malam Bunda, Mamah, Assalamu'alaikum...",
Tuttt... Tuttt.. tuttt...
Panggilan terputus, Darpa mendesah pelan, lalu berjalan ke sofa dan duduk. Kembali menetralkan jantungnya yang berdetak cepat, ia sempat panik karena tiba-tiba Mamahnya telepon dan menanyai kabarnya. Ah, dia lupa memberitahu keberadaannya selepas pulang sekolah.
"Mamah?" Tanya Andra melihat Darpa dengan wajah kusutnya.
"Iya..."
"Nanyain kamu?"
"Iya... Mamah nanya, kok aku gak pulang, kemanain aja, terus aku jawab apa adanya, deh."
"Lalu?"
"Ternyata Bunda lagi sama Mamah,"
"Hah?"
"Aku juga cukup kaget, orang yang kita nanti-nanti ternyata lagi asik main di rumahku sama Mamah, aku aja gak tahu apa-apa. Bunda sama Mamah kalau udah ketemu suka lupa waktu,"
"Terus Bunda bilang apa?" Tanyaku penasaran, meski sedikit ragu.
"Bunda bilang... Aku dipinta jagain kamu, di sini, disuruh nginep, karena Bunda juga ternyata nginep di rumah aku."
"Kok bisa?"
"Aku gak tahu," ucap Darpa menggendikan bahunya, "Udah gak cemas, kan? Bunda udah kasih kabar ke aku, dia lagi sama Mamah, jadi kamu gak perlu lagi khawatir. Bunda baik-baik aja selama berada di tempat yang aman, kamu juga, jangan tidur malam, gak baik untuk kesehatan."
"Iya, Darpa." Ucap Andra tersenyum.
"Jangan lupa,"
"Apa?"
"Jangan lupa baca do'a, jangan lupa cuci kaki, cuci tangan, cuci muka, gosok gigi, jangan lupa minum air putih yang cukup,"
"Iyaa... Bawel ya kamu." Andra terkekeh pelan, memilih beranjak dari ruang tamu menuju kamarnya.
"Andra..." panggil Darpa, membuat langkah Andra terhenti. Andra berbalik, mengernyit heran, bingung, ada apa lagi Darpa memanggilnya.
"Jangan lupa mimpi indah," Darpa tersenyum menatap Andra yang masih berdiri di ambang tangga.
"Iya Darpa... kamu juga,"
"Juga apa?"
"Jangan lupa mimpi indah." Ucap andra tersenyum.
"Jangan lupa bahagia."
"Kamu juga," balas Andra terkekeh, pelan.
"Iya... Selagi ada kamu, aku udah bahagia." Ujar Darpa masih dengan senyumnya. Dia beranjak dari sofa, berjalan menghampiri Andra yang masih berdiri menatapnya lembut.
"Jangan lupain aku,"
Andra tertawa mendengarnya, ah, Darpa sungguh membuat moodnya semakin baik.
"Nggak akan," jawab Andra.
"Jangan pernah berubah, tetap menjadi Andra yang kukenal. Jangan pernah menjadi orang lain, cukup kamu, cukup diri kamu yang sekarang, yang apa adanya yang aku suka. Selalu, aku menyukai seluruh yang ada di kamu."
Napas Andra tercekat. Andra diam membisu, memandang Darpa tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Ucapan Darpa mampu membuat jantungnya berhenti berdetak sejenak, membuat jantung itu kembali memompa dengan kecepatan di atas rata-rata, membuat bulu kuduknya meremang, membuat suhu tubuhnya meningkat. Oh, ayolah, apa ini sebenarnya?
"Bagaimana..."
"Semua yang ada di kamu." Potong Darpa tersenyum. Dia berjalan melewatinya menuju kamar tamu yang berada di lantai satu.
"Selamat malam, semoga tetap seperti ini." Bisiknya saat melewati Andra.
Ah, Darpa. Kamu ini gimana? Selalu saja membuatku kebingungan, selalu. Apa ini namanya? Kenapa rasanya seperti menghangat, kenapa rasanya seperti dibawa terbang ke angkasa dan diajak memutari indahnya alam luar. Kenapa seperti itu, membuatku selalu merasa diinginkan.
πππππ
Lucu banget Darpa sama Andra ini
Comment on chapter Sahabat