Read More >>"> Rasa yang tersapu harap (Perasaan yang menjebak) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rasa yang tersapu harap
MENU
About Us  

•••••

 

Kita tidak bisa menebak dengan siapa nantinya kita berjumpa. Kita hanya bisa menerima kejutan itu di kemudian hari, entah menyenangkan atau menyedihkan. Atau mungkin... menakjubkan.

 

🍎🍎🍎🍎🍎


"Darpa, aku mau ke kamar mandi dulu. Kamu duluan aja ke kantin. Sekalian pesenin aku es teh manis, ya. Aku lagi gak mau makan." Ucap Andra saat bel istirahat berbunyi.

"Kamu yakin gak mau aku tungguin? Aku gak apa-apa kok kalau harus disuruh nunggu kamu ke kamar mandi dulu. Lagipula biar kita bisa barengan ke kantinnya."

"Gak perlu, Darpa." Ucap Andra menolak tawaran Darpa. "Kamu duluan aja, aku tahu kamu udah lapar. Nanti malah semakin lapar, lebih baik ke kantin lebih dulu."

"Iya... Iya... Baiklah," sahut Darpa dengan wajah yang dibuat memelas. Andra terkekeh melihatnya, Darpa sungguh lucu dengan wajah seperti itu.

"Gak perlu dibuat memelas wajah kamu, Darpa. Wajah kamu gak akan pernah berubah, tetap menggemaskan menurutku."

"Ah, kamu bisa aja." Seru Darpa terkekeh. Rupanya dia benar, Andra selalu memuji dirinya berlebih. Hiperbola sekali. Padahal memang kenyataannya Darpa terlihat lucu dan menggemaskan secara bersamaan jika dengan wajah yang dibuat memelas. Seperti anak kecil yang kehilangan balon kesayangannya.

"Yaudah, aku duluan ya. Kamu jangan lupa, pesenin aku es teh manis." Seru Andra mengingatkan Darpa. Setelah itu ia langsung bergegas menuju kamar mandi karena sudah kebelet buang air kecil. Tentu saja pergerakannya menjadi hal lucu bagi Darpa, cowok itu malah terkekeh menatap kepergian Andra.

Andra berjalan dengan buru-buru membuat banyak pasang mata menatapnya heran, ia tidak menghiraukan tatapan mereka karena tujuannya saat ini cukup cepat sampai ke kamar mandi. Saat tulisan toilet sudah tertangkap indera penglihatannya, Andra langsung menambah kecepatan lajunya agar cepat sampai. Andra langsung membuka pintu toilet dengan gerakan cepat dan masuk ke salah satu bilik. Setelahnya ia merasa lega karena tidak menahan buang air kecil lagi.

Andra menghela napas lega, akhirnya... Ia keluar dari bilik dan mencuci tangan di wastafel yang sudah disediakan. Sekalian memandang dirinya dicermin, ia sedikit merapikan anak rambut yang berantakan.

"Huh, akhirnya lega juga." Celetuk Andra keluar dari toilet. Kemudian ia segera menyusul Darpa yang sudah pergi ke kantin lebih dulu. Banyak yang menyapanya, apalagi dari kalangan adik kelas. Andra hanya mengangguk, membalas sapaan mereka dengan akrab.

"Eh, ada cewek itu lagi. Sendirian, Bro. Lagi gak sama cowoknya!" Pekik Barel, heboh.

Andra melirik sinis Barel, rasa kesal selalu datang jika melihat wajahnya. Cowok itu tidak pernah berhenti untuk membuatnya jengkel. Entah tidak punya pekerjaan lain atau malah sudah menjadi hobi baru baginya.

"Biasa aja dong liatnya!" Celetuk Jen. Cowok itu ikut memandang Andra remeh. "Mau gue colok mata lo?!"

"Gak jelas," sindir Andra.

"Heh!" Jen menarik lengan Andra dengan kasar. Cowok itu memandang Andra dengan sinis. "Gak usah ngelunjak! Masih untung gak gue bully. Harusnya lo bersyukur bisa lewat koridor anak kelas sepuluh dengan aman."

"Kamu yang jangan ngelunjak!" Pekik Andra, kesal.

"Tuh anak dibilangin ngeyel bener, dah. Udah ah, Jen, gak usah diladenin lagi. Gak usah cari masalah, gak capek gitu." Celetuk Khadzam. Cowok itu memandang Andra datar. Dia berdiri di belakang Jen, bersandar pada dinding kelas dan tangan yang dimasukkan ke dalam kantung celana.

"Iye. Gue lepas nih," sahut Jen melepas cekalannya. "Udah sana, pergi! Malah mejeng, mending kalo bagus!"

"Yaudah, si!" Kesal Andra meninggalkan mereka.

Mungkin ini adalah kesalahannya yang fatal. Memilih kamar mandi yang berada di koridor kelas sepuluh. Harusnya tadi ia mencari kamar mandi di koridor anak kelas dua belas saja. Sehingga tidak akan bertemu dengan Jen dan temannya. Itu hanya membuat mood Andra hancur, mereka selalu saja bisa membuatnyakesal. Tidak mengenal waktu, tanpa henti.

*****

 

Sampai di kantin, ia mengedarkan pandangan mencari keberadaan Darpa. Cowok itu seakan menyempil di antara banyaknya murid yang sedang makan di kantin. Padahal tubuhnya tidak kecil, tapi sulit sekali mencari dirinya. Banyak juga postur tubuh yang mirip dengan Darpa sehingga menambah kesulitan Andra untuk mencari Darpa.

 

"Dimana, sih?" Gerutu Andra kesal karena lupa bertanya sebelum menyuruh Darpa pergi ke kantin. Menjadikan dirinya merasa kesulitan.

 

"Nyari siapa?" Tepuk seseorang dipundaknya. Andra tersentak lalu berbalik menatap orang yang tidak ia kenali itu.

 

"Eh, siapa?"

 

"Kenalin," ucapnya mengulurkan tangan, "Nama gue Akbar. Anak kelas sepuluh IPA 1." Akbar tersenyum menatap Andra.

 

Andra terdiam, kebingungan. Ia tidak mengenal sosok di hadapannya ini, tapi dia seakan tahu Andra itu siapa. Anehnya, dia selalu saja tersenyum memandang Andra. Mereka berada di kantin yang ramai dikunjungi oleh para murid, tapi Akbar seperti lupa sedang di mana.

 

"Kok, diem?" Tanyanya heran.

 

"Hemm... Akbar, ya? Maaf ya Akbar, aku gak kenal sama kamu. Aku ke sini mau cari sahabat aku, namanya Darpa."

 

Akbar membulatkan mulutnya, lalu mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Dia masih tersenyum, memandang Andra dengan senyum kikuk. Tak lama dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

 

"Iyaudah... Kalo gitu, gue duluan." ucap Akbar melambaikan tangan.

 

Andra mengernyit, masih kebingungan. Tidak saling mengenal tapi sudah disapa, tidak pernah bertemu tapi seperti sudah lama berteman. Cowok itu aneh, dia datang memperkenalkan diri tapi justru membuatnya bingung. Andra tidak mengenalnya, dia... benar-benar tidak ia kenal.

 

Andra mengedarkan lagi pandangannta ke penjuru kantin hingga kedua matanya menangkap sosok yang ia kenal. Sepertinya itu Darpa, ucapnya dalam hati. Potongan rambut itu seperti yang ia lihat setiap hari. Setiap sedang bersama Darpa. Cowok yang ia kira Darpa menoleh, menatapnya penuh kerutan di dahinya, ah, dia bukan Darpa. Andra salah, ternyata ia masih belum bisa mengenali Darpa dari gaya rambutnya. Andra menghela napas pelan, cowok itu... di mana dia berada?

 

"Andra?" Panggil seseorang. Andra menoleh dan mendapati Julian di sana. Dia tersenyum, Andra pun membalas senyumnya.

 

"Iya, kenapa?"

 

"Jangan berdiri di depan pintu masuk, gak baik." Ucapnya memperingati. Ah, ya, Andra rasa cowok itu benar. Andra berdiri di tengah-tengah pintu masuk kantin, tidak sadar tempat karena terlalu asik mencari sosok Darpa.

 

"Ah, iya. Makasih udah ingetin."

 

"Iya sama-sama." Sahut Julian tersenyum. "Kalau gitu gue duluan, ya."

 

Julian pergi melewati Andra keluar kantin, lantas ia langsung masuk lebih dalam lagi untuk mencari keberadaan Darpa. Pasti es teh manisnya sudah tidak dingin lagi, gerutu Andra dalam hati. Jika memang benar, maka mau tidak mau ia harus tetap menghabiskan minuman itu bagaimana pun keadaannya.

 

Andra mendengus, mencari Darpa benar-benar membuat perutnya berbunyi. Lapar yang tidak datang itu tiba-tiba saja singgah karena melihat beragam makanan di kantin. Andra mendengus, bagaimana ini?

 

"Ndra," ucap seseorang mencekal lengan Andra. Refleks, Andra langsung menghadap orang itu.

 

"Darpa!" Pekik Andra. "Aku cariin kamu kemana aja, sih?"

 

"Lah?" Darpa mengernyit bingung. "Aku dari tadi di sini. Kamu tuh yang kemana, aku udah nungguin dari tadi, kamunya gak dateng-dateng."

 

"Oh, iya." Andra menepuk pelan keningnya, lalu terkekeh menatap Darpa. "Aku lupa, tadi aku cari kamu gak ketemu. Yaudah, aku tadinya mau pasrah tapi udah ketemu kamu duluan aja."

 

Darpa mendengus, "Iyaudah, duduk." Perintahnya.

 

Akhirnya Andra duduk di bangku hadapan Darpa. Anak itu ternyata sudah menghabiskan semangkuk bakso yang terlihat menggiurkan walau hanya dari sisa-sisa kuahnya. Ah, Andra jadi lapar.

 

"Ini es tehnya, udah gak dingin lagi. Kamu kelamaan, sih." Ucap Darpa menyodorkan segelas es teh manis ke hadapan Andra.

 

Andra mengambilnya lalu meminum es teh itu. Meski tidak dingin lagi dan rasanya tidak semanis sebelum es di dalamnya mencair, tapi ia tetap meneguk es teh itu hingga tandas. Tidak ingin menyisakannya atau bahkan membuangnya. Karena ia tahu, cari uang itu sulit tidak semudah meminta. Pun sadar jika membuang makanan atau minuman yang masih layak dikonsumsi jatuhnya mubazir, dan Andra sangat tidak suka membuang-buang sesuatu seperti itu.

 

"Habis juga, padahal udah gak dingin." Celetuk Darpa melihat Andra menghabiskan es teh itu.

 

"Haus," ceplos Andra kemudian terkekeh, "Selagi bisa diminum kenapa harus dibuang, ini juga masih enak kok."

 

"Yang nyuruh buang tuh siapa?" Tanya Darpa tersenyum miring.

 

"Gak ada." Celetuk Andra.

 

Darpa mendengus, "Yaudah, kalau udah selesai kita balik ke kelas. Kamu gak makan, kan?"

 

"Iya sih..." Ucap Andra pelan, "Tapi setelah liat makanan di kantin malah jadi laper."

 

Darpa terkekeh pelan, "Kita beli makan, ya. Nanti makan di kelas aja, beli yang bisa dibungkus."

 

"Beneran?"

 

"Iya. Kamu tunggu sini, biar aku beliin makan. Harus mau, ya. Gak boleh protes."

 

"Iya.. iya.. Darpa.. cepat kembali, yaa maboy." Celetuk Andra terkekeh.

 

Darpa menggelengkan kepalanya pelan. Melihat tingkah Andra yang aneh membuat dia terus tersenyum sepanjang jalan. Pun sama dengannya, melihat kepergian Darpa seperti itu membuat senyumnya terus merekah. Tidak bisa lagi dipungkiri, Andra selalu menyukai senyumnya.

 

*****

 

"Bang Jon, gue beli batagor goceng."

 

"Siap!" Sahut Bang Jon, penjual batagor di kantin. Penjual yang sangat disukai oleh murid Mandala karena pembawaannya yang ramah dan baik. Dia juga gaul, mengikuti kosa kata trend anak zaman sekarang sehingga setiap yang membeli batagor yang dijualnya selalu terhibur.

 

"Jangan pedes, ya. Buat cemewew soalnya." Ucap Darpa terkekeh.

 

"Asik dah! Siapa tuh?" Sahut Bang Jon tetap fokus dengan kegiatannya.

 

"Kepo lu bang!" Ceplos Darpa lalu tertawa. "Udah bikinin dulu tuh goceng, jangan pedes. Kasian tuh cewek nungguin gue."

 

"Iyaudahh! Tau gue yang lagi kasmaran." Celetuk Bang Jon.

 

"Gak jelas lu bang." Darpa terkekeh pelan.

 

"Nih, udah." Ujar Bang Jon memberikan sebungkus batagor penuh bumbu itu kepada Darpa. Sontak Darpa langsung meraihnya dan memberikan uang selembar lima ribuan.

 

"Makasih, Bang."

 

Bang Jon hanya mengangguk, kemudian Darpa kembali menghampiri Andra yang masih setia menunggu di tempat Darpa makan tadi. Darpa terkekeh, mengingat wajah lucunya Andra saat lapar.

 

*****

 

"Nih, makan." Ucap Darpa menyodorkan seplastik batagor yang terlihat menggoda.

 

"Asik," seru Andra senang.

 

"Makannya di kelas aja."

 

"Loh, kenapa?"

 

"Udah mau bel," ucap Darpa. "Gak apa-apa, kan?" sambung Darpa tersenyum.

 

Ah, Andra tidak bisa menolak permintaan Darpa itu. Apalagi jika cowok itu sudah tersenyum kepadanya. Tidak bisa. Ini tidak bisa dibiarkan. Andra harus selalu bersama dengan Darpa tanpa seorang pun yang merebut cowok itu darinya. Duh, kenapa Andra terkesan egois? Tidak. Ia tidak boleh seperti itu. Darpa punya bahagianya sendiri.

 

Andra tersenyum lalu mengangguk. Akhirnya mereka berrua kembali ke kelas dengan Andra yang membawa batagor. Sedang Darpa yang berjalan di sebelah Andra, masih dengan senyumnya. Senyum manis yang selalu menjadi kesukaan Andra.

 

🍭🍭🍭 🍭🍭

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nanasmuda

    Lucu banget Darpa sama Andra ini

    Comment on chapter Sahabat
Similar Tags
Sepi Tak Ingin Pergi
589      344     3     
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.
Kenangan Masa Muda
5851      1632     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
WEIRD MATE
1325      632     10     
Romance
Syifa dan Rezeqi dipertemukan dalam kejadian konyol yang tak terduga. Sedari awal Rezeqi membenci Syifa, begitupun sebaliknya. Namun suatu waktu, Syifa menarik ikrarnya, karena tingkah konyolnya mulai menunjukkan perasaannya. Ada rahasia yang tersimpan rapat di antara mereka. Mulai dari pengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), pengguna narkoba yang tidak diacuhkan sampai kebencian aneh pa...
Just Me [Completed]
25760      2678     1     
Romance
Gadis cantik bersifat tomboy itu adalah Viola dia biasa dipanggil Ola, dibalik sifatnya yang tomboy dia menyimpan duka yang teramat dalam yang hanya keluarganya yang dia tahu dia tidak ingin orang-orang khawatir berlebihan tentang kondisinya. dia anak yang pintar maka dari itu dia bisa sekolah di Amerika, tapi karena kondisinya sekarang dia harus pindah ke Jakarta lagi semenjak ia sekolah di Ja...
Antropolovegi
89      80     0     
Romance
"Ada satu hubungan yang lebih indah dari hubungan sepasang Kekasih Kak, Hubungan itu bernama Kerabat. Tapi kak, boleh aku tetap menaruh hati walau tau akhirnya akan sakit hati?" -Dahayu Jagat Raya. __________________________ Sebagai seseorang yang berada di dalam lingkup yang sama, tentu hal wajar jika terjadi yang namanya jatuh cinta. Kebiasaan selalu berada di sisi masing-masing sepanjang...
(L)OVERTONE
1875      661     1     
Romance
Sang Dewa Gitar--Arga--tidak mau lagi memainkan ritme indah serta alunan melodi gitarnya yang terkenal membuat setiap pendengarnya melayang-layang. Ia menganggap alunan melodinya sebagai nada kutukan yang telah menyebabkan orang yang dicintainya meregang nyawa. Sampai suatu ketika, Melani hadir untuk mengembalikan feel pada permainan gitar Arga. Dapatkah Melani meluluhkan hati Arga sampai lela...
Kesempatan
17153      2722     5     
Romance
Bagi Emilia, Alvaro adalah segalanya. Kekasih yang sangat memahaminya, yang ingin ia buat bahagia. Bagi Alvaro, Emilia adalah pasangan terbaiknya. Cewek itu hangat dan tak pernah menghakiminya. Lantas, bagaimana jika kehadiran orang baru dan berbagai peristiwa merenggangkan hubungan mereka? Masih adakah kesempatan bagi keduanya untuk tetap bersama?
Bentuk Kasih Sayang
376      251     2     
Short Story
Bentuk kasih sayang yang berbeda.
Meja Makan dan Piring Kaca
47829      6832     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Hello, Troublemaker!
1102      485     6     
Romance
Tentang Rega, seorang bandar kunci jawaban dari setiap ujian apapun di sekolah. Butuh bantuan Rega? mudah, siapkan saja uang maka kamu akan mendapatkan selembar kertasβ€”sesuai dengan ujian apa yang diinginkanβ€”lengkap dengan jawaban dari nomor satu hingga terakhir. Ini juga tentang Anya, gadis mungil dengan tingkahnya yang luar biasa. Memiliki ambisi seluas samudera, juga impian yang begitu...