“Gimana misi lo?” tanya wanita berkode Black Hummingbird dengan nada penuh otoritas. Kiran pun ciut mendengarnya.
“Udah,” jawab Kiran dengan mantap.
“Bagus. Tunggu email gue buat misi lo yang berikutnya.”
“Aku..”
“Inget, Kiran sayang. Nyawa Rhea di tangan lo,” potong wanita itu.
Suaranya yang mencekam membuat bulu-bulu kudu Kiran berdiri.
“Kiran!” suara Mama terdengar memanggil dirinya dari luar pintu kamar Kiran.
“Iyah, Ma! Sebentar!” Kiran menjauhkan teleponnya dan menjawab panggilan Mama.
“Halo?” Kiran kembali menempelkan telepon ke telinganya hanya untuk mendengar nada telepon yang sudah diputus.
Kiran mendesah dan dengan kaki diseret, ia berjalan ke pintu untuk menanggapi panggilan Mamanya.
“Ada apa, Ma?” tanya Kiran.
“Kamu nggak apa-apa, Nak?”
“Aku nggak apa-apa, Ma. Cuma buru-buru. Kiran banyak PR,” kata Kiran.
“Ya udah. Yang rajin yah belajarnya.” Mama pun mengecup dahi Kiran dengan penuh kasih sayang.
“Rhe? Rhea? RHEAAA!” suara William terdengar panik.
Sontak saja Kiran dan Mama saling tatap. Detik berikutnya mereka berlarian ke kamar Rhea. Tubuh Rhea tergeletak di lantai, menggelepar-gelepar seperti ikan yang dikeluarkan dari air. Mulutnya mengeluarkan busa berwarna putih dan bola matanya bergulir ke atas, menatap satu titik dengan kosong.
“RHEA!!” William mengguncang-guncang tubuh Rhea dengan kalap.
“Gotong dia ke mobil, Will. Rumah sakit terdekat di mana yah, Tante?” tanya Jaxon.
Mama Rhea yang histeris dan Kiran yang memucat tidak menjawab pertanyaan Jaxon. Memang cuma Jaxon yang bisa berkepala dingin di saat-saat seperti ini.
“Tante, rumah sakit terdekat di mana? Rhea harus dilarikan ke rumah sakit secepatnya.” dengan sabar Jaxon bertanya lagi pada Mama yang wajahnya sudah dibanjiri air mata.
“TANTE!!” William yang sudah kalap dan emosinya meluap-luap hilang kendali.
Namun untungnya, teriakan William menyadarkan Mama. Dengan terbata-bata ia pun menyebutkan alamat rumah sakit terdekat kepada William dan Jaxon. Dengan Rhea dalam gendongan, William berlari mengikuti Jaxon ke lantai satu. Kemudian keluar rumah, menuju mobil yang sudah distarter Jaxon begitu William tiba. Dengan Rhea yang mengejang di pelukannya, William memang tidak bisa berlari cepat.
Kiran jatuh dengan lutut menghantam lantai karena kakinya seolah kehilangan segala kekuatan. Mama yang sudah sadar dari histerianya menarik Kiran berdiri dan menggiringnya dengan lembut menuju ke mobil. Supir Rhea dan Kiran yang kebetulan sudah melihat tragedi yang menimpa Rhea dengan tanggap sudah mengeluarkan mobil dan menghidupkan mesinnya.
“Rumah sakit, Pak!” kata Mama.
Tangannya masih merangkul tangan Kiran. Seluruh tubuh gadis itu berguncang meskipun tidak ada sebulir air mata pun yang jatuh dari kedua matanya.
@Kang_Isa Thank you so much! Salam kenal juga, Kak! Nanti aku mampir yah ke cerita Kakak!
Comment on chapter Prolog