Rumah tua itu seakan terus membayangiku dalam mimpi. Apa maksudnya? Apa hubunganku dengannya? Ada apa dibalik itu semua?. Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui pikiranku, tapi ingin bertanya kepada siapa, mau nanya ke orang rumah yang ada nanti aku dibilang kebanyakan nonton film horor. Memang itu salah satu hobiku, semua film horor kutonton baik itu lokal maupun internasional, tak ada yang aku lewatin sedikitpun.
" Hei! Mau sampai kapan nasi goreng itu kamu pelotin? ", tanya Mas Roni kakak tertuaku. Kami tinggal bertiga di rumah ini, aku, Mas Roni dan Mbak Elma. Sebenarnya kami punya pembantu tapi yang pulang pergi aja tidak menginal di rumah, sedangkan orang tuaku tinggal di Surabaya karena ada perusahaan papa di sana yang tidak bisa ditinggalkan.
" Kenapa Mol? Ada masalah? Atau kamu mau mbak masakin yang lain? ", tanya Mbak Elma lagi karena tidak ada reaksi dariku atas pertanyaan Mas Roni. Soal kakakku yang kedua ini cukup unik, dia memiliki wajah cantik, tubuh proporsional, sudah banyak agensi yang menawarinya jadi model, bintang iklan mapun aktris, tetapi semua itu ditolaknya dan memilih jadi freelance writer yang mendapat jatah menulis satu rubrik soal fashion di sebuah majalah. Kalau Mas Roni kakak tertuaku dia sangat pintar dan menjadi head of programmer di salah satu stasiun televisi swasta maka jarang sekali dia berada di rumah.
" Hah? Oh... tidak ada apa-apa kok. Ya udah aku pergi kuliah dulu ", jawabku
" Eits, tunggu dulu biarpun kamu nggak makan tapi habisin susu coklatnya ", ujar Mbak Elma
" Ok "
Suasana kampus selalu ramai bak sebuah pasar. Bergegas aku menuju ke kantin untuk mencari sahabatku yang bernama Juleha dan berganti nama menjadi Yasmin begitu menjadi mahasiswi di kampus ini. Katanya nama Juleha tidak keren makanya pas kenalan denganku dia mengaku bernama Yasmin begitupula dengan teman-teman di kelas. Tidak heran saat pengabsenan namanya oleh dosen semua anak di kelas terkejut kalau nama aslinya Juleha, sontak kami semua tertawa dibuatnya.
" Leha! ", teriakku saat melihatnya lagi ngobrol dengan kakak-kakak angkatan atas yang ganteng-ganteng. Ohya satu lagi dia sangat supel dan ramah. Walaupun tidak cantik tetapi dia sangat percaya diri.
" Huzz! ", ujarnya berlari ke arahku kemudian menutup mulutku dengan tangannya
" Hmmphhhh "
" Sorry ", ujarnya melepas tangannya dari mulutku
" Leha, gua butuh bantuan loe "
" Ih... sudah dibilangin kalau di luar kelas manggilnya Yasmin, susah amat ", ujarnya ngambek
" Iya deh "
" Ada apa sih? Tampak serius banget "
" Yas, loe masih ingat khan soal mimpi yang selalu gua ceritain "
" Iya, emang kenapa? Loe dimimpiin lagi? Udahlah anggap aja itu bunga tidur "
" Yups, tidak hanya itu saja sepertinya gua diberi petunjuk, sehabis kuliah nemenin gua ke perpustakaan "
" Hayo aja, tapi petunjuk seperti apa? ", tanyanya penasaran. Belum sempat dijelasin teman-teman menghampiri agar bergegas ke kelas karena perkuliahan sudah mau dimulai
Selesai perkuliahan aku mengajak Yasmin ke perpustakaan.
" Mol, loe nyari apa sih? "
" Ssst.. tenang dulu. Gua mau nyari situs soal rumah tua di mimpi gua, kalau tidak salah dalam mimpi di daerah duren sawit "
" Hebat banget mimpi loe! Ampe dijelasin banget dimana tepatnya rumah itu berada "
" Khan sudah gua bilang. Nah ini dia! Sebuah rumah tua yang sudah dibangun sejak tahun 1920 jauh sebelum kemerdekaan. Ya ampun Yas, tidak salah lagi rumah tua ini yang selalu ada dimimpi gua ", ujarku terdiam. Lalu apa hubungannya denganku ya
"Lihat Mol, disini tertulis rumah ini selalu mengalami kebekaran setiap ada penghuninya dan anehnya sang penghuni tidak ada yang selamat bahkan tidak ditemukan jasadnya walaupun pemadam kebakaran berhasil memadamkan api, sampai akhir tahun 2002 rumah tidak pernah dibangun kembali dan dibiarkan begitu saja setelah kebakaran terakhir "
" Lalu Yas, apa hubungannya dengan gua? Kenapa selalu menghantui dalam mimpi dan siapa sosok laki-laki itu? "
" Laki-laki? Loe nggak pernah cerita? "
" Emang bbelum. Wong laki-laki itu baru tampak jelas dimimpiku tadi malam. Yas, temani gua ya ke rumah tua itu "
" Kapan? "
" Sekarang "
Tanpa banyak bicara lagi kami bergegas ke lokasi rumah tua itu. Sesampainya di sana, kami melihat sebuah rumah tua bekas kebakaran. Pelan-pelan kami buka pintu rumah yang tidak terkunci. Begitu di dalam benar-benar sebuah rumah tua bekas kebakaran yang berdebu dan tidak pernah dibersihkan. Walaupun begitu sedikit masih terlihat kekokohan rumah.
" Ada yang bisa saya bantu? ", tanya seseorang tiba-tiba yang membuat kami kaget setengah mati.
" Eh, i...i..iya ", jawabku terbata-bata karena masih kaget
" Tenang aja, saya manusia sama seperti kalian "
" Maaf Pak, kami sangat kaget "
" Tidak apa-apa "
" Kalau boleh tau ini sekarang rumah siapa ya Pak? "
" Ini rumahnya bapak Darmanto, tetapi tidak pernah ditempati bahkan diperbaiki sekalipun "
" Kenapa? Sayang banget "
" Entahlah. Mungkin beliau takut karena mendengar cerita orang-orang "
" Oh! Soal kebakaran rumah tiap ada penghuninya bukan begitu Pak? ", sahut Yasmin ikut buka suara
" Ya begitulah "
" Pak, boleh saya minta alamatnya bapak Darmanto? "
" Boleh aja, tapi ada apa ya kalau saya boleh tau? "
" Saya sangat tertarik dengan rumah ini ", ujarku. Kemudian bapak tersebut menuliskan di kertas yang aku berikan. Tanpa sepengetahuanku setelah keluar dari rumah tersebut sesosok makhluk memperhatikanku dari atas.
" Mol, loe serius soal rumah tua itu? ", tanya Yasmin di dalam mobil
" Iya. Yas, besok temenin ke rumah bapak Darmanto, apalagi besok kita khan tidak ada kuliah "
" Terserah loe deh "
Entah mengapa sepulang dari rumah tua itu aku seperti ada yang mengawasi. Ketika aku menoleh tidak ada siapa-siapa.
" Molly! Makan dulu! ", teriak mbak Elma
" Iya mbak ", jawabku sambil bergegas menuju ke ruang makan sebelum kakakku itu berteriak memanggilku lagi
" Gimana tadi kuliahnya? ", tanya mbak Elma saat kami berdua sedang makan
" Sama aja, mbak sendiri gimana? "
" Kamu khan tau dari dulu mbak enjoy dengan pekerjaan ini, walaupun gajinya tidak begitu besar "
" Kenapa sih mbak tidak menerima tawaran agensi itu aja? "
" Dengar ya adikku, mbak khan sudah sering bilang kita harus mensyukuri hidup ini ", ujar mbak Elma tapi aku tidak mendengarkannya rasanya dugaanku tidak salah, dari pulang seperti ada yang mengawasiku tapi tidak ada siapa-siapa di ruangan ini selain aku dan mbak Elma "
" Hah! Hah! ", desah nafasku terdengar kencang.
" Molly? Ada apa denganmu? ", tanya mbak Elma menghampiriku dan kaget melihat perubahan wajahku yang mendadak pucat dan penuh dengan keringat dingin. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Siapa yang sedang mengawasiku. Bahkan sampai malam pun aku tidak bisa memejamkan mata. Pagi pun datang dan tanpa tidur sedikitpun aku langsung mandi. Pokoknya hari ini aku harus bertemu dengan bapak Darmanto.
Secepat kilat kulajukan mobilku bahkan sarapan dan menjemput Yasmin di kosannya tidak kulakukan. Akhirnya aku sampai di sebuah rumah yang sesuai dengan alamat tersebut. Aku tidak habis pikir rumah tersebut sangat sederhana sekali. Pelan-pelan aku masuk dan kuketuk pintu rumah tersebut. Tidak lama kemudian keluarlah seorang ibu yang tampak terkejut melihatku seakan melihat hantu di pagi hari, lalu dia berteriak-teriak memanggil seseorang yang ternyata seorang bapak yang usianya tidak jauh dengannya. Mungkinkah dia bapak Darmanto orang yang harus kutemui.
" Kamu! Tidak mungkin!! ", ujarnya sama kagetnya dengan ibu tadi.
" Maaf, apa anda bapak Darmanto? ", tanyaku
" Iya, kamu siapa? Kenapa kamu begitu mirip dengannya? "
" Mirip? Dengan siapa? Boleh saya masuk? ".
Tanpa berkata apapun aku masuk saja ke dalam dan benar dugaanku kesederhanaan rumah ini tampak juga dari isi rumahnya, tetapi suasana nyaman tergambar di dalamnya.
" Maaf saya ke sini mau menanyakan soal rumah tua di daerah duren sawit "
" Kenapa kamu bertanya kepada saya? Harusnya saya yang bertanya kenapa kamu mirip dengannya "
" Daritadi anda bilang saya mirip dengan siapa ya? "
" Ini! Lihatlah foto tua ini ", ujar ibu Darmanto sambil memperlihatkan sebuah pigura foto yang tampak sudah kuno. Betapa terkejutnya saat aku melihat foto tersebut. Kini aku sadar mengapa bapak Darmanto dan istrinya terkejut melihatku.
" Pigura foto ini suami saya temukan di ruang bawah tanah bersama dengan barang-barang tua ini. Aneh sekali walaupun kata orang-orang rumah tua itu berkali-kali mengalami kebakaran, tapi barang-barang ini dan pigura foto masih utuh dan terlihat bagus "
" Boleh saya lihat kotak itu "
" Silahkan "
Lalu pelan-pelan kubuka kotak itu dan ternyata isinya kumpulan surat-surat tua. Ingin rasanya langsung membacanya, tapi kuurungkan niatku.
" Bawa saja nak, itu sepertinya memang punyamu ", ujar ibu Darmanto kepadaku. Tak lama aku pun berpamitan kepada bapak dan ibu Darmanto dengan membawa semua barang-barang dan pigura foto.
Sesampainya di rumah aku langsung menuju ke kamar. Rasa penasaran mengusik hatiku. Kubuka kembali kotak itu dan mulai membaca surat-surat tersebut. Selesai membacanya aku tidak juga mengerti dan tiba-tiba tanpa kusadari aku pun tertidur.
" Amalia! Amalia! Bangunlah anakku! ", ujar seseorang membangunkanku dan tampaklah sosok laki-laki yang selama ini hadir dalam mimpiku, tapi apakah ini mimpi atau kenyataan.
" A..A..Anda siapa? ", tanyaku dengan sura tercekik
" Amalia, ini ayah nak. Sadarlah "
" Amalia? Ayah? Namaku Molly "
" Hah..., namamu Amalia dan Molly itu nama lainmu setelah diangkat anak oleh keluarga ini "
" Anda mau apa? "
" Tenang Amalia, jangan takut. Cepatlah kamu temukan saudara kembarmu "
" Saudara kembar? Aku tidak punya kembaran "
" Punya. Buruan temukan dia, waktumu tidak banyak sebelum bulan purnama kamu harus temukan dia untuk melanjutkan tugas "
" Tugas? "
" Amalia, rumah itu sudah dikutuk oleh kembaran nenek moyangmu yang sakit hati karena tidak diberi warisan rumah tersebut. Kalau sampai bulan purnama datang dan rumah itu belum terbakar dia akan bangkit untuk membunuh semua keturunannya sampai habis tanpa tersisa sedikitpun dan menguasai rumah tersebut. Kamu tahu Amalia orang-orang yang terbakar di rumah itu masih keturunannya dan saudara-saudaramu "
" Lalu apa yang harus kulakukan? "
" Untuk sementara carilah kembaranmu dulu, dia sekarang bernama Trista dan tinggal di kota ini juga "
" Kemana aku mencarinya? Nama Trista itu banyak "
" Tenanglah. Kamu buka pigura foto itu dan disanalah kamu akan mendapatkan jawabannya "
" Tapi "
" Cepatlah Amalia! Waktumu tidak banyak. Apalagi sekarang dia sudah mengikuti kemanapun kamu pergi "
Kemudian sosok itu hilang dan akupun tersadar. Betulkah tadi itu mimpi?. Saking penasaran aku buka pigura foto tersebut dan apa ini sebuah surat juga.
Buat anak-anakku Amalia dan Safina
Ketika salah satu dari kalian membaca surat ini mungkin ayah dan ibu sudah tidak ada di dunia. Maafkan kami harus memisahkan kalian. Amalia kamu terpaksa diasuh keluarga Hartawan sedangkan kamu Safina diasuh keluarga Ismansyah. Itu semata-mata kami lakukan karena kalian keturunan kembar terakhir yang diharapkan membakar rumah tersebut agar nenek moyang kalian musnah selamanya. Hal itu sudah pernah ibu dan kembaran ibu hampir lakukan tapi gagal dikarenakan kembaran ibu berhasil dibunuhnya sebelum kami sempat membakarnya. Ibu mohon kalian saling menjaga satu sama lain dan gunakanlah kedua cincin ini dijari kalian untuk melindungi. Satu lagi, ketika kalian membakar rumah jangan lupa pigura foto itu juga harus dibakar. Hati-hati anak-anakku. Semoga kalian berhasil.
" Ya Tuhan, ternyata tadi itu bukan mimpi ", ujarku dalam hati. Bergegas aku mencari nama Trista Ismansyah di internet, karena itu salah satu cara tergampang. Cukup lama juga aku menemukan alamat Trista Ismansyah dikarenakan banyak yang bernama seperti itu, tetapi tak lama kemudian aku berhasil mendapatkannya berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran yang sama denganku. Buru-buru kucatat alamat itu. Haruskah aku segera kesana, tapi rasanya aku makan dulu, karena perut sudah keroncongan. Lagi-lagi aku merasakan ada hawa jahat yang mengikutiku. Selesai makan aku bergegas menuju ke alamat yang dimaksud. Mungkinkah gadis ini mirip denganku secara dia merupakan kembaranku. Tapi kalau aku kesana menemuinya apakah dia tidak akan kaget atau malah sebelum bertemu aku sudah diusir keluarga barunya. Oleh sebab itu aku menelpon Yasmin agar dia saja yang menemuinya dan mengatur pertemuan kita berdua di suatu tempat
Hari ini apa yang kuharapkan akan terjadi. Terus terang saja waktunya sudah tidak banyak lagi. Aku mendengar jejak langkah, mungkinkah itu dia. Ketika kumembalikkan badan, betapa terkejutnya aku seperti melihat bayanganku sendiri di kaca dan aku juga dapat melihat kalau diapun sama.
" Kamu siapa? Kenapa begitu mirip denganku? ", tanyanya dengan lembut. Dari situ aku tahu bedanya denganku dari suara dan penampilan, dia begitu lembut, dewasa dan sederhana.
" Nama gua Molly dan gua kembaran loe "
" Hah? Kembar? Tidak mungkin "
" Trista waktu kita sudah tidak banyak lagi ". Kemudian aku jelaskan semuanya kepadanya. Awalnya dia tidak percaya begitu saja dan akupun memperlihatkan foto dan surat terakhir dari orang tua kita berdua. Mau tidak mau diapun percaya.
" Lalu, sekarang kita harus gimana? "
" Trista, kamu pakailah cincin ini untuk melindungi kita "
" Panggil aku Ris aja "
" Oke, sekarang juga kita menuju ke rumah itu "
" Mol, jangan sekarang! Bagaimana kalau tengah malam biar orang-orang tidak tahu , apa kamu lupa Mol kalau siang-siang rumah itu ada penjaganya ", sahut Yasmin mengingatkanku
" Betul juga "
Tepat pukul 12 malam kami berdua masuk ke rumah dengan membawa tangki bensin dan korek api, sedangkan Yasmin menunggu di luar untuk berjaga-jaga.
" Cepatlah Amalia! Cepatlah Safina! ", ujar ayah membimbing kami
" Kita harus mulai darimana? "
" Kau Amalia mulailah dari ruang bawah tanah karena disana pusatnya sedangkan kau Safina cepatlah ke atas "
Entah mengapa kakiku terasa berat seperti ada yang memegang
" Hei! Mau apa kau! ", teriak sesosok makhluk yang tiba-tiba datang mencegahku. Sontak saja aku terkejut dan tangki bensin terlepas dari tanganku, untungnya tidak tumpah.
" Memusnahkanmu! ", teriakku juga
" Hahahahahahahaha! Hihihihihihihi! Kau mau memusnahkanku?! Jangan mimpi "
" Tentu saja bisa! "
" Cepatlah Amalia! Lawan dia ", bisik ayah ke telingaku
" Hmmmm! Kau! Matilah! ", teriaknya menerkam diriku. Aku yang tidak punya persiapan apa-apa kalah dibuatnya Cengkeramannya dileherku membuat tidak bisa napas
" To...to...tolong! "
" Tidak ada yang bisa menolongmu "
" Tentu saja ada ", ujar Trista dari belakang sambil menarikku
" Kalian! Kem..kem..kembar ", teriaknya kaget
" Tentu saja dan kami berdua akan memusnahkanmu! Cepatlah Molly! Cepat ke ruang bawah tanah ", ujar Trista mengingatkanku
" Tapi "
" Tenang! Aku akan melawannya "
" Sombong sekali "
Kemudian aku berlari menghindarinya dan bergegas ke ruang bawah tanah. Kulihat Trista berusaha mati-matian melawannya. Sesampainya di ruang bawah tanah bensin aku siramkan ke seluruh ruangan beserta foto yang kubawa dan menyalakan korek api, dalam sekejap ruangan tersebut penuh dengan api.
" Hahhhhh! Tidak! ", teriaknya jelas terdengar ditelingaku.
Kemudian kami berdua berlari menyelamatkan diri keluar dari rumah tersebut.
" Terima kasih anak-anakku! Kerja yang bagus! ", ujar ayah sambil menghilang dari hadapan kami
" Molly! Loe gimana sih cincinnya ketinggalan di mobil, gua mau mengantarkan ke dalam tapi takut ", ujar Yasmin sambil memegangnya. Entah mengapa aku lupa memakainya.
" Terima kasih ", ujarku kepada Yasmin
" Tentu saja, tapi semua ini belum berakhir! ", teriak Yasmin sambil mencengkeram tanganku
" Tidak!!!!!!!!!!!!!! "