Tanpa aku sadari sampai masuk ke dalam rumah aku senyum-senyum sendiri, sambil memasukkan lukisan-lukisan yang tadi dibeli sama Wonshik satu persatu. Entah mengapa aku merasa bahagia dengan seluruh perhatian yang diberikan Wonshik. Apakah sudah waktunya aku membuka hatiku untuk Wonshik.
"Ayo, ngapain senyum-senyum sendiri!", ujar Lulu menggodaku
"IIh, kaget tau"
"Loe tega ih ninggalin gua sama Woojin", ujar Lulu ngambek
"Bukannya bagus, loe bisa berduaan dengan Woojin. Gua liat dia suka sama loe", godaku
"Amit-amit deh berduaan dengan Woojin dan mana ada dia suka sama gua. Dia tuh kayaknya suka banget nyiksa gua tiap ketemu. Lama-lama gua bisa mati muda kena darah tinggi dekat-dekat dengan dia", ujar Lulu dengan nada jutek
"Huus, nggak boleh ngomong gitu Lu. Hati-hati dari benci bisa jadi cinta loh", godaku
"Udah deh ah. Loe darimana sama Wonshik, terus kok bawa banyak lukisan gini", sahut Lulu dengan nada penasaran
"Hehehehe, tadi Wonshik ngajak aku ke sebuah rumah yang ternyata galeri lukisan Lu. Sumpah lukisan-lukisannya bagus-bagus, gua senang banget, terus Wonshik beliin gua deh semua lukisan-lukisan ini", ujarku dengan nada bahagia
"Serius loe? Lukisan-lukisan ini pasti harganya mahal banget. Iiih gua jadi nggak enak tadi ngerjain Wonshik untuk bayarin semua belanjaan gua deh"
"Serius Lu. Ohya, loe keterlaluan banget Lu, masa loe belanja segitu banyaknya dan suruh Wonshik yang bayar, khan gua jadi malu sama Wonshik"
"Gua emang sengaja La, biar adiknya yang bernama Park Woojin tau kalau gua seperti yang selalu dia bilang, cewek matre", ujar Lulu dengan nada emosi
"Kalau loe benci sama adiknya jangan melampiaskan ke kakaknya. Wonshik tuh beda dengan Woojin"
"Ciee....cie....kayaknya ada yang mulai jatuh cinta nih", ujar Lulu menggodaku dan berhasil membuat wajahku bersemu merah
" Apaan sih! Siapa juga yang jatuh cinta"
"Udah deh nggak usah bohong. Kita nih kembar La, apa yang sedang loe rasain gua juga bisa rasain juga, tapi gua senang kalau loe mulai bahagia daripada harus melihat loe sedih terus"
"Iya Lu, entah mengapa tadi jalan sama Wonshik gua merasa bahagia. Apakah gua harus buka hati buat Wonshik ya Lu?"
"Syukurlah, gua senang dengarnya La. Gua dapat liat Wonshik tuh cowok yang baik dan perhatian sama loe"
"Kalau gua jadian sama Wonshik, Jackson bakal marah nggak ya sama gua"
"Hahahahaha, ya ampun Lala Yulia, Jackson tuh udah tenang di sana, gua rasa Jackson juga tidak suka melihat loe sedih terus. Kalau loe merasa bahagia jalan dengan Wonshik, jalanin aja. Gua selalu dukung apapun keputusan loe La yang penting loe selalu bahagia dan tidak sedih terus"
"Iya Lu, makasih ya selalu ada buat gua", ujarku memeluk Lulu sambil meneteskan air mata
"Hei...hei...sudah jangan nangis lagi, loe udah makan lagi belum? Tadi aunty Sarah belikan kita ayam bakar. Sumpah enak banget"
"Belum. Ya udah gua makan dulu setelah merapikan lukisan-lukisan ini"
"Iya, sini gua bantuin. Nih lukisan-lukisan mau ditaruh dimana?"
"Gua mau taruh di kamar aja"
"Oke, gua bantuin taruh di kamar. Habis itu loe makan ya. Jangan sampai telat makan, yang ada nanti loe sakit dan Wonshik bakal marah sama gua"
"Apaan sih"
Betapa bahagianya aku memiliki saudara kembar seperti Lulu, walaupun kadang kami sering bertengkar dan beda pendapat, tetapi Lulu selalu perhatian padaku Selama aku terpuruk kehilangan Jackson, Lulu selalu setia menemaniku dan memberi semangat hidup padaku.