Badan ku masih terasa lemas. Ketika aku berusaha berdiri,kakiku seakan berat untuk diangkat. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku liat di televisi. Air mata sudah membanjiri pipi ku. Walaupun awal-awal aku sangat membenci Woojin, tetapi semakin kesini aku harus mengakui kalau aku sangat menyayangi nya bahkan kalau boleh jujur aku sudah mulai mencintainya dan tidak bisa hidup tanpa dia. Dan sekarang aku harus siap menerima kenyataan harus kehilangan dia.
Akhirnya aku berusaha bangun dan menenangkan diri di kursi. Bagaimanapun aku harus tetap tenang. Aku berharap ada mukjizat yang terjadi dan berharap Woojin tidak berada di penerbangan itu walaupun harapan itu sangat tipis karena sebelum berangkat Woojin sempat menelponku.
Berhubung pikiran ku kacau aku memutuskan untuk kembali ke apartemen saja. Aku harus menenangkan diri. Segera aku memesan taksi online. Di dalam taksi aku mengenang semua kenangan yang aku lalui bersama Woojin. Dari awal ketemu penuh dengan drama pertengkaran dan baru sekarang-sekarang aku merasakan indahnya kebersamaan dengan Woojin. Dan lagi-lagi air mataku mengalir.
"Ya Tuhan,aku baru menyadari kalau aku sangat mencintainya,aku tidak dapat hidup tanpa dirinya",ujarku dalam hati
Akhirnya sampai juga aku di kawasan apartemen. Pelan-pelan aku jalan memasuki apartemenku. Pokoknya aku harus kuat,bahaya kalau aku sampai pingsan disini. Ketika aku berjalan menuju apartemen ku,sepertinya aku melihat ada sosok cowok berdiri di depan pintu apartemen ku. Sosoknya seperti Woojin,apakah mungkin aku berhalusinasi.
"Lu",ujarnya menyapaku sambil tersenyum
"Woojin? Ini beneran Woojin? Gua sedang nggak bermimpi khan?"
"Nggak,ini gua Lu",sahut Woojin
Langsung saja aku memeluknya dengan erat dan tanpa sadar kemudian aku mencium bibirnya. Aku sendiri tidak sadar dengan apa yang aku lakukan dan aku tahu Woojin pun pasti kaget dengan apa yang baru saja aku lakukan.
"Gua takut kehilangan loe Woojin", ujarku setelah melepas ciumanku dan menatap matanya
"Maaf,gua baru sempat ngabarin loe,tadinya gua mau ngabarin lewat telpon,tetapi lebih baik gua datang aja,biar loe percaya kalau gua masih hidup", ujarnya sambil mengelus rambutku
"Iya,gua kaget tadi nonton di berita pesawat yang loe akan tumpangi hilang kontak"
"Iya,gua tahu,tadi mama nelpon. Gua nggak jadi ke Jepang Lu,untungnya pertemuannya dibatalin,yah walaupun rugi karena uang tiketnya hangus", sahut Woojin sedikit becanda
"Bodo amat uang tikenya hangus,yang penting sekarang loe ada di depan gua"
"Iya,sayang. Udah,jangan nangis lagi", sahut Woojin yang kemudian memegang bibirku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Aku merasakan kehangatan dan ketulusan cinta dari ciumannya. Sekarang aku semakin yakin kalau aku benar-benar sangat mencintainya dan tidak dapat hidup tanpa dirinya.
" I love you so much Park Woojin", ujarku dalam hati