Loading...
Logo TinLit
Read Story - I'm Growing With Pain
MENU
About Us  

“Tahu mengapa orang-orang selalu memakai topeng.

Itu karena kita yang cenderung tak menyukai kejujuran. Jadi jangan salahkan jika mereka berpura-pura bahagia atau ikut menderita.” ~Arza

 

 

Hari ulang tahun Angelin yang pertama dirayakan begitu mewah dan meriah. Dia adalah adikku dari pernikahan ibu dengan Tn.William. Berbeda denganku dan Sam yang hampir tak memiliki tempat di rumah itu, Angelin justru menjadi satu-satunya putri cantik yang mempunyai kakak-kakak seorang pangeran. Dia mengambil hati banyak orang termasuk itu Arza dan adik-adiknya, bahkan para media yang sering mengolok-olok ibuku sekalipun mereka memuji putri pertama Tn.William itu.

Aku datang ke pesta itu hanya untuk memberikan Angelin sebuah kado tanpa bermaksud terlibat dalam keluarga itu. Namun ibu menyeretku lebih dalam hingga aku harus bersanding di sampingnya dengan topeng bahagia di hadapan awak media. Kami juga mengambil foto bersama dimana semua anak ibu dan Tn. William berada disana, termasuk itu Arza dan kedua adiknya.

Mereka mengenakan setelan tuxendo putih yang selaras dengan anggota keluarga lainnya, sementara aku dan ibu memakai gaun berwarna hitam yang mencolok karena konsep party yang memang hitam-putih. Itu semakin memperjelas posisi kami, seolah kami adalah iblis yang telah menggoda para malaikat. Setidaknya itulah yang aku dengar dari bisik-bisik para tamu, dibalik wajah ramah mereka dan dibalik ucapan bahagia mereka.

Pesta yang berlangsung di sebuah ballroom hotel itu pun berlangsung cukup meria, tak seperti pesta ulang tahun anak berumur satu tahun lainnya. Pesta itu lebih tepat dikatakan pesta resmi dimana semua yang hadir hanyalah kolega-kolega Tn.William serta beberapa kenalan ibu di perkumpulan elitnya. Aku tak mengenal siapapun di pesta itu bahkan orang-orang yang mereka bilang adalah keluargaku sekalipun, aku merasa sangat asing. Sementara Sam; adikku dia tampak baik-baik saja sembari menjaga Angelin. Selepas acara puncak itu pun, aku hendak meninggalkan tempat itu namun ibu tiba-tiba menahanku dengan gelagat aneh.

“Freya… jangan pergi dulu! Ibu mau mengenalkanmu pada anak teman ibu. Dia tampan dan dari keluarga terpandang, ibu akan senang jika kau dekat dengannya!” ujar wanita itu dengan wajah sumringah seolah dia tak memikirkan kata-kata baru saja ia ucapkan.

“Memangnya ibu punya teman?” aku menyahuti dengan sinis hingga membuat genggaman tangannya di lenganku merenggang. Aku masih menatapnya dengan seksama dan ia tampak sedikit canggung.

“Mengapa kau berpikir ibu tidak punya teman?” dia bertanya balik.

Aku meraih kembali pergelangan tanganku darinya.

“Teman macam apa yang diam-diam mencibir temannya sendiri? Ibu tahu jika mereka bersama ibu hanya karena ibu adalah istri Tn.William dan bukan karena benar-benar menyukai ibu. Atau ibu hanya pura-pura tidak tahu saja?” Wanita itu tetap diam. “Jangan bertingkah seolah ibu wanita yang terpandang atau terhormat di hadapanku. Ibu hanya perempuan yang merebut suami orang jadi jangan melakukan sesuatu yang menjijikan seperti itu padaku!”

Mendengar perkataanku yang begitu kurang ajar, refleks tangan ibu terangkat hingga manamparku. Aku terkejut seperti pula dirinya, beruntung tak ada satu pun orang yang melihat pertengkaran kami. Pipiku terasa berdenyut. Aku tidak bermaksud kurang ajar padanya, aku hanya marah dengan sikap ibu yang seolah lupa dengan dirinya sendiri. Aku tahu maksud ibu yang hendak mengenalkan aku pada anak temannya dan itu pasti karena mereka dari keluarga kaya raya.

“Freya!” ibu memanggilku untuk memastikan keadaanku, tetapi aku telah terlanjur sakit hati. “Ibu tidak bermaksud menamparmu, jika saja kau bisa menjaga ucapanmu!”

Aku menelan air mataku dengan susah payah. “Asal ibu tahu! Aku tidak pernah mempunyai teman sejak ibu mendapatkan keluarga ini. Bahkan tidak ada satu pun dari mereka yang mau berteman dengan seorang anak pelakor. Ibu tahu bagaimana penderitaanku? Dikucilkan di sekolahku? Ibu tidak pernah tahu karena ibu memang tidak pernah ingin tahu. Ibu hanya berpura-pura menjadi ibu yang baik.” Perkataanku tampaknya membuat air mukanya berubah. Dia sepertiku yang ingin menjerit sekeras-kerasnya tetapi mempunyai rasa gengsi yang terlalu tinggi untuk sekedar mengasihani diri sendiri.

“Aku berusaha untuk hidup sendiri, aku juga tidak ingin mengusik kehidupan ibu. Jadi tolong jangan menariku ke dalam kubangan lumpur yang seperti ibu. Aku tidak ingin kotor seperti ibu, aku ingin memilih jalan hidupku sendiri…”

“Freya!” dia membantah perkataanku. Aku merasa kerongkonganku dipenuhi oleh duri-duri yang tajam hingga saat aku menelan kepahitan itu rasanya begitu sakit. “Kau terlalu muda untuk memahami kehidupan ini! Ada begitu banyak hal yang membuat kita semakin kotor setiap harinya. Itu semua agar kita bertahan hidup, agar kau dan adikmu bisa bersekolah di tempat yang bagus. Apakah kau tidak berpikir itu? Kau memang yang belum memahami ibu!”

Seperti itulah ibuku. Sejak ayah meninggalkannya dalam kemiskinan dan penderitaan. Dia telah berubah menjadi sosok yang semakin hari semakin tak aku kenali. Aku tidak menyangkal fakta bahwa hidup ini memang terlalu kejam tetapi aku hanya saja merasa jika perbuatan ibu tidak dapat dibenarkan.

Aku menghapus air mataku yang sudah mencapai permukaan dengan kasar. Ibu masih menatapku dengan mata berkaca-kaca. Mungkin gen yang ibu turunkan padaku adalah sifat keras yang aku miliki ini. “Aku tidak mau memahaminya! Aku tidak mau memahami kehidupan ibu, bahkan tidak ingin menjadi anak ibu… aku tidak mau…” aku berjalan gontai meninggalkan ibu di ruangan itu. Sementara ibu tampak membeku begitu saja. Aku sempat meliriknya sebelum membalikkan tubuh dan perkataanku akhirnya dapat menumpahkan air matanya.

Aku tidak bermaksud untuk menjadi anak kurang ajar atau apapun, aku hanya ingin membuatnya berpikir yang selama ini aku pikirkan. Ibu selalu berusaha mengabaikan setiap kebenaran dalam hidupnya dan bahkan berita-berita buruk tentangnya pun hanya dianggapnya angina berlalu. Dia tidak tahu bahwa itu berakibat kepada anak-anaknya.

“Kenapa kau terlalu berpikir seburuk itu pada ibu, Freya? Tidakkah kau berpikir bahwa ibu masih mempunyai hati? Meski ibu berusaha membunuh hati ibu sendiri.” jerit wanita itu ketika aku telah meninggalkannya cukup jauh. Aku masih mendengarnya, mendengar suara tangisannya pula namun aku tetap berusaha untuk mengabaikannya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Fallen Blossom
544      349     4     
Short Story
Terkadang, rasa sakit hanyalah rasa sakit. Tidak membuatmu lebih kuat, juga tidak memperbaiki karaktermu. Hanya, terasa sakit.
Phi
2038      804     6     
Science Fiction
Wii kabur dari rumah dengan alasan ingin melanjutkan kuliah di kota. Padahal dia memutus segala identitas dan kontak yang berhubungan dengan rumah. Wii ingin mencari panggung baru yang bisa menerima dia apa adanya. Tapi di kota, dia bertemu dengan sekumpulan orang aneh. Bergaul dengan masalah orang lain, hingga membuatnya menemukan dirinya sendiri.
THROUGH YOU
1321      836     14     
Short Story
Sometimes beautiful things are not seen; but felt.
Senja di Sela Wisteria
431      270     5     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. “Tunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
Luka Adia
752      459     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Salju yang Memeluk Awan [PUBLISHING IN PROCESS]
13623      2383     4     
Romance
Cinta pertamaku bertepuk sebelah tangan. Di saat aku hampir menyerah, laki-laki itu datang ke dalam kehidupanku. Laki-laki itu memberikan warna di hari-hariku yang monokromatik. Warna merah, kuning, hijau, dan bahkan hitam. Ya, hitam. Karena ternyata laki-laki itu menyimpan rahasia yang kelam. Sebegitu kelamnya hingga merubah nasib banyak orang.
Black Roses
30961      4443     3     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
LINN
12814      1935     2     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
The Second Lady?
435      313     6     
Short Story
Tentang seorang gadis bernama Melani yang sangat bingung memilih mempertahankan persahabatannya dengan Jillian, ataukah mempertahankan hubungan terlarangnya dengan Lucas, tunangan Jillian?
Tulus Paling Serius
2479      934     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?