Read More >>"> I'm Growing With Pain (Trapped ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - I'm Growing With Pain
MENU
About Us  

Aku berdiri di depan lobby hotel ketika laki-laki itu menghampiriku dengan mobilnya. Hari sudah malam dan aku tak sadar telah meninggalkan tempat itu cukup jauh. Pikiranku juga dipenuhi rasa dendam dan emosi hingga tak memikirkan bagaimana aku bisa kembali ke asrama. Aku sudah tak ingin lagi menemui ibu, bahkan ingin meninggalkan negara ini dan pergi jauh entah kemana. Aku memang pernah berpikir untuk membunuh diriku, melompat dari atas gedung atau menyobek urat nadiku. Tapi aku selalu teringat Sam; adiku serta perkataan ayahku. Aku tidak bisa menyerah hanya karena kelakuan ibu.

“Masuklah!” dia menawariku sembari menurunkan kaca mobilnya. Aku bisa melihat Arza yang masih mengenakan tuxendo putih, hanya saja tanpa dasi kupu-kupunya berwarna putih. Dia juga selalu konsisten dengan nada suaranya yang selalu dingin padaku. Namun aku tidak mengerti jika pemuda itu juga meninggalkan pesta sepertiku.

“Aku sudah mendengar semuanya tadi! Jadi masuklah sebelum aku berubah pikiran!”

Aku tidak terkejut lagi jika Arza telah mengetahui pertengkaranku dan ibu tadi. Dia berpapasan denganku saat aku meninggalkan ibu di ruangan ganti itu. Arza tak menanyakan apapun padaku sehingga aku langsung pergi begitu saja. Namun aku tidak menyangka jika dia menemuiku setelahnya. Dengan sedikit keraguan aku pun mengikuti perintahnya dan mengambil tempat duduk di sebelahnya. Tak seperti audy terakhirnya, mobil itu hanya mempunyai dua pintu dan dua tempat duduk pula sehingga mau tak mau aku harus kembali duduk berdampingan dengannya.

Setelah aku memasang sabuk pengaman dengan baik, mobil itu pun langsung melesat meninggalkan pelataran hotel. Aku dan Arza masih tak berbicara satu sama lain sebelum akhirnya aku menyadari jika jalan yang ia lalui berbeda arah dengan jalan menuju asramaku.

“Kita mau kemana?” tanyaku dengan ragu-ragu. Namun Arza tak langsung menjawab.

“Ke tempat yang lebih baik dari pesta itu. Aku tahu kau juga sama tak sukanya seperti aku!” jawabnya sebelum kembali menancap gas hingga membuat kecepatan mobil itu mendekati angka 200 km/jam. Aku memegang tali sabuk pengamanku dengan erat. Cara mengemudi Arza seperti para aktor dalam drama ‘fast & furious’. Dia seolah tak mengkhawatirkan apapun karena bahkan jika ia mendapat masalah sekalipun, keluarganya akan mudah mengatasinya dengan jalan damai.

Selang beberapa menit kemudian mobil itu telah sampai di sebuah basement hotel berbintang yang tahkala mewah dari tempat pesta itu berlangsung. Letaknya bahkan hanya sekitar 5 km dari hotel semula. Aku menatap Arza dengan tatapan bingung namun dia tak memberiku penjelasan apapun. Arza keluar dari mobilnya terlebih dahulu dan aku menguti setelahnya. Aku masih ragu untuk kembali bertanya karena Arza pasti enggan menjawabku lebih jelas.

“Ayo!” ajaknya untuk pertama kali padaku sembari mengulurkan tangan. Aku bingung tapi dia tak memberiku kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena telapak tangannya langsung bergerak cepat mengandeng telapak tanganku. Aku seperti merasakan sengatan aneh ketika tangan Arza menyentuh tanganku dan rasanya berkali-kali aneh saat merasakan jantungku yang juga berdetak kencang.

Dia terus menarikku bersamanya hingga memasuki gedung. Kami menaiki lift dan dia menekan lantai dua puluh. Hatiku berdebar karena ini kali pertamanya Arza mengajakku ke suatu tempat yang tak aku ketahui. Dia tidak banyak bicara seperti biasanya namun entah mengapa aku merasa perlakuan Arza padaku mulai sedikit demi sedikit berubah. Dan itu sejak kejadian di gudang kala itu.

“Aku tahu jika kau tidak bisa menjadi dirimu sendiri di pesta itu. Dan itulah mengapa kau juga tak berbeda dariku!” katanya ketika melewati pintu lift.

Dia sepertinya mendengar pertanyaan-pertanyaan dalam benakku yang terlalu canggung untuk disampaikan padanya. Selepas pintu lift itu, kami sampai di sebuah ruangan yang penuh hiruk-piruk. Ruangan privat dengan beberapa penjagaan di luar pintu yang penuh dengan anak-anak muda yang tengah berpesta sembari menari-nari dengan bebasnya.

Arza baru melepaskan genggaman tangannya ketika kami tiba disana. Lalu seorang laki-laki dengan topi baseball-nya menghampiri kami sembari membawa segelas minuman. Di belakang laki-laki itu juga ada beberapa kawannya yang salah satunya adalah teman Arza di sekolah. Mereka menyalami Arza dengan akrab sembari berbasa-basi ringan. Lalu laki-laki bertopi baseball itu melirikku sedikit sebelum berbisik-bisik pada kawannya.

“Siapa dia?” tanyanya pada Arza.

“Dia adikku!” jawab laki-laki itu dengan singkat. Dan nampaknya mereka paham dengan penjelasan singkat Arza. Mereka mungkin sudah tahu jika Arza memiliki adik tiri yang dibencinya dan aku berharap mereka tidak mengucilkanku seperti teman-temanku di sekolah.

“Hai… what’s up Sis! Siapa namamu adik kecil?” tanya laki-laki itu dengan Bahasa gaul padaku. Aku hanya tersenyum canggung padanya.

“Freya!” laki-laki yang merupakan satu-satunya teman Arza di sekolah itu pun menyahuti. Dia juga mengenalku dan mungkin dia juga mengetahui banyak tentang kehidupanku.

“Let’s go… Freya! Kita harus bersenang-senang malam ini!” ucap laki-laki itu dengan gaya yang cukup norak. Aku lagi-lagi hanya tersenyum canggung. Mereka tidak menanyaiku lebih banyak dan justru seolah mengabaikan begitu saja fakta tentangku.

“Di tempat ini kau tidak perlu memikirkan apapun! Mereka tidak akan peduli siapa dirimu karena yang ingin mereka lakukan hanyalah bersenang-senang.” Penjelasan Arza padaku yang hampir terdengar bersautan dengan nada musik yang kencang. Aku menatap laki-laki itu sebentar dan ia tampak hendak melakukan sesuatu dengan melepas tuxendo-nya hingga hanya menyisakan kemeja putih yang di tekuk sebatas lengan.

“Bersenang-senanglah! Aku akan menghampirimu nanti!”

Arza melangkah ke dalam keramaian namun ia tak berbaur dengan anak-anak yang tengah menari itu. Dia naik ke atas podium tempat DJ memainkan musiknya, lalu Arza menyapa DJ itu dengan akrab. Mereka berbicang-bincang sebentar sebelum akhirnya laki-laki gempal itu menyerahkan headphone-nya pada Arza dan membiarkan laki-laki itu mengatur sendiri musik yang hendak dimainkannya. Arza menjadi Disc jockey, aku baru tahu jika dia pandai melakukannya. Aku pun hampir begitu terpesona oleh permainannya.

“Ini adalah pesta pribadi yang diadakan beberapa minggu sekali. Dan kami hanya mengundang beberapa anak-anak tertentu dari sekolah lain!” ujar laki-laki yang juga berteman dengan Arza di sekolah itu, aku hampir melupakan keberadaannya. Dia memiliki postur tubuh yang cukup atletis dengan kaos V-neck berwarna biru serta rambut yang disisir ke belakang, dia cukup rapi dibandingkan laki-laki bertopi baseball tadi. Tetapi aku tidak terlalu mengenalnya di sekolah meskipun dia juga salah satu senior terpopuler.

“Kau bisa memanggilku David! Kau tidak ingat namaku bukan?” katanya seolah dapat menebak isi kepalaku. Aku pun bergegas menjabat tangannya dan mengenalkan diri.

“Aku Freya…” sahutku dengan canggung. Tapi laki-laki itu justru tertawa renyah. Aku pun mengerutkan alis.

“Aku tahu kau Freya! Dan kau juga sangat terkenal di sekolah. Tapi kau terlalu cuek untuk menyadarinya.” Ujarnya lagi menyelamatkanku dari suasana canggung. Tenyata seperti ini pesta private anak-anak kelas atas. Aku baru menyadari jika itu tidak seburuk apa yang aku pikirkan.

“Ayo… menari! Bukankan musiknya terdengar bagus, Arza sangat pandai memainkannya.” Ujarnya lagi sembari menarik tanganku menuju kerumunan. Aku tidak sempat menolak karena dia melakukannya dengan tiba-tiba.

“Tapi aku tidak bisa menari…” ujarku setengah berteriak karena suara music yang begitu keras.

 “Tidak perlu bisa menari, kau hanya perlu menikmatinya!” ujarnya tak kalah berteriak.

Aku mencoba mengikuti sarannya mencoba menikmati musik, perlahan-lahan tubuhku pun bergerak seindiri mengikuti irama itu. Dia tertawa menatapku dan aku pun ikut terbahak bersamanya. Kami menari bersama sepanjang waktu hingga melupakan segalanya, sementara Arza masih bertahan dengan turntabel dan mixer di atas podium. Dia mengolah music beat dengan perpaduan pop yang sempurna hingga membuat orang-orang dilantai itu terbuai begitu saja.

Setelah cukup bersenang-senang, David mengajakku ke tepi untuk mencari tempat duduk. Dia cukup menyenangkan malam itu tidak seperti kesehariannya di sekolah yang sama cueknya dengan Arza. Mungkin itu yang dikatakan sebagai hudp, bersenang-senang seperti semestinya. Namun sayangnya aku tidak yakin aku akan benar-benar bahagia.

“Kau mau coba?” ujar David sekembalinya dari bar. Dia menyodorkan segelas minuman alcohol dengan beberapa balok es di dalamnya. Aku menatapnya dengan ragu. Itu pertama kalinya seseorang menawariku minuman sementara aku sendiri tidak pernah meminumnya. Aku tak tahu harus menerimanya atau tidak, aku tidak berpikir jika usiaku sudah cukup untuk meminum minuman beralkohol itu.

“Kau tidak mau?” tanyanya lagi.

“Dia masih belum cukup umur, kau jangan lupa itu!” entah sejak kapan Arza telah disampingku. Laki-laki itu langsung menyambar minuman yang disodorkan David dan meminumnya dalam satu tegukan. Sisi dari kehidupan anak-anak kelas atas yang belum aku ketahui bahwa mereka telah terbiasa dengan pergaulan yang cenderung begitu ekstrem.

“Berdirilah! Aku akan mengantarmu pulang!” ujar Arza, kali ini padaku. Dia menaruh gelasnya di atas meja dan menyambar tuxendo-nya.

“Kenapa kau buru-buru?” Tanya David.

“Aku tidak buru-buru! Ini memang waktunya dia pulang!” sahutnya sembari menarik tanganku yang baru saja hendak berdiri. Aku pun cukup terkejut karena kelihatannya Arza sedikit marah. Entah marah pada siapa, aku pun tak tahu.

“Aku membawamu kemari untuk bersenang-senang tetapi bukan berarti kau bisa melewati batas yang tak boleh kau lewati!” ujarnya tak terlalu aku pahami dan membuatku semakin bertanya-tanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Teman Berbagi
2408      986     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...
Let Me Go
2254      942     3     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...
Oh, My Psychopaths CEO!
500      363     2     
Romance
Maukah kau bersama seorang pembunuh gila sepertiku?
Crystal Dimension
284      192     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
The First
455      324     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
Alzaki
1476      668     0     
Romance
Erza Alzaki, pemuda tampan yang harus menerima kenyataan karena telah kejadian yang terduga. Di mana keluarganya yang hari itu dirinya menghadiri acara ulang tahun di kampus. Keluarganya meninggal dan di hari itu pula dirinya diusir oleh tantenya sendiri karena hak sebenarnya ia punya diambil secara paksa dan harus menanggung beban hidup seorang diri. Memutuskan untuk minggat. Di balik itu semua,...
Kuburan Au
736      481     3     
Short Story
Au, perempuan perpaduan unik dan aneh menurut Panji. Panji suka.
Too Late
7088      1819     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...
Premium
Beauty Girl VS Smart Girl
8572      2413     30     
Inspirational
Terjadi perdebatan secara terus menerus membuat dua siswi populer di SMA Cakrawala harus bersaing untuk menunjukkan siapa yang paling terbaik di antara mereka berdua Freya yang populer karena kecantikannya dan Aqila yang populer karena prestasinya Gue tantang Lo untuk ngalahin nilai gue Okeh Siapa takut Tapi gue juga harus tantang lo untuk ikut ajang kecantikan seperti gue Okeh No problem F...
Melepaskan
414      279     1     
Romance
Ajarkan aku membenci tawamu, melupakan candamu. Sebab kala aku merindu, aku tak bisa lagi melihatmu..