Jakarta sunyi saat malam hari, Keysa merasakan hal itu. Di dalam kamar ia berdiam seorang diri, melawan sepi yang menyelimuti sekelilingnya. Ia pun bangkit lalu membuka tirai jendela kamarnya. Sejak tadi pagi perasaannya nggak karuan entah apa yang dipikirkannya. Sekejab ia terbayang-bayang wajah Arga yang tersenyum kepadanya, lalu menghilang. Keysa merasa tersiksa atas keadaan ini. Arga pergi dengan menyisakan bayangan tubuhnya pada pikiran Keysa. Segera Keysa mengambil ponselnya lalu menghubungi Dery agar segera menemuinya sekarang. Dery menerima keinginan Keysa. Setengah jam kemudian Dery datang dan Keysa langsung turun menghampirinya. Dery dan Keysa pun duduk di kursi panjang dekat pintu masuk.
"Kamu kenapa?"
"Aku nggak tau Der, ini aku yang lemah atau bagaimana aku nggak tau. Sejak tadi aku kepikiran Arga terus, bayang-bayang dirinya terus muncul di pikiranku."
Dery terlihat cemburu saat Keysa mengucapkan demikian. Tanpa sengaja Dery mengeluarkan ucapan bahwa Keysa terlalu lemah menanggapi masalah ini. Sontak ucapan tersebut membuat Keysa tersinggung.
"Apa kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan? Mencintai seseorang yang kita sendiri tidak tau dia cinta atau tidak," ucapnya dengan nada keras.
"Kamu nggak akan bisa terlepas dari belenggu ini jika kamu lemah seperti ini Key."
Untuk yang pertama kalinya Dery membentak Keysa.
"Percuma ya aku suruh kamu kesini, kamu malah nyalahin aku." Gantian Keysa yang berbicara dengan nada tinggi, membuat Dery terkesiap dan sadar atas ucapannya yang menyakiti Keysa.
Dery berusaha mengejar, namun Keysa menutup pintunya dan enggan mendengarkan ucapan dari Dery.
"Aku seperti ini karena aku nggak mau kamu sakit dengan cinta Arga. Cinta kalian itu sudah berakhir, kamu harus bisa melupakan Arga Key."
Dery merasa sangat menyesal telah membentak Keysa. Sementara Keysa merasa Dery masih belum bisa menerimanya. Di dalam kamar ia merenung seorang diri dan enggan mendengarkan ucapan dari siapapun. Dery pun pulang dengan berusaha menghubungi Keysa berulang kali.
Sesaat terpikir dibenaknya untuk pulang ke Surabaya walau hanya sekadar menenangkan dirinya. Namun ia takut dan gelisah akan teringatnya ia bersama Arga. Dengan tekad bulat Keysa mengemas pakaiannya dan esok hari juga ia akan pulang ke Surabaya.
****
Di dalam kosan Dery mondar-mandir kegelisahan, ia merasa sangat bersalah sekali terhadap Keysa. Sejak semalam, ratusan kali Dery menghubungi Keysa, namun tak satupun dari panggilannya itu terangkat. Akhirnya Dery memutuskan untuk menghampiri Keysa di kantornya.
Sesampainya disana, tak ada Keysa yang nampak bekerja. Salah seorang pegawai menyatakan bahwa Keysa sedang cuti dan sekarang ia tengah pulang ke Surabaya.
"Ya ampun Key, kamu kok nekad banget sih."
Tanpa pulang ke kosan terlebih dahulu, ia langsung menyusul Keysa ke Surabaya. Sementara Keysa kini sudah sampai di kontrakan ibunya. Ibu nampak sangat terkejut melihat kedatangan Keysa yang secara tiba-tiba tanpa menghubunginya terlebih dahulu. Keysa langsung merengkuh ibunya sambil menumpahkan air mata dibahunya, ibu khawatir dan gelisah dengan keadaan Keysa.
"Kamu kenapa Key?"
Keysa masih memeluk erat tubuh ibu tanpa menjawab pertanyaan darinya. Ibu meminta Keysa untuk tenang lalu mereka berdua pun duduk di ruang tamu.
"Lebih baik Key masuk ke kamar aja ya bu." ucapnya dan beranjak menuju kamarnya.
"Hidup kamu kok yo begini banget ya nduk?" gumamnya.
Di dalam kamar Keysa merebahkan tubuhnya dan perlahan memejamkan matanya. Setibanya Dery di Surabaya, Dery langsung menuju rumah Keysa. Ia masih tidak tahu kalau Keysa ternyata udah pindah. Sesampainya di rumah Keysa, tetangga sebelah Keysa memberitahukan Dery bahwa Keysa dan ibunya sudah pindah dari rumah tersebut. Dan kebetulan mereka pindah tidak jauh dari rumah Keysa yang sebelumnya. Dery pun bergegas menuju rumah yang di beritahukan oleh tetangga Keysa.
Dari dalam rumah ibu tengah terdiam duduk di ruang tamu, sesaat kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar. Ibu bergegas membukakan pintunya.
"Dery..." ibu terkejut melihat kedatangannya.
Ibu mempersilahkan Dery untuk masuk. Ibu bertanya-tanya sebenarnya apa yang sudah terjadi antara Dery dan Keysa. Dery pun menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada ibu. Ia juga meminta kepada ibu untuk dipertemukan dengan Keysa. Ibu menuruti kemauan Dery, ia pun memanggil Keysa dikamarnya. Keysa bangkit dari ranjang dan menemui Dery seorang diri.
Keysa duduk disamping Dery dengan wajah acuh. Dery menatap Keysa penuh harap, ia pun mengucapkan kata maaf dari hatinya yang paling dalam dan berusaha menjelaskan kepada Keysa tentang perasaan dan hatinya.
"Aku tau kamu cinta sama aku, tapi aku rasa kamu perlu berpikir terlebih dahulu, karena aku nggak yakin kamu bisa menerima masa lalu ku. Sebenarnya aku kecewa ke kamu, secara tidak sadar kamu sudah mengkhianati janji kamu untuk membantu aku melepas nama Arga di hatiku."
Dery mengakui kesalahannya di depan Keysa, namun hal tersebut tidak menghentikan Keysa untuk mengistirahatkan terlebih dahulu hubungan mereka sampai ada titik terang diantara keduanya. Keysa sangat berharap Dery mau menerima keputusannya itu.
"Aku hargai keputusan kamu, dan aku nggak akan menyerah untuk membuktikan bahwa aku bisa menerima kamu sepenuhnya, apa adanya."
Keysa menunduk tanpa menatap Keysa sedetik pun, dengan wajah lesu Dery meninggalkan rumah kontrakan Keysa.
"Aku pasti menunggu kamu Key," ucapnya yang terakhir dan beranjak pulang.
Dery pulang tanpa membawa cinta sedikitpun, pandangannya mulai suram dan kosong. Saat ia hendak menyebrang, sebuah mobil trailer menyebet tubuhnya hingga tersungkur di tepi trotoar. Dery mengeluarkan darah dengan begitu banyak. Orang-orang berkerumun dan menggotongnya ke rumah sakit.
Di dalam rumah Keysa merasakan dadanya yang sesak dengan pikiran yang nggak karuan. Bayangan wajah Arga dan Dery silir berganti merasuki otaknya. Ia pun bangkit dan keluar dari rumah untuk sekedar mencari angin.
"Kasihan pemuda tadi, mudah-mudahan dia selamat," seru salah seorang tetangga Keysa.
Keysa yang merasa penasaran pun bertanya apa yang tengah terjadi kok diluaran sana ramai sekali. Salah seorang tetangga Keysa pun menjelaskan bahwa telah terjadi tabrak lari dengan korban seorang pemuda berbaju biru dan tas selempang yang dibawanya.
"Dery, apa itu Dery ?"
Keysa pun lari menghampiri tempat kejadian. Salah satu pasang sepatu Dery tertinggal di dekat tempat kejadian, Keysa yang menyadari hal itu langsung berlari menuju rumah sakit dengan menangis sesenggukan.
Setibanya di rumah sakit, nampak papa dan mama Dery yang tertunduk menangis diruang tunggu. Keysa menghampiri keduanya.
"Korban itu beneran Dery, tante ?"
Mama Dery mengangguk yang spontan membuat tubuh Keysa lemas dan terduduk di lantai.
"Seharusnya aku nggak nyuruh kamu pulang tadi Der..." ucapnya sambil menangis.
Sesaat kemudian dokter yang menangani Dery keluar dari ruang ICU. Keysa, mama, dan papa Dery pun mendekat.
"Dery mengalami kerusakan pada organ hati nya, ia harus segera mendapatkan donor hati secepatnya agar nyawanya bisa tertolong."
Keysa menangis, begitupun dengan mama dan papa Dery yang nampak putus asa.
"Bagaimana ini pa?"
"Dalam keadaan seperti ini kita harus bisa memutuskan siapa yang patut kita pertahankan."
Keysa melangkah mendekati ruang ICU. Dilihatnya Dery yang terbaring lemah didalamnya.
"Kamu harus kuat Der, aku akan terus menagih janji kamu untuk membantu aku melepas nama Arga di hati aku. Ayo Der, bangun, bangun..."ucapnya.
Dery masih diam lemah di dalam. Kini tuhan tengah menguji cinta Keysa dengan begitu beratnya. Dery adalah satu-satunya orang yang bisa membasuh luka pada hati Keysa saat Arga menunggalkannya tanpa sebuah alasan. Dan Dery pula yang nantinya akan bisa melepas nama Arga di hati Keysa.
"Key lebih baik kamu pulang, nanti kalau ada kabar dari Dery akan tante hubungi kamu."
Walau berat meninggalkan Dery, Keysa pun pulang atas paksaan dari mama Dery. Setibanya dirumah ibu menghampiri Keysa.
"Ibu tadi dengar dari tetangga kalau..."
"Iya bu, Dery menjadi korban tabrak lari, sekarang dia kritis," ucapnya menderaikan air mata dan berlalu dari hadapan ibunya. Pintu kamar dikuncinya dan ia berdiam seorang diri sambil tertunduk cemas di atas ranjang.
Sesaat kemudian ibu datang hendak membawakan makanan untuknya, pintu kamar diketuknya oleh sang ibu. Perlahan Keysa membukakan pintu dan mempersilahkan ibu untuk masuk.
"Kamu pasti belum makan, Ibu bawa makanan untuk kamu, cepat dimakan ya Key."
"Letakkan disitu dulu aja bu, nanti Key makan."
Ibu pun meninggalkan Keysa di kamarnya. Keysa mengacuhkan begitu saja makanan yang dibawa oleh ibunya. Tangannya memutar-mutar ponselnya dan berharap akan segera ada kabar mengenai Dery. Sesaat kemudian ponsel yang digenggamnya berdering.
"Hallo..."
Rupanya yang menghubungi Keysa adalah mama Dery yang mengabarkan bahwa Dery sudah mendapatkan donor hati, esok hari juga ia akan menjalani operasi cangkok hati. Keysa lega mendengar kabar tersebut.
*****
Pagi harinya Keysa mendatangi rumah sakit karena ia selalu ada di samping Dery saat operasi berlangsung. Sesaat kemudian Dery dibawa keruang operasi.Rasa gelisah tidak dapat disembunyikan dari Keysa. Raut wajah cemas saling meliputi wajah mereka yang menunggu Dery. Namun sampai detik ini tidak juga muncul Arga adiknya Dery. Keysa bertanya-tanya mengapa Arga tidak ada disamping Dery saat kondisi Dery tengah kritis. Akhirnya Keysa meluncurkan pertanyaan yang sedari tadi melintas di benaknya kepada orang tua Dery.
"Kami memang sengaja tidak menghubungi Arga agar dia bisa fokus belajar disana."
Keysa manggut-manggut mendengar penjelasan dari Orang tua Dery dan Arga.
"Oh ya tante, memangnya siapa yang sudah mendonorkan hatinya kepada Dery?"
"Pastinya dia orang yang berhati tulus bak malaikat."
Keysa sangat berterima kasih sekali kepada orang tersebut, dengan pengorbanan tulusnya ia telah menyelamatkan cinta bagi orang disekeliling Dery, termasuk Keysa. Satu jam lebih telah berlalu, dua orang suster membuka pintu operasi dan berucap bahwa operasi telah usai. Sesaat kemudian Dokter pun keluar.
"Syukurlah, operasinya berjalan dengan lancar," ucapnya sambil menyunggingkan senyum lega.
Orang tua Dery dan Keysa bernafas lega mendengar kabar baik tentang kondisi Dery. Tidak lama kemudian jenazah seseorang yang mendonorkan ginjalnya didorong keluar dari ruang operasi dan tanpa sengaja tangannya yang terlentang menyenggol tubuh Keysa. Keysa menatap kepergian orang itu dengan penuh haru, air mata juga telah membasahi wajahnya sejak tadi.
"Kenapa aku menangis? Syukurlah Dery tidak apa-apa, dan orang itu..."
"Key ayo!" ajak papa Dery menuju ruang rawat Dery.
Di sudut ruangan nampak mama Dery yang menangis sejadi-jadinya seolah tengah kehilangan sesuatu yang amat berharga dalam hidupnya. Keysa mendekat dan merangkulnya.
"Tante kenapa? Bukannya Dery sudah selamat dari masa kritisnya?"
"Saya hanya terharu saja dengan semua ini, tante sama om mau pulang dulu, kami berdua titip Dery ya Key."
Keysa menyanggupi kemauan Orang tua Dery. Ia pun duduk di sofa tempatnya menunggu Dery sadar. Entah mengapa hatinya begitu gelisah, remuk, dan terasa tertusuk-tusuk. Sesaat Keysa berusaha menenangkan keadaannya dengan meminum air putih yang dibelinya tadi sebelum memasuki ruang rawat.
Keysa mendekati Dery dan duduk disampingnya. Digenggamnya tangan Dery yang begitu lemas dengan wajah yang masih memucat.
"Bangun Der, aku udah kangen banget sama kamu. Aku janji, aku akan memaafkan kamu saat kamu bangun nanti. Cepat sembuh ya sayang."
Keysa berjanji akan melupakan segala permasalahan yang membuat hubungannya dengan Dery retak. Ia akan memulai hari-harinya dengan kisah baru dalam hidupnya.
Bagus kak bikin baper π
Comment on chapter EPILOG