Arman POV
UAS telah kami lewati beberapa hari yang lalu. Sebelum kami memasuki masa liburan, OSIS menyelenggarakan Class Meeting. Tujuannya agar silaturrahmi dan kekompakan antar kelas tetap terjaga. Class Meeting terdiri dari serangkaian acara dan lomba.
Lomba yang akan diadakan kali ini adalah Sepak Takraw, Bulu Tangkis, Futsal, Drama, Puisi, dan Pidato. Selain itu, setiap kelas juga akan menyediakan stan makanan dan minuman ringan di sekitar sekolah. Lomba akan dilaksanakan seminggu penuh.
Aku, Reza, dan Andre akan saling memperebutkan juara di lomba Sepak Takraw. Dewi akan mengikuti Lomba Drama mewakili kelasnya. Dan mengenai Gloria......
Tadinya, dia bercerita ingin mengikuti lomba Puisi. Tapi, entah kenapa dia justru membatalkannya. Saat kami ingin bertanya soal itu, dia tidak mau menjawabnya. Tidak biasanya dia seperti ini. Rasa penasaran akhirnya membawaku menuju penyelidikan pribadi. Aku akan menggunakan kekuatanku untuk menyusup ke dalam alam bawah sadarnya.
Mmm, kalian tahu? Sejak Andre memiliki kekuatan, dia sedikit sombong sekarang. Entahlah, mungkin itu hanya perasaanku saja. Dia mungkin masih sedikit kesulitan untuk mengendalikan kekuatannya. Wajar saja sebenarnya. Dulu aku juga pernah begitu. Bahkan, aku pernah bertemu dengan makhluk pemakan emosi manusia.
Kukira itu hanya sekedar mitos. Tapi ternyata, makhluk itu memang ada. Makhluk itu mengincar orang yang memiliki pikiran negatif yang sangat besar dan hampir menguasai seluruh tubuhnya. Wujudnya menyerupai seorang laki-laki tinggi dan berjubah hitam. Semakin banyak energi negatif yang dia makan, semakin besar kekuatannya.
Tidak ada cara untuk mengalahkan makhluk itu, selain menghindari pikiran negatif. Dan jangan biarkan dia menguasai tubuhmu. Aku dan tim sudah berhasil menghindari pikiran negatif semacam itu. Jam istirahat, aku bertemu dengannya. Dia terlihat lebih pendiam sekarang. Saat itulah, aku melihat bentuk emosi dibelakangnya. Seekor gurita merah yang sangat besar.
Aku menduga dia menahan sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan pada siapapun. Emosi yang dia tahan selama ini telah mengendap dan membentuk emosi seperti itu. Biasanya jika sudah sampai di tahap ini, maka kita harus mengalahkannya di alam bawah sadar.
"Maafkan aku, Gloria."
Itulah kata-kata terakhirku padanya sebelum aku membuat dia tertidur di taman ini. Aku merebahkan tubuhnya di bangku taman, sementara aku duduk disampingnya. Aku lalu menyentuh dahinya. Hangat. Suhu tubuhnya nampak normal. Kututup mataku dan mencoba berkonsentrasi. Aku akan masuk ke alam bawah sadarnya. Ketika aku membuka mata kembali, tempat yang aku lihat sudah berubah.
Aku berada di sebuah alam semesta mini yang memiliki ribuan bintang. Sepertinya, aku berada diruang hampa udara. Tubuhku melayang-layang disana. Seolah-olah aku berada di dalam air. Lalu, aku melihatnya. Monster itu telah mengambil pikiran Gloria. Aku harus menghentikannya.
Setiap orang yang berhasil sampai ke tahap ini, akan memiliki kekuatan khusus yang berbeda-beda. Untuk aku, kekuatanku adalah rantai hitam. Rantai ini mampu mengikat makhluk seperti ini dan menyerap kekuatannya. Aku mulai menarik nafas dalam. Aku terus berkonsentrasi.
Perlahan, dari balik bajuku, muncul rantai yang bergerak melilit seperti ular. Rantai itu lalu aku gerakkan ke arah monster itu. Seketika itu juga, rantainya memanjang dan melesat dengan cepat. Tapi ternyata, monster itu lebih cepat. Dia berhasil menghindar. Untuk mengalahkannya, aku juga harus lebih cepat darinya, kan?
Setelah beberapa saat kemudian, aku berhasil merantai salah satu tentakelnya. Aku segera menarik rantaiku kuat-kuat, sambil menyerap energi yang dia miliki. Dia berontak. Aku akui, dia cukup kuat untuk monster didalam bentuk emosi. Ketika jarakku semakin dekat dengannya, kutambah lagi rantai yang mengikat tubuh dan tentakelnya.
Aku merasakan energi yang aneh. Energi yang dia miliki ternyata begitu gelap dan jahat. Aku juga merasakan ledakan energi yang berbeda disana. Aku mengalihkan fokusku untuk membaca energi yang berbeda itu. Aku berhasil mengenali energi itu. Itu milik Andre! Energi itu mengalir seperti air di dalam pipa. Namun, energi itu mengalir sangat tipis seperti benang.
Aku terus menghisap energi itu sampai habis. Monster itu pun hancur seperti pecahan kaca lalu menghilang.
"Sudah selesai. Aku harus menanyakan hal ini pada Andre." Gumamku.
Aku kembali menutup mata. Semuanya menjadi gelap. Lalu, ketika aku membuka mata, aku melihat duniaku. Aku telah kembali ke dunia nyata. Gloria pun juga sudah terbangun. Dia ternyata sadar, aku telah masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Dia berterima kasih padaku karena telah menyembuhkannya. Aku lalu mengajaknya untuk menonton pertandingan sepak takraw.
Mengenai energi tadi...... ah, sudahlah. Nanti saja aku bertanya padanya.
Gloria POV
Mungkin itu hanya perasaanku saja, ya. Tapi, entah kenapa, sejak Andre mendapatkan kekuatan itu, dia berubah drastis. Dia menjadi lebih pendiam sekarang. Dia bahkan tidak mau berkumpul dengan kami lagi saat jam istirahat. Hubungan diantara kami menjadi merenggang karenanya. Aku merasa ada sesuatu yang salah disini.
Aku memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada Hana. Oh, mungkin aku lupa bercerita. Hana adalah teman lamaku saat SMP. Kini, dia bersekolah di SMA lain bersama dengan sahabat dekatnya, Brata. Hingga sekarang, kami tetap menjaga hubungan pertemanan kami lewat chat di sosial media.
Saat SMP, kami pernah bermain 4 Cerita Kematian. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut Four Stories Of Death, Creation And Destruction. Cara permainannya sederhana. Kalian harus bermain dengan jumlah pemain ganjil, terserah berapapun itu. Tempat memainkannya adalah bangunan yang memiliki minimal 4 lantai.
Setiap pemain diwajibkan membawa lilin merah dan korek api (kayu, bukan korek dari minyak). Lakukan ini pada malam hari yang sepi. Cara bermainnya cukup sederhana. Di lantai dasar, semua pemain berkumpul tepat ditengah lantai. Pemain duduk dalam posisi melingkar. Salah satu pemain mulai bercerita tentang hantu.
Setelah selesai, pemain yang bercerita tadi menyalakan lilin yang dia bawa. Lalu, naiklah ke lantai teratas bangunan. Oh, ya. Usahakan listrik dan semua benda elektronik telah dimatikan. Jangan membawa benda apapun saat naik ke lantai teratas selain lilin yang telah dinyalakan tadi. Naiklah dengan tangga, bukan dengan lift atau eskalator.
Pemain yang lain melanjutkan permainan dengan bercerita. Setelah selesai bercerita, sama seperti pemain pertama, pemain menyalakan lilin dan pergi kelantai teratas. Begitu seterusnya sampai pemain terakhir. Ketika pemain terakhir naik, dia akan menemukan secarik kertas dengan tulisan dari darah. Ambil saja dan jangan pernah sekalipun untuk membacanya.
Ketika sampai di lantai teratas, segera bakar kertas itu. Nyala api akan berubah menjadi biru. Bersiaplah untuk penampakan hantu paling nyata dalam hidupmu. Roh wanita berwajah rusak akan muncul dari dinding. Pemain yang memiliki nomor tengah berhak memilih, Creation atau Destruction (Ciptakan atau Hancurkan).
Pemain bernomor tengah seperti ini. Jika jumlah pemain ada 3 orang, maka pemain kedua yang memilih. Jika pemain ada 5, pemain ketiga yang menjawab pilihan. Begitu seterusnya. Oleh karena itu, permainan ini tidak bisa dilakukan sendirian. Jika pemain itu memilih Hancurkan, hantu itu akan meminta satu nama orang yang akan dihancurkan hidupnya.
Jika memilih Ciptakan, maka salah satu pemain akan dianugerahi sebuah kekuatan unik. Sayangnya, dia memilihnya secara acak. Bisa saja yang meminta, justru tidak dipilih. Untuk pilihan ini, tidak ada resiko yang ditimbulkan. Namun, kalau pilihan Hancurkan, semua pemain yang mengikuti permainan akan tewas mengenaskan. Untungnya, mereka mati sesuai umurnya.
Kelihatan tidak sesuai dengan namanya, ya? Permainan ini memang berasal dari Jepang. Disana, 4 adalah simbol dari kematian, karena pengucapannya yang mirip. Cerita hantu bisa saja lebih atau kurang dari 4, namun tidak ada yang jumlah ceritanya genap.
Aku, Hana dan 5 temanku memainkan ini dengan lancar. Dan ternyata, akulah yang terpilih untuk mengucapkan permintaan. Aku memilih Creation. Setelah aku mengucapkan permintaan itu, dia menghilang. Semua lilin kembali menyala normal. Permainan sudah berakhir.
Beberapa hari kemudian, aku merasa ada yang salah dengan mataku. Aku bisa melihat berbagai warna melingkupi tubuh seseorang. Aku lalu bertanya kepada Hana. Hana bilang bahwa akulah yang dipilih oleh Roh itu. Kekuatanku adalah penglihat aura kematian.
Jika berwarna hijau atau biru, maka dia masih mempunyai banyak waktu untuk hidup. Tapi, jika warnanya kuning atau merah, waktu yang dia miliki tinggal sedikit. Hana bilang dia tahu semua itu dari catatan milik ayahnya Brata.
Hana sendiri baru mengatakan bahwa dia juga memiliki kekuatan. Kekuatan itu mampu mengubah suatu benda menjadi batu atau emas. Kekuatan itu berada di tangan kirinya. Tangan itu juga bisa berubah sesuai kekuatan yang dia pilih. Kekuatan itu sudah ada sejak dia lahir, namun selalu dia sembunyikan. Hanya aku dan Brata yang tahu soal itu.
Dichat kali ini, aku meminta saran kepadanya agar hubungan tim kami kembali seperti semula. aku dapat saran untuk berpetualang seperti dulu. Kalian tahu, pergi ke tempat horor dan angker misalnya. Aku memang sudah lama tak melakukan itu. Terakhir, saat penelusuran ke gudang tua itu. Aku lalu menerima saran itu. Tidak ada salahnya, kan?
Sayangnya, kali ini aku salah mengambil keputusan...........
XXX