Andre POV
Oh, hei. Namaku Andre. Aku adalah ketua Garda. Dan seperti yang kalian tahu, kami tidak memiliki tujuan khusus di tim ini. Sejak dibentuk 2 bulan yang lalu, kegiatan kami hanyalah berkumpul di perpustakaan atau kantin saat jam istirahat.
Banyak hal yang kami bicarakan, kebanyakan hanya hal yang tidak terlalu penting. Tapi, ada satu hal yang menarik bagiku. Belakangan ini, muncul isu tentang Gudang di belakang sekolah.
Katanya, ada sebuah cermin misterius disana. Cermin itu konon mampu memberikan sebuah kekuatan unik bagi orang yang melihatnya. Namun, setelah itu dia akan mati 3 hari kemudian.
Tidak ada yang pernah berhasil membuktikan kisah ini hingga sekarang. Sejujurnya, aku merasa tertantang untuk melakukannya. Cermin itu hanya bisa ditemukan saat bulan purnama, dalam kondisi tertutup kain merah darah.
Hari ini jam sudah menunjukkan pukul 10:20. Waktunya istirahat. Seperti biasa, kami berkumpul di perpustakaan. Aku lalu mengajak timku untuk melakukan tantangan ini. Pada awalnya Gloria tidak setuju karena resikonya yang terlalu besar.
Aku katakan padanya, bahwa kita hanya membuktikan kebenaran cerita itu saja. Pada akhirnya, dia setuju, walaupun agak ragu-ragu. Kami lalu memutuskan untuk melakukannya besok malam.
Bel masuk pun berbunyi. Kami pun kembali ke kelas masing-masing. Kelas kami memang berbeda-beda satu sama lain. Aku dan Reza Jurusan IPA, namun berbeda lokal. Sama seperti Gloria dan Arman yang jurusan IPS. Dan Dewi sendirian di jurusan Bahasa.
Waktu cepat sekali berlalu. Bel tanda pulang pun berbunyi. Aku, Reza, dan Arman belum pulang. Kami harus mengikuti ekstrakurikuler Sepak Takraw hari ini. Yah, inilah salah satu cabang olahraga yang kusukai, selain Bulu Tangkis dan Panah. Kami berlatih dengan sungguh-sungguh.
Latihan berakhir jam setengah 6 sore. Semua berjalan dengan lancar. Tidak ada yang aneh, setidaknya belum. Kami pun segera pulang ke rumah. Ketika di jalan, aku melihat seorang wanita bergaun merah. Dia memakai kebaya kuno khas Jawa. Wanita itu nampak berjalan dengan santainya di pinggir jalan. Aku merasa tidak ada yang aneh dengannya, sampai……
Aku merasakan ada seseorang yang duduk di belakangku. Aku lalu memberanikan diri untuk melihat kaca spion motorku. Sial! Dia kini benar-benar duduk di belakangku. Tangannya yang keriput dan memiliki cakar panjang itu berada di bahu kananku. Pantas saja, aku merasa ada sesuatu yang berat di bahuku. Tapi, sejak kapan dia ada disana?
Aku tetap saja menjalankan motorku sampai ke rumah, tentunya dengan rasa santai. Berkat pertemananku di tim, aku jadi terbiasa bertemu dan berinteraksi dengan hantu. Ketika hendak turun dari motor, aku melirik spionku lagi. Aku melihat tidak ada orang disana. Hanya hantu iseng ternyata.
Aku segera mandi dan makan malam. Kalau kalian mau tahu, aku tinggal sendirian di rumah ini. Ayah dan ibuku sedang pergi ke luar kota. Katanya, mereka baru akan kembali sebulan lagi. Heh, sejujurnya, aku sudah terbiasa seperti ini. Aku tidak terlalu peduli, kapan mereka akan kembali.
Setelah semua selesai, aku segera ke kamar tidur. Jangan tanyakan aku akan melakukan apa. Tentu saja untuk tidur. Aku sempat melirik jam yang ada di ruang tengah. Jam 10 malam tepat. Hmm, lumayan larut juga, ya?
Aku merebahkan diriku di kasur dan menutup mata. Aku biarkan kesadaran mulai menghilang dariku. Saat semuanya sudah gelap dan sepi, imajinasiku mulai aktif. Nampaknya, aku sudah masuk ke dalam mimpi. Yah, setiap harinya, semua orang bermimpi saat tidur, kan?
Namun, aku merasa ada yang aneh di mimpi ini. Aku berada di sebuah lorong yang sangat panjang. Lorong itu cukup terang dengan lampu neon putih diatasnya. Lorong ini memiliki ribuan pintu dengan warna yang berbeda-beda. Perlahan, aku menyusuri lorong itu sambil melihat sekitar. Aku berharap ada satu pintu yang terbuka. Siapa tahu, aku bisa melihat sesuatu dibalik pintu ini.
Lalu, tanpa kusadari, aku sampai di ujung lorong. Aku melihat sebuah pintu berwarna hitam dan putih, yang bergabung dalam bentuk spiral. Aku mencoba membuka pintu itu. Sebuah cahaya terang yang menyilaukan menerpa mataku. Sontak, aku langsung terbangun dari tidur. Aku lalu melirik jam digital di dekat kasurku. Pukul setengah 7?! Sial, ini gawat. Aku akan terlambat!
Aku segera mandi dan berganti pakaian. Aku tidak sarapan kali ini. Aku pun menaiki motorku menuju sekolah. Untunglah, aku berhasil sampai 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Nafasku tersengal-sengal ketika aku sampai di kelasku. Wajar saja, kelasku berada di lantai 2 di bagian lorong terujung.
Awal yang buruk untuk mengawali hari, ya? Aku rasa.
XXX
Dewi POV
Jam 9 malam. Kami sudah berada di sekolah. Andre memimpin kami menuju gudang di belakang sekolah. Gudang ini adalah satu-satunya tempat yang tidak pernah di kunci oleh penjaga sekolah. Tidak ada yang tahu alasannya, walaupun pintu dan kuncinya masih cukup bagus untuk digunakan. Pintu itu tetap dibiarkan terbuka. Perlahan, kami memasuki gudang itu.
Gudang itu dipenuhi meja dan kursi yang sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Beberapa barang bekas dari perkemahan juga diletakkan disini. Seperti batang bambu, tongkat pramuka, tonggak, dan lainnya. Yang aneh disini adalah munculnya grafiti simbol aneh di salah satu dindingnya.
Sebenarnya, ada satu ritual khusus yang harus dilakukan agar cermin itu bisa ditemukan. Kami harus mengitari gudang ini 3 kali. Dan kebetulan, semua barang-barang itu ditumpuk ditengah gudang, sehingga membentuk jalur melingkar. Penerangan disini hanya senter yang masing-masing kami bawa.
Kami mengitari tempat itu dengan perlahan. Di putaran kedua, suasana terasa berubah. Aku merinding. Sepertinya "mereka" sudah menyadari keberadaan kami. Aku menatap sekitar, mencoba merasakan hawa mereka.
Ketika sampai di putaran ketiga, kami menyadari sesuatu. Tempat yang kami lewati sudah berubah. Ruangan ini menjadi lebih luas dari sebelumnya. Namun, suasananya tetap gelap dan sepi. Kurasa kami berada di tempat semacam Aula besar.
Kami pun berhenti melangkah dan menatap sekitar kami. Atap yang kami lihat bukanlah semen lagi, tapi rangka dari kayu yang ditutupi daun. Kami tetap melihat sekeliling kami. Dindingnya pun berubah menjadi kayu. Sepertinya kami sudah memasuki dunia mereka. Arman melihat sesuatu di kejauhan. Seperti sebuah benda tinggi yang di tutupi kain merah.
Andre segera berlari menghampirinya. Kami sempat tertinggal. Saat kami sampai, Andre bergegas menarik kain penutup benda itu. Terlihatlah sebuah cermin bundar yang nampak berdebu. Cermin itu cukup tua di lihat dari pinggirannya yang sudah usang.
Andre lalu mengelap cermin itu dengan tangannya. Kami tidak berani melihat ke dalam cermin itu. Kami takut ada sesuatu yang akan terjadi jika menatap cermin itu langsung. Setelah bersih, Andre lalu mengucapkan permintaannya dengan keras.
"Beri aku kekuatan yang tidak di miliki orang lain!"
Cermin itu tiba-tiba bersinar putih terang. Sontak, kami menutup mata. Hanya Andre yang tetap melihat ke dalam cermin itu. Dia seperti tidak terpengaruh dengan cahaya itu.
Lalu, saat membuka mata, kami tersadar. Kami tiba-tiba berada di tengah lapangan. Semuanya nampak baik-baik saja, kecuali satu orang. Andre menghilang! Kami segera mencarinya di sekitar sekolah. Dia tetap tidak di temukan. Kami mulai khawatir, jangan-jangan dia dibawa ke dunia lain. Dan dia tidak akan pernah kembali lagi.
Sebuah suara tiba-tiba menggema disekitar kami.
"Garda! Sambutlah Ketua kalian!"
Kami segera mencari sumber suara itu. Ternyata itu berasal dari atas atap pendopo. Seseorang telah berdiri disana. Itu Andre! Tapi, matanya nampak berbeda. Bola matanya berubah menjadi merah darah. Rambutnya pun menjadi putih seluruhnya. Andre lalu meloncat tinggi ke udara. Dia lalu turun dengan perlahan ke tanah. Tubuhnya seolah-olah seringan kapas di udara.
Dia lalu bercerita bahwa dia sempat diculik oleh mereka. Mereka adalah bayangan hitam yang tidak memiliki bentuk pasti. Dia sempat terdesak saat itu. Namun, sebuah aura aneh muncul dari tangan kanannya. Jika ada makhluk yang tersentuh tangannya, makhluk itu akan terluka parah.
Dia segera memanfaatkannya untuk mengalahkan makhluk-makhluk itu. Dan hasilnya, dia berhasil mendapatkan kekuatan itu, sekaligus juga mematahkan kutukan cermin itu. Ketika dia berhasil keluar, cermin itu pun pecah dan semuanya kembali normal.
Jam menunjukkan pukul 11 malam. Kami pun segera pulang ke rumah. Ternyata, kami berhasil melalui tantangan ini. Semoga saja, hari yang kami jalani berikutnya akan lebih baik lagi.
Keesokan harinya, aku baru sadar, bahwa perubahan Andre tadi malam adalah permanen. Dia tetap sama seperti tadi malam, rambut putih dan bola mata merah. Nampaknya, dia harus membiasakan diri dengan penampilan baru seperti itu. Tentu saja dia akan menjadi pusat perhatian, kan?
Keadaan akan mulai berubah sekarang.......
XXX