Read More >>"> Delapan Belas Derajat (12. Rahasia?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Delapan Belas Derajat
MENU 0
About Us  

Bahkan, cinta tumbuh dalam gulitanya malam.

……

“Sa, cerita dong,” ucap Azmariah memecah keheningan.

“Apa yang harus gue ceritakan?”

“Apapun.”

Mansa menghela napasnya lalu menatap Azmariah dalam. “Yang lo mau tahu apa?” tanyanya.

“Hm ….” Azmariah memasang pose berpikir seraya memejamkan matanya. Ia tidak sadar kalau Mansa ingin tertawa melihatnya. “Banyak!” serunya frustasi seraya membuka matanya.

“Yang paling dasar?”

“Penyakit lo,” ucap Azmariah spontan.

Mansa hanya mengerjapkan matanya beberapa kali. Kesepian di lingkungan sekolahnya membuat sura angin sangat terdengar.

Taman sekolah sangat sepi. Mereka berdua duduk di bangku taman. Mansa menghela napas lalu menjatuhkan kepalanya ke paha Azmariah.

Dia memegang tangan kanan Azmariah lalu mendekatkan tangan itu ke tempat jantungnya bersemayam.

“Kok ….” Azmariah membulatkan matanya tidak percaya.

“Gak berdetak, kan?” tanya Mansa lalu memejamkan matanya.

Azmariah menjauhkan tangannya lalu menepuk dahi Mansa dengan cukup kuat hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan.

“Apa, sih?” tanya Mansa sedikit berteriak.

“Nyamuk,” gumam Azmariah lalu memperlihatkan nyamuk yang sudah mati di tangan kanannya.

Mansa menghela napasnya dan berusaha bangun, tapi Azmariah menahan dahinya agar tidak terbangun. Mansa menggenggam tangan Azmariah dan bertanya, “Kenapa?”

“Begini aja, lima menit lagi,” ucapnya.

Mansa tersenyum tipis mendengarnya. “Gantian cerita,” ucapnya.

“Cerita tentang?”

“Yang mau lo ceritakan.”

Azmariah terkekeh. Ia tidak tahu harus memulai dari mana. Sedangkan Mansa menunggu cerita darinya.

“Dulu …,” gumam Azmariah seraya menepuk dahi Mansa berkali-kali dengan perlahan. “Gue kecelakaan. Lupa di mana, tapi itu jelas tabrakan truk sama mobil yang dibawa Papa,” lanjutnya lalu tersenyum.

“Waktu itu kita berempat. Mama, Papa, gue sama adek gue Rinjani.” Azmariah mendongak dan melihat langit yang berwarna jingga. Air matanya hampir turun karena mengingat kejadian yang menyakitkan itu.

“Lalu, yang bisa selamat cuma gue …,” lirihnya. “Itupun, tangan gue gak bisa diapa-apain lagi, Sa ….”

Air mata Azmariah berhasil lolos dan jatuh ke pipi Mansa. Pada akhirnya, Mansa bangun dari tidurnya dan memeluk Azmariah dengan lembut.

Walaupun ia sudah tahu hal itu, tapi tetap saja ia merasa bersalah saat melihat Azmariah menangis di hadapannya secara langsung.

“Gue gak suka ada yang bawa-bawa orangtua gue kalau gue salah,” ucap Azmariah disela tangisnya.

“Maaf …,” bisik Mansa.

“Gue gak tahu harus gimana, Sa,” lirih Azmariah.

Mansa semakin mengeratkan dekapannya saat itu juga. Ia merasakan sesak yang sama dengan Azmariah. Air mata yang tadi mengucur membuat seragam Mansa sedikit basah.

Perlahan suara tangis Azmariah tidak terlalu tersengar lagi. Mansa melepaskan dekapannya lalu menatap mata Azmariah dengan dalam.

Siapapun akan terhipnotis dengan tatapan Mansa sekarang ini.

Tubuhnya memang dingin, sikapnya memang menyebalkan, gayanya memang terlihat paling hebat. Tapi, tatapannya sekarang sangat hangat. Melebihi apapun.

Jika hati Azmariah bukan dari batu, ia pasti sudah jatuh hati sekarang juga.

“Gue punya sesuatu buat lo, Mar.”

Azmariah mengerjapkan matanya beberapa kali lalu tersenyum tipis. “Apa?”

Mansa menarik lalu menghela napasnya dengan hati-hati. Ia kembali menatap Azmariah dengan dalam. “Kita pulang dulu, gue antar,” ucapnya.

Azmariah menyiritkan dahinya lalu mengangguk dengan ragu.

Mereka berjalan ke parkiran dengan sunyi. Azmariah memiliki satu pertanyaan lagi, namun ia ragu untuk menanyakannya.

“Sa, boleh nanya?”

“APa?”

“Suhu badan lo … normalnya berapa?” tanya Azmariah hati-hati.

“Delapan belas derajat.”

Azmariah mengangguk lalu terkekeh.

“Kenapa?” tanya Mansa.

Azmariah menggeleng pelan lalu tersenyum. “Sama kayak suhu ruangan kelas, ya? Delapan belas derajat,” ucapnya.

“Kalau lo kangen gue, lo ingat aja suhu kelas. Pasti keingat,” ucap Mansa.

“Kok gitu? Seharusnya jangan diingat, dong?”

Mansa menoleh ke Azmariah yang ada di belakangnya. “Kenapa?”

“Iya, kalau diingat nanti nambah kangen, gak bisa ketemu akhirnya tersiksa sendiri, kan?” balas Azmariah lalu berjalan mendahului Mansa.

“Ngaruh, ya?” gumam Mansa lalu mendekati Azmariah.

Ia menyalakan mesin motornya dan menyuruh Azmariah naik.

Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya mengobrol seperti biasa. Kadang, Mansa terlihat konyol jika dihadapan teman-temannya.

Namun, di depan Azmariah jarang sekali dia seperti itu. Dia hanya merasa senang jika Azmariah senang.

Sesampai di depan rumah Azmariah, ia melepas helm dan menunggu Azmariah masuk ke dalam rumahnya.

“Dari dulu gue bingung,” gumam Azmariah. “Kok, lo tahu rumah gue? Waktu pertama kali lo antar, gue gak ada kasih arah jalan, kan?” tanya Azmariah.

“Oh, itu. Rahasia.” Mansa memangku wajahnya dengan tangan kanannya lalu terkekeh.

Azmariah memicingkan matanya lalu mundur beberapa langkah seraya tersenyum kea rah Mansa. “Gue masuk, ya?”

Mansa mengangguk.

“Sampai besok,” lanjut Azmariah lalu melambaikan tangan.

Mansa memakai helm miliknya kembali. Dan pergi meninggalkan Azmariah yang masuk ke rumahnya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kairadish

    @yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
    Aku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
    Oke kak,^^

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • yurriansan

    nama tokohmu unik2, Mansa Garem, wkkwkwk. masih nunggu lanjutannya.
    kamu juga boleh kasih kritik da saran ke tulisanku kalau mau

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • kairadish

    @rara_el_hasan makasih banyak kak, sudah mampir^^

    Comment on chapter Prologue
  • rara_el_hasan

    diksinya asyik .... baru baca dua part langsung nagih

    Comment on chapter Prologue
Similar Tags
Trainmate
2429      1026     2     
Romance
Di dalam sebuah kereta yang sedang melaju kencang, seorang gadis duduk termangu memandangi pemandangan di luar sana. Takut, gelisah, bahagia, bebas, semua perasaan yang membuncah dari dalam dirinya saling bercampur menjadi satu, mendorong seorang Zoella Adisty untuk menemukan tempat hidupnya yang baru, dimana ia tidak akan merasakan lagi apa itu perasaan sedih dan ditinggalkan. Di dalam kereta in...
Secret Elegi
4014      1146     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Attention Whore
207      172     0     
Romance
Kelas dua belas SMA, Arumi Kinanti duduk sebangku dengan Dirgan Askara. Arumi selalu menyulitkan Dirgan ketika sedang ada latihan, ulangan, PR, bahkan ujian. Wajar Arumi tidak mengerti pelajaran, nyatanya memperhatikan wajah tampan di sampingnya jauh lebih menyenangkan.
Guguran Daun di atas Pusara
457      312     1     
Short Story
DarkLove 2
1197      542     5     
Romance
DarkLove 2 adalah lanjutan dari kisah cinta yang belum usai antara Clara Pamela, Rain Wijaya, dan Jaenn Wijaya. Kisah cinta yang semakin rumit, membuat para pembaca DarkLove 1 tidak sabar untuk menunggu kedatangan Novel DarkLove 2. Jika dalam DarkLove 1 Clara menjadi milik Rain, apakah pada DarkLove 2 akan tetap sama? atau akan berubah? Simak kelanjutannya disini!!!
Why Him?
573      307     2     
Short Story
Is he the answer?
KAMU MILIKKU
995      595     8     
Short Story
Apa yang tidak diucapkan, tidak berarti tidak berada dalam hati.
Dia yang Terlewatkan
359      239     1     
Short Story
Ini tentang dia dan rasanya yang terlewat begitu saja. Tentang masa lalunya. Dan, dia adalah Haura.
KESEMPATAN PERTAMA
502      351     4     
Short Story
Dan, hari ini berakhir dengan air mata. Namun, semua belum terlambat. Masih ada hari esok...
Angel in Hell
502      377     0     
Short Story
Dia memutar-mutar pena di genggaman tangan kanannya. Hampir enam puluh detik berlalu dan kolom satu itu masih saja kosong. Kegiatan apa yang paling Anda senang lakukan? Keningnya berkerut, menandakan otaknya sedang berpikir keras. Sesaat kemudian, ia tersenyum lebar seperti sudah mendapatkan jawaban. Dengan cepat, ia menggoreskan tinta ke atas kertas; tepat di kolom kosong itu. Mengha...