Awalnya, Hadi ingin menanyakan pada Katarina mengenai kebenaran isi gosip yang beredar, yang mengatakan bahwa Billy dan Katarina telah melakukan hubungan tidak senonoh baik di sekolah maupun di tempat lain. Gosip itu juga menyebarkan informasi bahwa Katarina adalah gadis murahan yang bisa dimanfaatkan.
Beberapa siswi mungkin hanya akan menganggap enteng jika ada gosip serupa yang menerpa mereka, namun Hadi tidak menyangka bahwa gosip itu berpengaruh besar pada gadis di depannya. Melihat reaksi Katarina yang shock membuat Hadi mengurungkan niatnya.
Begitu gosip itu sampai di telinga Sylvia pertama kali, Hadi dan teman-temannya langsung bertukar informasi. Mereka tidak percaya pada apapun yang dikatakan gosip itu mengenai Katarina.
Setelahnya, Hadi memperhatikan Katarina dari jauh. Terpikir oleh Hadi untuk menghampiri Katarina dan mendampinginya melalui semua cemooh, namun ia khawatir akan ada gosip baru yang berkembang dan malah menghancurkan pribadi gadis itu. Ia tidak bisa mendekatinya karena Katarina seperti mengurung diri di kelasnya. Jadi ia memutuskan untuk menunggu, menunggu Katarina mencarinya.
Kemudian rasa kecewa melandanya ketika Katarina tidak mencarinya dan memilih menyembunyikan diri dari siapapun.
"Dah, jangan dipikirin, Kat. Kita semua gak percaya koq sama gosip itu. Biarin aja, nanti tuh gosip juga ilang sendiri." Hibur Hadi.
Tangan Katarina terasa mungil di bawah tangannya. Ingin rasanya Hadi memeluk gadis itu dan menyembunyikannya di dada untuk memberikan rasa aman. Namun sepertinya ada yang salah jika dia melakukannya sekarang - ketika Katarina sedang patah hati - seakan-akan ia mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Gampang bagi lo ngomong begitu, Di. Gue cewek, dimana martabat gue kalau menurut lo aja gosipnya separah itu?" Suara Katarina terdengar lemah, seakan-akan ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Pengangannya di lengan baju Hadi terlepas.
Hadi menatapnya dengan rasa kasihan. Ketika mata gadis itu mulai berkaca-kaca, ia tiba-tiba dilanda kepanikan. Seumur hidupnya, belum pernah ia berhadapan dengan air mata seorang perempuan. Tangan Hadi mengelus bahu Katarina sekilas, kemudian ia menyembunyikan tangannya dalam kantung celana.
"Jangan nangis, Kat. Paling gak jangan nangis di sini. Lo cuma bikin Billy senang dan orang lain akan berpikir gosip itu benar. Nanti pulang sekolah, kalau lo mau pergi kemana pun, gue temenin."
Kepala indah itu mengangguk berkali-kali, Hadi melihatnya susah payah berjuang menahan air matanya yang mengancam keluar.
"Tenang aja, Kat. Lo anak baik-baik dan gak punya bad record. Jujur kata - amit-amit - seandainya gosip itu bener pun, gak akan ada yang percaya. Percaya deh sama gue." Hadi meyakinkan gadis di depannya, sambil menepuk-nepuk puncak kepala Katarina dengan sayang.
Ia dapat merasakan kesedihan Katarina, dipaksakan bibirnya tersenyum untuk mengusir kesedihan gadis itu sementara hatinya sendiri terasa remuk.
Esoknya, Hadi mengajak sahabat mereka - Cyanne, Hendra, Sylvia - menghampiri kelas Katarina dan mengajaknya menghabiskan waktu istirahat bersama di koridor. Dengan canggung, mereka seakan memulai pertemanan lagi dari awal - atau mungkin itu hanya perasaan Hadi saja - karena adanya gosip itu.
Tak seorangpun dari mereka membuka mulutnya untuk menanyakan kebenaran gosip itu dari Katarina. Mereka memberikan waktu pada Katarina untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Hadi ingin agar semua orang dapat melihat bahwa gosip itu tidak benar. Dilain pihak, ia ingin Katarina tau, apapun yang terjadi, Katarina tidak sendirian menghadapinya.
Walaupun kejadian ini adalah pukulan yang berat untuk mental dan psikis Katarina dan kemungkinan besar trauma ini tidak bisa disembuhkan, Hadi berdoa, gosip cepatlah berlalu.