Warning! Bagi yang tidak suka adegan penyiksaan sebaiknya diloncati saja chap ini dan beralih ke chap selanjutnya. Thanks.
.
.
“AAAAA AMPUNNN!” Sebuah teriakan Kesakitan keras memenuhi ruangan.
“ Sekarang... Bukankah kau suka mempermainkan Orangku? Bagaimana jika hal itu berbalik kepadamu? Bukankah ini menyenangkan? Pasti kau tidak menduga karma akan datang secepat ini, bukan?”
Seseorang yang tengah memegang pedang berkilauan dan memiliki semacam petir dibilahnya mengatakan itu dengan dingin.
“Tuann.. Tuan.. Mohon ampuni saaaya... Saya akan mengatakan apapun.. Tolong ampuni saya, atau bila tidak tolong bunuh saya..” Dengan aura putus asa dia mengatakan hal itu.
“ Hahaha kau pikir aku akan melepaskanmu semudah itu? Bagaimana? Bagaimana rasanya memiliki luka separah ini, Tapi itu berbanding lurus dengan regenerasi mu? Ngomong-ngomong, aku tidak membutuhkanmu membuka mulutmu. Masih ada banyak mulut disana, jadi kita tidak perlu segera membiarkan ini berakhir bukan?” Dengan dingin orang itu membicarakan hal itu seolah itu adalah hal yang biasa.
“ Orxsia, bermainlah dengannya lagi. Nanti, kita biarkan dia beristirahat dan pulih.. lalu kita lakukan lagi dan lagi...”
“Baik Tuan.”
“Tidak...Aku mohon jangan lagi...Aaaaaa”
Orang itu berteriak ketika Orxsia dengan kejam memotong tangannya.
“Baiklah... Baiklah... Sekarang giliranmu! Tapi tenang saja, kali ini karna aku sudah mengantuk aku akan memberikan sedikit kebaikan hati kepada kalian. Katakan dengan jujur apa yang ingin kudengar dan akan ku akhiri sesi permainan hari ini. Oh ya.. seperti yang aku katakan sebelumnya, aku memiliki kemampuan mengetahui kebohongan loh... Jadi jika kalian ingin mengujinya... Yah.. aku anggap kalian menang dan aku perbolehkan bermain dengan Orxsia lebih lama... Sekarang kau!”
Glen menunjuk seseorang yang sepertinya adalah ketua dari mereka semua.
“Hiiii” menangapi tunjukan Glen, orang itu berteriak ketakutan.
Wajar saja dia ketakutan. Proses interogasi yang dilakukan tidaklah sebuah interogasi normal. Biasanya interogasi dilakukan dengan cara menanyai dahulu baru menyiksa bila tidak mau berbicara, tapi ini adalah sebaliknya. Tanpa menanyakan apa-apa, dia langsung menyiksa mereka. Bahkan tanpa ragu dia memberikan luka yang serius kepada mereka. Dia tidak khawatir jika mereka akan terbunuh atau apapun karna setelah dia menyiksanya, dia kemudian menyembuhkan mereka sebelum mereka benar-benar terbunuh. Menyembuhkan? Ya, dia menyembuhkan mereka untuk hanya sekedar menyiksa mereka lagi. Dengan kemampuannya memanjatkan mantra penyembuhan yang sangat hebat kepada mereka, dia membuat luka mereka segera beregenerasi setelah 5 menit mantra diberikan.
Melihat bahwa dia ditunjuk untuk berbicara selanjutnya, membuat ketua penjahat yang menyerang desa hanya bisa berkeringat dingin dan gemetar ketakutan. Dia tahu, apabila dia tidak berbicara dan menyenangkan orang itu, dia adalah orang yang selanjutnya disiksa. Dia tidak ingin menjadi seperti anak buahnya itu.
“Baiklah, siapa namamu, dan apa jabatanmu?”
“Na... Nam...”
“Huh apa? Yang jelas! ini suatu peringatan untukmu!” Sembari mengatakan itu, Glen memegang tangan orang itu yang terikat ditiang didepannya dan menaruh ujung pedangnya dikuku orang itu, kemudian dia menusukannya.
“Aaaaa ampun... Ba..baiklah” Dia berteriak sembari meronta-ronta.
“Jadi?”
Melepaskan pedangnya dari jari orang itu, Glen membiarkan berbicara.
Terlihat darah mengalir dari luka kuku yang terkelupas dan lubang tertutupi darah segar akibat ujung pedang Glen.
“Hah... hah, Nama saya adalah regh, saya adalah ketua dari mereka semua.”
Dengan nafas terengah-engah dan menahan rasa sakit, orang bernama regh berusaha mengatakan dengan sejelas mungkin, dia takut hal seperti tadi akan terulang lagi.
“Bagus! Jadi kenapa kau menyerang desa ini?”
“Saya hanya diberi perintah.”
Regh dengan ragu mengatakan itu. Dia tidak ingin mengatakan itu, tapi dia juga berfikir kalau dia tidak bisa berbohong dihadapan orang ini, apabila dia terdeteksi oleh kemampuan mengetahui kebenaran orang ini, pastilah dia akan mendapatkan siksaan yang jauh lebih kejam, karna dia mempunyai informasi yang lebih berharga.
“Siapa yang memerintahkannya?”
“...”
“Hoho... Sepertinya kau ingin ikutan bermain-main ya? Baiklah...”
“Tidak...Tidak Tuan... Maafkan saya... Saya tidak ingin bermain... Baiklah saya akan memberitahukannya...”
Regh yang mengetahui maksut sebenarnya dari bermain itu dengan keringat dingin dan ketakutan berusaha meminta maaf.
“Baiklah... Karna kau sudah sadar diri... Lanjutkan!”
“Terima kasih Tuan... Sebenarnya saya adalah unit rahasia dari kerajaan timur. Saya diutus untuk membuat desa ini hancur dan membuat seolah-olah Elflah pelakunya. Para peramal dari kerajaan kami mengatakan untuk lebih baik menghancurkan para Elf itu, karna mereka diprediksi akan mengambil bagian dalam kekacauan 2 tahun mendatang, entah itu sebagai musuh ataupun kawan. Sehingga Perdana Menteri kami memerintahkan untuk mengadu domba Kerajaan ini dengan para Elf.” Untuk memastikan keselamatannya, Regh memutuskan untuk berbicara dengan jujur. Dia masih ingin bertemu dengan anak dan istrinya, dan tidak mau untuk terus disiksa lagi ataupun mati disini.
“Cuma itu? ”
“Benar Tuan. Hanya itu.”
“Kau berniat membodohiku? Jika kau memang diperintahkan untuk tugas sepenting itu, kenapa jumlah kalian hanya segelintir seperti ini? Lalu bukankah kalian itu termasuk lemah untuk sebuah tugas yang langsung diberikan oleh pejabat penting itu? Mudah sekali kau mengatakan informasi sepenting itu, kau berniat menipuku?" Glen membentak orang yang ada didepannya itu.
Setelah itu Glen bersiap untuk mengiris jari kanan orang itu sebagai hukuman.
“Tuan ampuni saya. Saya tidak membohongi Anda. Saya mohon dengarkan saya dahulu!" Dengan memelas dan mengiba Regh berusaha memohon atas jarinya yang hendak dipotong.
Mendengar orang didepannya mengiba, Glen menghentikan pedangnya yang telah sedikit mengores jari orang itu dan mengatakan,
“Katakan! Jika aku mencium satu saja kebohongan, bukan hanya tangan kananmu, tapi bersiap lah untuk kemungkinan terburuk yang bisa kau bayangkan!"
“Sa-saya mengerti! Kami memang bukanlah golongan elit, kami hanyalah segerombolan prajurit yang baru memiliki prestasi pada medan perang kemarin. Karna ini bukanlah misi resmi dan termasuk penyusupan maka perdana Mentri hanya mengirimkan kami dengan jumlah 50 orang. Karena saya berfikir akan terlalu beresiko untuk membawa langsung 50 orang maka saya memutuskan hanya membawa 22 orang terkuat dipasukan kami, sisanya masih ada dikemah perbatasan. Saya mengatakan kebenarannya, saya mohon untuk Anda percaya akan kata-kata saya."
“Hm, baiklah. Meskipun banyak keanehan dan lubang dikata-katamu, tapi sepertinya kemampuanku tidak bereaksi terhadapmu, berarti kau berbicara jujur. Baiklah. Orxsia! Kau sudah selesai? Cepat berikan tetesan ramuan itu kepada mereka! Ayo kita segera kembali!”
“Baik Tuan.”
Orxsia kemudian mengeluarkan botol berisi cairan ungu dan meneteskan cairan didalam botol itu kepada mereka satu persatu.
Setelah dia selesai, akhirnya mereka berdua meninggalkan para penjahat itu tetap di ruangan itu.
.
.
.
#Setelah kepergian Glen dan Orxsia.
“Terima kasih pemimpin. Saya sudah putus asa setelah 2 hari ini disiksa oleh mereka berdua.” Salah seorang orang yang terikat memecah keheningan dan mengaburkan Suara rintihan kesakitan yang masih ada disitu.
“Kalian tahu kan, jika kita sedang beruntung. Sudah 2 hari ini dia menyiksa tanpa berinisiatif menanyai kita, tapi akhirnya dia menanyainya kita juga. Apakah kalian keberatan atas pengakuan jujurku? Kalian tahu bukan. Kita tidak bisa berbohong di depannya dan jika aku tidak mengatakan kebenarannya, dia akan terus-menerus bermain dengan kita. Siapa yang tahu apa yang akan dipotongnya lagi.”
“Kami mengerti komandan. kami telah disiksa penuh 2 hari ini, jadi kami bersyukur dia akhirnya mau bertanya juga. Jika tidak lihat lah Zedvi itu, dia bahkan sudah sekarat seperti itu sekarang, tapi dia akan disiksa lagi besok pagi. Jika dia tidak bertanya, mungkin kita akan bernasib sama sepertinya untuk waktu yang tidak diketahui. Tapi, sekarang mungkin kita beruntung, akhirnya dia mau bertanya juga.” Salah seorang dari mereka berkata begitu sembari melihat teman mereka yang kini masih terbaring terikat dilantai. Tubuh pria itu penuh lebam, darah memenuhi tubuhnya terutama dibagian tangannya yang dipotong dengan kejam, matanya memutih menandakan dia telah pingsan.
Dia sudah beberapa kali mengalami hal ini, tapi karena mantra penyembuh itu juga berpengaruh ke jiwa, maka mantra itu mencegah orang bernama Zedvi itu kehilangan kewarasannya.
“Ya Dewa. Selamatkan kami! Kami masih ingin hidup. Atau jika tidak akhiri penderitaan kami ini.” Mereka semua berdoa kepada Dewa yang mereka sembah berharap mendapatkan pertolongan, walau mereka tahu jika hal itu sangatlah kecil kemungkinannya.
.
.
.
“Hueeek... Hueekk..”
Setelah menyuruh Orxsia untuk pulang duluan dan membersihkan diri, aku kemudian berhenti dan mencari tempat untuk memuntahkan isi perutku.
Sudah beberapa hari ini aku mencoba melakukan interogasi kepada para penjahat itu. Selama beberapa hari ini aku juga telah memuntahkan isi perutku.
Apa-apaan itu? Apakah Proses interogasi yang kulakukan sudah benar? Apakah itu malah terlihat seperti seorang psikopat?
Aku yang belum pernah melakukan interogasi, mencoba melakukan hal serupa. Tapi aku tidak menyangka akan semengerikan ini.
Sepertinya saat aku melihat difilm bagian siksaan itu terlihat sangat efektif untuk mengorek informasi dari orang yang diinterogasi, jadi aku mencoba mempraktekkan nya. Tapi yah, kurasa Film dan kenyataan tidaklah sama. Tidak ku sangka akan semengerikan ini. Lagipula bukankah bau tempat itu terlalu busuk selama 2 hari ini? Bau kotoran, kencing, darah, muntahan menjadi satu. Aku benar-benar tidak tahan dengan bau mereka. Untung saja aku berhasil mengorek informasi yang berharga sebelum aku pergi. Jadi aku tidak perlu mengintrogasi mereka lagi.
Akan pergi? Ya. Kami, lebih tepatnya aku bersama para Elf akan kembali ke Desa Elf untuk memberitahu mereka jika para Orc akan segera melakukan serangan besar-besaran.
Lalu kenapa aku ikut pergi bersama para Elf itu? Aku berencana mempelajari sihir para Elf, karna Luxia bilang jika mereka mempunyai perpustakaan yang memiliki informasi tentang sihir, jadi aku berencana ikut sekalian melakukan pengawalan kepada para Elf ini.
Kami akan pergi besok siang. Hal itu sudah aku beritahukan kepada kepala desa dan aku juga sudah memberikan perintah kepada Orxsia untuk tetap berada dan menjaga desa ini sebagai hukuman atas kesalahannya. Sebenarnya itu hanya alasan pertama, alasan lainnya adalah karna Bangsa Elf dan Orc itu tidaklah akur jadi bisa gawat jika tiba-tiba Orxsia muncul ditengah-tengah Elf bukan? Yah alasan selanjutnya adalah aku menyuruhnya untuk terus belajar dan mengasah kemampuan bertarungnya sembari melatih para pemuda didesa ini untuk lebih terampil dalam bela diri. Sepertinya Orxsia mengerti akan perintahku dan mengatakan akan mematuhinya.
Tapi kalau aku ingat lagi, bukankah orang yang kita yaitu tadi mengatakan pasukannya berkemah diperbatasan? Dimana letak perbatasan yang dia maksud itu? Saat ini, aku tidak ingin kembali ke tempat mereka itu. Sebaiknya aku tanyai besok saja sebelum berangkat.
Kembali memasalahkan sekarang... Sepertinya aku telah mengeluarkan semua isi perutku deh. Sebaiknya nanti ketika tiba, aku langsung mandi dan tidur.
.
.
#Pagi hari
“ Tuan Glen... Ada yang ingin saya sampaikan!” Dengan terburu-buru Orxsia memasuki ruangan kamarku.
“Apa? Aku perginya nanti siang, sekarang aku masih ngantuk.” Aku melirik Orxsia sebentar kemudian menutupi diriku dengan selimut.
“Maaf Tuan. Tapi ini adalah sesuatu yang gawat... Ketika tadi saya sedang mencari kayu saya melihat ada segerombolan orang menggunakan baju zirah lengkap serta berkuda sedang menuju kearah sini. Jadi saya mengambil jalan pintas untuk melaporkan hal ini.”
“Hah? Pasukan berkuda? Cepat bersiaplah memakai armor lengkap... Ingat yang kukatakan bukan?”
”Ingat Tuan.. Cari tahu mereka adalah musuh bukan, sembari mencari cara mengalahkan mereka. Usahakan jangan mengambil langkah gegabah.”
“Bagus. Kali ini kau berperan sebagai pancingan. Berdirilah didepan gerbang desa dan cari tahu apakah mereka adalah musuh atau bukan. Aku akan mencari cara mengalahkan orang yang paling merepotkan kan jika mereka memang benar adalah musuh kita.” sembari berusaha mengenakan chain mail aku mengatakan hal demikian.
“Jangan lupa beritahu kepala desa untuk evakuasi dan mengirimkan orang yang siap bertarung. Segera pergi!” Aku segera memerintahkan hal itu Kepada Orxsia.
“Baiklah Tuan.” Dengan berlari Orxsia segera keluar dari kamarku.
“Tetap disini Luxi, aku akan menyambut mereka.” Aku memberitahu keberangkatan ku kepada Luxia yang sibuk mengemasi pakaiannya.
“Berhati-hatilah!”
Gimana dengan chap terbaru ini(31)? Terlalu menyeramkan? Terlalu intens atau malah kurang intens😅? Untuk scene pertempuran memang saya buat se-nyata mungkin sehingga banyak unsur pembunuhan. Kan ngk lucu kalo pertempuran cuma babak belur dan pingsan😅 . Jangan lupa kasih 👍 dan komennya ya😉. Terima kasih🙏
Comment on chapter Amukan Orxsia