karena hari mulai gelap, kami akhirnya menyudahi acara berburu kami. Kami mendapatkan tangkapan lumayan banyak. Ada 20 ikan berukuran besar dan 10 ikan berukuran sedang serta 15 ikan kecil.
Tapi, hei? bukankah ini kebanyakan?
Apa mereka berdua terlalu semangat untuk berburu, hingga mendapatkan ikan sebanyak ini?
Dengan jumlah segitu banyak, itu akan merepotkan ku dalam memasak! Lagipula disini tidak ada lemari es, jadi ikannya tidak dapat dibiarkan sampai esok hari kecuali dikeringkan.
Apakah mereka tidak memikirkan semua itu?
" Bagaimana Glen? Aku hebat kan? Aku berhasil mendapatkan banyak ikan tadi. Karena membayangkan ikan itu adalah dirimu." Dengan tersenyum tanpa dosa dia mengatakan hal itu.
"Huff... Ya...Ya. Kalian berdua hebat." Aku menghela nafas, kemudian secara spontan serta dengan tidak semangat aku mengucapkan pujian kepada mereka.
Eh tunggu dulu! Apa maksutmu dengan menganggap ikan itu adalah aku? Apakah yang dia maksud? sebaiknya kupastikan..
"Tunggu... Tunggu dulu. Kau tidak akan menusukku seperti apa yang kau lakukan pada ikan ini kan Luxi?"
"Siapa yang tahu. Baiklah ayo kita kembali!" Dengan muka yang menakutkan, Luxia mengatakan itu kemudian berjalan duluan.
"Hei! Apa maksutmu??"
Tanpa memperdulikanku dia terus berjalan kembali ke tempat kami numpang menginap.
.
.
.
Kini tiba waktunya makan malam. Karena jumlah bahan makanan yang akan ku buat terlalu banyak, jadi aku meminta anak kepala Desa untuk membantuku. Padahal aku ingin menghidangkannya sendiri sebagai bentuk terima kasih atas kebaikan kepala Desa, tapi malah jadi seperti ini.
Karena jumlah makanan yang kami masak terlalu banyak maka kepala Desa memutuskan untuk membuat perjamuan makan di jalan depan rumahnya.
Karna dibuat terburu-buru jadi cuma ada meja kursi yang disusun memanjang dan diterangi cahaya obor. Ada sekitar 47 kursi yang disusun disepanjang susunan meja.
Kursi itu nantinya akan ditempati oleh para penduduk desa yang ikut makan bersama kami. Karena desa ini termasuk desa kecil dan terletak di perbatasan paling ujung dari kerajaan, jadi desa ini hanya memiliki penduduk sebanyak 42 orang.
Semua ikan hasil buruan tadi sore aku masak dengan bumbu yang ada didapur rumah kepala Desa. Aku juga menambahkan tanaman obat sebagai bumbu dari masakanku. Seperti yang telah aku katakan, tanaman obat itu berasa seperti rempah-rempah, jadi aku jadikan saja bumbu untuk sebagian menu yang kusajikan.
Kepala Desa juga menyumbangkan gandum dan berbagai makanan lain miliknya untuk ku olah bersama anaknya.
Aku merasa entah bagaimana kecepatan memasaku meningkat menjadi 2x lebih cepat.
Apakah ini efek skill memasakku?
Setelah kami selesai memasak makanan, benar saja, pemberitahuan kenaikan skillku muncul.
[ Pemberitahuan: Skill Learn : Skill cook Naik ke lvl 3.Efek: kecepatan memasak meningkat.Rasa meningkat. ]
.
.
Ting...Ting...Ting...
Kepala Desa mengetuk gelas dari besi didepannya, seketika suasana menjadi hening.
" Perhatian semuanya!! Orang yang telah menyiapkan ini semua ingin berbicara kepada kalian. Silahkan Tuan Glen."
" Terima kasih Pak Fenrid. Terima kasih untuk kalian semua telah mengizinkan kami untuk tinggal untuk sementara di Desa ini. Sebagai rasa terima kasihku, silahkan makanan makanan yang telah aku masak bersama Nona Alice ini. Ini makanan aku buat sedikit menyerupai masakan ditempat asalku, kuharap masakanku akan terasa enak dilidah kalian. Sekian. Sekali lagi terima kasih semuannya." Mengakhiri ucapanku aku kemudian kembali duduk.
Mereka mulai mencicipi masakanku.
Raut muka kaget meliputi hampir dari semua yang mencicipi makananku.
" Enak... Makanan apa ini? Aku belum pernah makan makanan seenak ini, "
"Rasanya seperti daging ini dimasak dengan berbagai bumbu dan disatukan menjadi satu..terasa empuk dan enak.."
"Bahkan rasa kuah dari sup daging ini terasa amat gurih dan entah bagaimana tubuhku terasa amat bertenaga karena memakan makanan enak ini."
Sepertinya mereka menyukai makananku... Yah syukurlah.. Tidak sia-sia aku menyuruh Orxsia dan Luxia mencari lagi tanaman obat dihutan.
"Tuan Glen. Masakanmu sangat mengagumkan."
"Dia benar Tuan. Saya belum pernah makan makanan seenak ini seumur hidup saya. Mohon Tuan Glen mengajari anak saya cara membuat makanan enak seperti ini." Kepala desa ikut berbicara dan memintaku mengajari anaknya resepku.
" Kalian terlalu berlebihan, tapi terima kasih pujiannya. Baiklah kepala Desa, nanti akan saya ajari putri Anda cara memasaknya."
" Terima kasih Terima kasih... Oh ya. Bukankah ini adalah waktu yang tepat untuk mengumumkan kabar baik Anda, Tuan? Kalau tidak keberatan biar saya saja yang menyampaikan. " Kepala Desa mengatakan itu sembari berdiri. Kelihatannya dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting.
Kabar baik? Apa maksut dia?
Aku bertanya-tanya apa maksut kepala desa itu sembari terus menatapnya dengan raut wajah binggung.
Ting...Ting... Ting...
Kepala Desa mengetuk gelas logamnya lagi, yang menandakan dia meminta perhatian dari semua yang berada disini. Mereka pun terdiam dan berfokus melihat Kepala Desa.
" Perhatian semua!! Aku akan menyampaikan suatu hal penting kepada kalian semua! Kalian tahu tujuan acara ini adalah sebagai permintaan terima kasih Tuan Glen, bukan? Tapi aku akan memberitahukan suatu hal yang juga penting diacara kali ini. Sebenarnya Tuan Glen telah merasakan suatu hal yang mengembirakan dan memilih untuk membagikannya melalui makanan ini. Bukankah kalian telah merasakan kegembiraan melalui makanan ini ?" Dengan lantang dan semangat Pak Fenrid mengucapkan kalimat itu.
Mereka pun membalas dengan anggukan setuju.
"Ah Maaf Pak Fenrid. Apa maksut Anda dengan kebahagiaan saya? Saya sepertinya kurang memahami."
Aku benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksut kepala Desa saat ini.
Kebahagiaan? Kapan aku bahagia? Apa karena pujian-pujian mereka, yang dimaksut kebahagiaan itu?
"Haha Tidak usah malu Tuan. Sebenarnya saya sudah tahu kalau Tuan memang lelaki sejati. Bukankah Nona Luxiria telah mengandung anak Tuan? Saya pikir kalian berdua adalah pasangan serasi. Semua Mari bersulang untuk kabar yang membahagiakan ini!" Pak Fenrid mengatakan itu sembari mengangkat gelasnya ke udara.
Huh AAPPAAA? Kenapa Kepala Desa bisa tahu hal itu?
Ternyata bukan hanya aku yang terkejut, hampir setiap orang yang hadir disini juga menampakan raut wajah yang sama.
" Wah-wah Selamat Tuan. Semoga Dewa memberkahi kandungan Nona Luxiria. Bersulang!" salah satu warga mengucapkan selamat kepadaku sembari mengangkat gelasnya.
" Semoga anak Anda akan lahir dengan kecantikan ibunya dan aura suci ayahnya. Mari bersulang!" Salah satu warga lainnya juga mengucapkan ucapan selamat kepadaku sembari mengangkat gelasnya.
Mengikuti mereka berdua, satu-persatu penduduk mengucapkan harapan dan ucapan selamat kepadaku dan Luxia.
*Crakkk*
Tiba-tiba aku mendengar suara sesuatu yang patah. Firasat ku mengatakan untuk tidak menengok atau mencari asal suara itu, tetapi rasa penasaran mengalahkanku. Perlahan aku melihat kearah datangnya suara itu, yaitu arah kananku.
ANjiiir... Beneran mampus aku kali ini!!
Dikananku, terlihat Luxia mematahkan sendok kayunya. sembari menunduk dia berkomat-kamit mengucapkan " Mati Matilah.." berulang kali.
Anjir bener... Sepertinya dia hendak membunuhku!!
"Hei Luxia!" Dengan pelan aku berusaha memanggil dia.
" APA!! Kau bajingan Glen, sekarang lihat perbuatanmu!!" sebagai balasan, dia malah membentakku.
" Ma-maafkan aku... Aku benar-benar menyesal. Aku tidak menyangka candaanku akan jadi seserius ini. Tapi, kumohon Luxia, tenanglah!… Jangan hancurkan suasana gembira ini hanya karena masalah kita! Aku mohon." Aku berbicara lirih kepada Luxia karena tidak ingin menghancurkan suasana yang telah terasa gembira ini.
" Enak sekali kau mengucapkan hal itu! Disini akulah korbannya!!"
"Tolonglah Luxia!! " Dengan muka memelas aku memohon kepada Luxia.
" Aku tahu!! Tapi apa yang harus kulakukan sekarang? Mereka pikir sekarang aku mengandung anakmu!!"
Sepertinya muka memelasku berhasil! sepertinya dia mulai luluh..
"Berhenti memasang muka menjijikan seperti itu!" Luxia memasang muka yang seolah tengah melihat sesuatu yang menjijikan.
Asem, kukira dia luluh karena muka memelasku.Tapi, perkataan barusan benar-benar menusuk hatiku.
"Anu..Luxi? Bisakah kau hentikan wajah yang seolah memandang sampah itu? kau benar-benar melukai hatiku tau!" sepertinya dia hendak menjawab ku, tapi aku memutuskan melanjutkan perkataanku walaupun hatiku tengah sedih sekarang.
" Untuk sekarang lebih baik kau berpura-puralah seperti itu.. Nanti kalau ada kesempatan akan ku ceritakan yang sebenarnya kepada mereka. Tapi, tidak sekarang mengerti?"
" Dan kapan itu akan kau lakukan?"
" Kalau bisa, secepatnya."
" Huff.. Ya mau gimana lagi.. sudah terjadi, tapi pastikan kau memberitahu mereka hal yang sebenarnya, mengerti?
" Baiklah-baiklah."
Mengakhiri sesi diskusi kami, Aku dan Luxia kembali melanjutkan makan kami. sementara warga lain sudah mulai mengobrol dan bercanda.
Suasana makan diliputi kegembiraan (kecuali untukku dan Luxia) sampai akhirnya berakhir hampir tengah malam.
.
.
.
Tidak berasa kami sudah seminggu tinggal di desa ini. Kamipun sudah mulai akrab dengan orang-orang disini.
Dari yang kudengar dari Pak Fenrid, kami sekarang berada didesa Gard. Desa ini terletak paling ujung dari kerajaan Anderlam.
Anderlam sendiri adalah sebuah kerajaan berukuran sedang yang berbatasan langsung dengan wilayah netral dikedua sisi.
Sisi bagian utara berbatasan langsung dengan Hutan Agung Para Elf, Great Yukaria Forest.
Bagian selatan berbatasan dengan wilayah netral zona internasional. Sebuah wilayah dimana jalur perdagangan serta jalur perang antara kekaisaran dan kerajaan timur sering diadakan. Walaupun perang sering diadakan disitu, tetapi kerajaan Anderlam sendiri jarang ikut perang atau mencampuri urusan kedua kubu itu.
Pada bagian timur dan tenggara, kerajaan ini berbatasan langsung dengan kerajaan timur dan tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan kerajaan itu.
Beralih ke urusan domestik kerajaan ini. Dari yang aku dengar dari Fenrid, Raja Dikerajaan ini adalah orang yang bijaksana dan peduli akan nasib rakyatnya, bahkan sang raja sendiri sering berkunjung ke Desa ini pada waktu musim panas ataupun musim dingin.
Selanjutnya, Fenrid juga dengan senang hati berbicara ngelantur tentang kecantikan Tuan putri anak sang Raja.
Dia terus berbicara, Putri adalah orang tercantik dikerajaan ini, Putri memiliki keanggunan yang sempurna dan bla-bla.. Seperti sebuah senapan dia terus saja berbicara tanpa henti.
Ini om-om, beneran nganggap aku sebagai temannya apa ya?
Tapi dari omongan Fenrid itu, aku mendapatkan informasi penting. Dari yang kudengar barusan, Sang Raja memiliki 4 anak, 1 laki-laki dan 3 perempuan. Ketika sang raja berkunjung selalu membawa anak-anaknya bersamanya.
Yah karena dia banyak berbicara mengenai rajanya, kurasa raja itu memang orang yang baik.
Ngomong-ngomong, teman-teman Luxia pun sudah mulai sembuh. Pada awalnya mereka masih canggung untuk berhubungan dengan para penduduk disini. Hubungan canggung itu terjadi karena mereka masih menganggap kalau manusia itu memiliki kasta yang lebih rendah dari mereka yang merupakan ras peri hutan.
Seriusan, apa sih yang diajarkan di Desa Elf itu? apakah toleransi tidak diajarkan disana? Bukankah dulu pertama kali Luxia juga mengangapku begitu?
Setelah ku marahi dan ku beri ceramah mengenai pentingya toleransi kepada mereka, akhirnya mereka mulai mau membuka diri dengan para penduduk.
Tidakku sangka, mereka malah jadi sangat akrab dengan penduduk desa ini dengan cepat. Elf pria bernama Zexfil itu contohnya, dia sekarang sering keluar dengan pemuda-pemuda Desa ini untuk berburu ataupun hanya untuk sekedar ngobrol.
Tidak jarang pula dia pulang larut malam karena mabuk sehabis minum dengan para pemuda lainya. Sepertinya disini alcohol dan anggur sudah menjadi minuman yang biasa.
Sedangkan Elf wanita itu, dia menjadi akrab dengan anak kepala Desa dan para gadis lainnya. Dia sering berbincang bersama mereka sembari mengajak Luxia juga.
Kalau kupikir-pikir... Kemanakah harga diri yang mereka perlihatkan kemarin? Apakah ceramahku begitu efektif atau harga diri mereka yang sebenarnya memang tidak terlalu tinggi?
Terutama Elf pria bodoh itu, kemarin dia bersama pemuda-pemuda yang lain ketahuan mengintip para gadis dan dihajar habis-habisan oleh para gadis itu.
Aku tidak habis pikir kenapa mereka bisa seperti itu. Apakah sebenarnya kemarin itu mereka hanya malu-malu?
Mengabaikan tingkah konyol Zexfil dan para pemuda lainnya, kini kami semua telah menjadi akrab satu sama lain.
Orxsia sendiri sering menghabiskan waktu untuk mengobrol dan membantu Fenrid ketika memotong dan membawa kayu dari hutan. Sepertinya Mereka berdua telah menjadi teman yang akrab.
walaupun hubungan setiap orang sudah semakin dekat dan akrab, Tapi entah kenapa hubunganku dengan Luxia tidaklah menjadi baik. Dia sering marah-marah padaku ketika aku membuat kesalahan sepele, terutama jika ada yang mengucapkan selamat atau bertanya kondisi bayinya kepadanya, pasti ujung-ujungya dia memarahiku habis-habisan.
Aku akui itu memang kesalahanku, tapi aku tidak mempunyai waktu yang tepat untuk menjelaskannya, jadi mohon maafkan aku.
Mengabaikan masalahku dan Luxia, hubungan kami dengan penduduk desa telah terjalin dengan akrabnya. Bahkan sepertinya mereka telah menganggap kami adalah bagian dari mereka sendiri.
Namun, Sepertinya kedamaian itu tidaklah bertahan selamanya.
.
.
.
Next chapter : Glen vs Pasukan berpakaian Hitam.
Gimana dengan chap terbaru ini(31)? Terlalu menyeramkan? Terlalu intens atau malah kurang intens😅? Untuk scene pertempuran memang saya buat se-nyata mungkin sehingga banyak unsur pembunuhan. Kan ngk lucu kalo pertempuran cuma babak belur dan pingsan😅 . Jangan lupa kasih 👍 dan komennya ya😉. Terima kasih🙏
Comment on chapter Amukan Orxsia