Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nina and The Rivanos
MENU
About Us  

Dua minggu setelah interview “mengesankan” itu, Nina mendapat SMS pemberitahuan kalau dirinya diterima.

Kalau dihitung sejak pertamakali ia mengirim lamaran, hampir dua bulan Nina harus menunggu kepastian dari Starlit.

SMS itu menyebut dirinya bisa mulai masuk sebagai penulis part-time Senin depan. Ia akan kerja mulai jam 4 sore sampai 10 malam.

Tapi…Nina membaca lagi SMS pemberitahuan itu. Di akhir pesan, nomor yang diketahuinya adalah nomor bos Arman itu, menulis:

Selama tiga bulan ke depan, kamu akan di-training lebih dulu oleh editor Starlit. Hasil kerja selama tiga bulan tersebut akan dijadikan acuan untuk meneruskan kontrak atau tidak.

Dulu, Nina menggebu-gebu menunggu hasil dari lamaran yang diajukannya. Tapi sekarang…setelah mendengar kejujuran dari Raka tempo hari, semangat itu lenyap seketika.

“Nin, kamu beneran jadi resign?” kata Bang Abdul, saudara yang tempo hari mempekerjakannya di panti.

Nina menggigit bibirnya, memandang ruang tamu panti pijat ini yang sudah sangat familiar baginya.

“Kalo beneran kamu udah dapat kerja lain, Abang jadi tenang, Nduk. Ini cukup lama lho, kamu di sini. Kamu emang anak baik, jadi nggak kepengaruh lingkungan sini.”

Nina memandang tepat ke mata Bang Abdul, yang menatapnya dengan gelisah sekaligus iba. Bang Abdul memang bukan orang yang sangat baik, tapi Nina tetap kagum dengan bagaimana khawatir ia padanya.

“Bismillah, makasih ya Bang atas bantuannya selama ini. Kalau gitu Nina pamit dulu.”

Untuk terakhir kalinya, Nina mencium tangan Bang Abdul dengan sangat khidmat.

***

“Kamu udah yakin ambil keputusan ini, Nin? Serius?” tanya Oliv, saat mereka ke luar dari kelas dan menuju tempat parkir sepeda.

Nina menghela napas, berat. “Yep, aku nggak mau mundur lagi. Ini pekerjaan bagus soalnya.”

“Terus setan yang dulu fitnah kamu itu gimana?”

Nina menatap Oliv. Wajah cemberut dari cewek itu sebenarnya membuat Nina ingin menceritakan semua.

Semua yang dikatakan Raka di hari mereka melabrak Noval dulu.

Tapi Nina memalingkan pandangnya dari Oliv. Ia teringat bagaimana derasnya kata-kata yang dicetuskan Raka. Betapa dalamnya kebencian terkandung di dalam sana.

“Dia emang orang jahat, dari lahir. Tapi demi kamu, aku bakal menghadapi dia.”

“PERHATIAN, PERHATIAN, TES 1 2 3 4, TES A B C D E F G…H I J K L M N…TOLONG MINGGIR KARENA PACAR RAKA RIVANO MAU LEWAT!”

Lamunan Nina dibuyarkan oleh bunyi toa yang benar-benar keras. Siswa Naraya lain yang juga sedang dalam perjalanan pulang, menengadah melihat Raka di lantai dua, sedang membawa toa besar.

Semua yang ada di sekitar Nina langsung memandang cewek itu. Ada yang memasang ekspresi jengkel, tapi kebanyakan sedang tertawa geli.

Amarah bercampur malu yang selama sebulan terakhir padam, tiba-tiba tersulut lagi. Nina menatap ke atas, seraya menata apa yang harus diucapkannya.

Namun saat mereka berdua saling bertatapan, Nina langsung menunduk.

“Ayo cepetan pulang Liv, sebelum Raka turun.”

Nina menyeret Oliv dengan cepat, menerobos siswa-siswa lain yang sedang menuju tempat sama.

Seraya menata perasaannya yang sebulan ini langsung tak karuan setiap kali mendengar suara Raka.

***

Senin yang dinanti akhirnya tiba.

Sepanjang perjalanan dari rumah, Nina merasakan kegelisahan dari ujung kaki sampai ubun-ubun.

Sebelum berangkat tadi, perasaannya berkata lebih baik ia tidak berangkat.

Tapi toh, melihat senyum bahagia sang Ibu, Nina akhirnya harus berangkat ke tempat kerja barunya.

Setelah satu jam lebih perjalanan, Nina akhirnya tiba di Starlit.

Tempat itu tampak sangat berbeda dari dulu saat ia melakukan interview.

Jika dulu Starlit tampak sangat sepi, hanya beberapa kendaraan saja berjajar di garasi. Kali ini, Starlit tampak cukup ramai, dengan banyaknya motor yang berjajar sampai ke sisi teras. Selain itu, pintu depan Starlit juga terbuka lebar, menampakkan sekilas interior ruang depannya.

Setelah menjejalkan motor di antara motor-motor lainnya, Nina menarik napas panjang. Lalu memberanikan diri mendatangi pintu depan.

“Selamat sore, selamat datang di Starlit. Ada yang bisa dibantu?”

Seorang wanita sangat cantik menyapa Nina begitu muncul di depan pintu. Wanita itu bertubuh cukup tinggi, ramping, dengan tunik dan hijab berwarna pink. Make-upnya tidak terlalu tebal, tapi tetap…bahkan Nina yang sama ceweknya terkesima dengan kecantikan itu.

“Halo, nama saya Sarah, ada yang bisa dibantu, Dek?”

Sarah menjulurkan tangan untuk menyalami, yang langsung disambut Nina tanpa mengalihkan pandang dari wajah Sarah.

“Saya mau…kerja, Kak. Saya kemarin dipanggil sama Bos Arman.” ucap Nina, lambat, masih terpana dengan kecantikan yang dilihatnya.

“Kerja?” Sarah mengerutkan dahi, melihat dari penampilannya, cewek di hadapannya ini umurnya masih 16 atau 17-an. Dan dia bilang dia mau kerja? Maksudnya?

“Maaf, kalau mau menaruh lamaran, saat ini kami sedang nggak buka lowongan kerja, Dek.”

“Bukan, Kak. Saya dipanggil Pak Arman untuk mulai kerja hari ini.”

Sekilas ada keraguan tampak di wajah Sarah, tapi kemudian dia berkata, “Oke, tunggu dulu, saya telponkan Pak Arman ya.”

Nina dipersilakan menunggu di deretan sofa merah yang terletak di samping resepsionis. Dari sana, ia mendapat sedikit pandangan dari pintu kaca di depannya.

Meski dari luar Starlit tampak seperti rumah biasa, ternyata di dalam penampakannya benar-benar seperti perusahaan. Di balik pintu kaca itu, ada meja-meja berjajar dengan komputer di atasnya. Pekerjanya tampak mondar-mandir, saling berkomunikasi, dan anehnya mereka tidak ada yang mengenakan seragam sama sekali.

Lima menit kemudian, di balik kaca itu, sosok yang ditunggu-tunggu Nina akhirnya tiba.

Dan ia makin dibuat keheranan.

“Udah lama datangnya? Maaf ya aku baru bangun tidur.”

Tanpa dijelaskan pun, Nina udah tahu kalau orang yang akan jadi bosnya ini baru bangun. Rambutnya berantakan, matanya sembab, dan ia masih mengenakan T-shirt menyerupai jersey Manchester City, dilengkapi dengan celana hitam selutut.

Kerja di dunia nyata beda banget ya sama kerja di sinetron-sinetron?

Meski masih terpana, Nina toh mengikuti saat Bos Arman mengajaknya ke ruang dalam. Memperkenalkannya pada tujuh pekerja yang tadi diperhatikannya.

Sebagian besar pekerja di sana tampak masih muda, usianya mungkin nggak ada yang lebih dari 30 tahun. Bahkan ada dua orang yang umurnya masih 21 dan 22 tahun.

Tapi di antara orang-orang itu, nggak ada sosok cowok tinggi yang memarahinya dulu. Syukurlah, kalau jabatan cowok bernama Reza itu emang tinggi, Nina nggak mungkin sering-sering ketemu dia, kan?

Lalu…Nina juga teringat perkataan Raka tempo dulu. Meski sampai sekarang Nina nggak tahu persisnya hubungan Raka dan Reza, Nina mau nggak mau ketakutan.

Apa yang dikatakan Raka benar? Jangan-jangan ia diterima kerja di sini gara-gara Raka yang memperjuangkannya? Apa cowok bernama Reza ini benar-benar pernah berbuat jahat pada Raka?

 “Nah Nina, tapi untuk sementara kamu kerja di lantai dua dulu. Seperti yang udah aku informasiin,  kamu kan masih baru nih, butuh briefing.” ucapan Bos Arman tiba-tiba menyentak Nina dari lamunan.

“Jadi selama tiga bulan ke depan, kamu akan dilatih dulu sama editor kami. Setelah itu kami baru memutuskan akan mengontrak kamu atau nggak.”

Editor? Kaki Nina kebas mengingat malam itu, saat ia dituduh mencuri secara sepihak oleh orang yang mengerikan itu.

Rasa takutnya belum teratasi, tapi ia sudah harus menghadapi sosok yang ditakutinya. Sosok penjahat yang konon telah menghancurkan kehidupan Raka.

“Za! Ini Nina udah dateng, tolong ya. Gua mau mandi dulu.”

Nina ternganga. Sosok mengerikan itu ada di sana, baru mengirimkan lirikan tajam. Sekilas, tapi makin menciutkan perasaan.

“Nina, mulai hari ini kamu ada di bawah bimbingannya Reza ya, dia editor sekaligus chief marketing-nya Starlit.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • renicaryadi

    @elham udah dong om udah updet. Makasih ya udah nungguin. Lagi sakit gigi haha

  • elham

    Miriiip ..... :( skarang aq percaya apa yg q alami ini layaknya cermin...

    kereeen banget kak..
    D tinggu sllu klanjutanya.
    Smoga sllu d beri kesehatan trus..biar bisa nulis karya slanjut e

    Smangat

  • elham

    Sampek Sini masih sama...jdi k ingat ama almrhum..

  • aiana

    udah selesai sampai bag 3, di tunggu updatennya,
    boleh juga mampir di storyku kak...

  • yurriansan

    Awal baca pesanmu udah lucu :D.
    Isi.crtanya juga menarik. Aku finish bca smpe.chapter 3.

    Mmpir juga ya k storyku ku,.tlong krisannya juga :D

Similar Tags
BORU SIBOLANGIT
549      322     8     
Short Story
Dua pilihan bagi orang yang berani masuk kawasan Hutan Sibolangit, kembali atau tidak akan keluar darinya. Selain citra kengerian itu, Sibolangit dikaruniakan puncak keindahan alami yang sangat menggoda dalam wujud Boru Sibolangit -Imora dan Nale, tidak sembarang orang beruntung menyaksikannya.
Man in a Green Hoodie
5082      1258     7     
Romance
Kirana, seorang gadis SMA yang supel dan ceria, telah memiliki jalan hidup yang terencana dengan matang, bahkan dari sejak ia baru dilahirkan ke dunia. Siapa yang menyangka, pertemuan singkat dan tak terduga dirinya dengan Dirga di taman sebuah rumah sakit, membuat dirinya berani untuk melangkah dan memilih jalan yang baru. Sanggupkah Kirana bertahan dengan pilihannya? Atau menyerah dan kem...
Peri Untuk Ale
5687      2329     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang
Beloved Symphony | Excetra
1411      600     0     
Romance
Lautan melintang tiada tuturkan kerasnya karang menghadang.
Putaran Roda
570      385     0     
Short Story
Dion tak bergeming saat kotak pintar itu mengajaknya terjun ke dunia maya. Sempurna tidak ada sedikit pun celah untuk kembali. Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya sendu. Mereka semua menjauh, namun Dion tak menghiraukan. Ia tetap asik menikmati dunia game yang ditawarkan kotak pintarnya. Sampai akhirnya pun sang kekasih turut meninggalkannya. Baru ketika roda itu berputar mengantar Dion ke ...
Melting Point
5865      1275     3     
Romance
Archer Aldebaran, contoh pacar ideal di sekolahnya walaupun sebenarnya Archer tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Sikapnya yang ramah membuat hampir seluruh siswi di sekolahnya pernah disapa atau mendapat godaan iseng Archer. Sementara Melody Queenie yang baru memasuki jenjang pendidikan SMA termasuk sebagian kecil yang tidak suka dengan Archer. Hal itu disebabkan oleh hal ...
My Lovelly Doll
619      438     3     
Short Story
\"Diam dan memendam menunggu saat terbaik untuk menciptakan momen terindah.\"
When I Met You
644      371     14     
Romance
Katanya, seorang penulis kualat dengan tokohnya ketika ia mengalami apa yang dituliskannya di dunia nyata. Dan kini kami bertemu. Aku dan "tokohku".
Yakini Hatiku
29      23     1     
Romance
Setelah kecelakaan yang menimpa Fathur dan dinyatakan mengidap amnesia pasca trauma, Fathur mulai mencoba untuk mengingat segala hal seperti semula. Dalam proses mengingatnya, Fathur yang kembali mengajar di pesantren Al-Ikhlas... hatinya tertambat oleh rasa kagum terhadap putri dari pemilik pesantren tersebut yang bernama Tsania. Namun, Tsania begitu membenci Fathur karena suatu alasan dan...
HIRI
167      137     0     
Action
"Everybody was ready to let that child go, but not her" Sejak kecil, Yohan Vander Irodikromo selalu merasa bahagia jika ia dapat membuat orang lain tersenyum setiap berada bersamanya. Akan tetapi, bagaimana jika semua senyum, tawa, dan pujian itu hanya untuk menutupi kenyataan bahwa ia adalah orang yang membunuh ibu kandungnya sendiri?