Read More >>"> Behind Friendship (2. Awal putih abu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Behind Friendship
MENU
About Us  


Jam beker Nara berdering nyaring. Membuat gadis itu berusaha membuka matanya yang masih terasa berat. Tangannya mencoba meraih jam beker yang terus berbunyi. 
"Berisik elah gue udah bangun," ucapnya sambil berusaha mematikan jam tersebut. 

 

 

Hari ini hari pertama ia masuk sekolah di SMA Garuda. Bukan hari pertama masuk si sebenarnya. Tiga hari yang lalu ia sudah melewati masa orientasi siswa baru. Dan hari ini hari pertama ia sudah resmi menjadi siswa SMA Garuda. 

 

 

"Kak Naraaaa!!! Cepet turun!". Suara teriakan Reno adik bungsu Nara. Membuat Nara mendecak dan segera turun setelah selesai mandi dan menyisir rambutnya, dengan pakaian seragam putih abu yang rapih. 

"Kak Naa.."

"Iya Bawel!" cibir Nara memotong teriakan Reno sambil berjalan menuruni tangga dengan wajah cemberut. 

Setelah selesai sarapan Nara berpamitan kepada semua anggota keluarganya yang masih di meja makan. Seseorang sudah menunggunya di depan gerbang rumah dengan motor Ninja hijau. Siapa lagi kalau bukan Gavin. 

"Cepetan!" teriak Gavin sambil membunyikan klakson.

"Sabar elah, berisik lo kayak Reno," ucap Nara dengan wajah cemberut. 

 

 

****

 

 

Disinilah kisah SMA Nara akan di mulai di Sekolah Favorit di Jakarta, sekolah yang jadi idaman banyak orang. 

 

Nara turun dari motor Gavin yang sudah terparkir. Bisa ia lihat beberapa orang memperhatikannya. Bukan memperhatikan Nara lebih tepatnya Gavin! Iya cowok yang sekarang memakai jaket bomber warna navy dan rambutnya yang ia sisir agak membentuk jambul. 

 

Saat mereka berjalan menuju kelas ada beberapa kakak kelas yang senyum sok cantik kepada Gavin. 
"Ck sok cantik bener deh, belum tau aja Gavin gimana? Kalo tau nyesel lo pada terpesona sama cowok ini," gumamnya dalam hati. 

 

"Kenapa si lo? Pms? Asem bener muka lo?" Gavin memperhatikan wajah Nara dengan alis yang terangkat satu. 

"Gue risi deh jalan rendengan sama lo," cibir Nara. 

 

 

"Apa? Berasa jalan samping Jefri Nichol ya? " Gavin sambil terkekeh pelan. 

 

 

"Cih kalo sama Jefri Nichol mah gue seneng, lah ini sama lo. Kenapa ya kakak kelas begitu terpesonanya liat lo?" ucap Nara yang kini mengomel. 

 

"Sirik ae,"

 

"Woi Gavin, Nara!" panggil seseorang yang melambaikan tanganya ke arah mereka. 

 

Mereka yang tadi asik mengobrol kini tertoleh ke arah sumber suara. Alfin melambaikan tangannya dengan senyum merekah. 

 

"Rajin amat jam segini udah rajin? " Gavin mengejek sambil terkekeh. 

 

"Gue mau berubah, karena gue tau gak ada yang sebaik Mang Ujang," ucapnya sambil menunjukan senyum miring. 

 

Fyi. Mang Ujang adalah satpam mereka di SMP dulu. Yang gak tau Alfin sogok pakai apa sampai Mang Ujang mau membukakan gerbang saat Alfin lagi lagi telat. 

 

"Bilang aja lo takut sama satpam sekarang yang kumisnya aja kaya kumis naga," sambung Nara sambil tertawa renyah. 

 

Mereka bertiga kemudian berjalan ke kantin. Sudah ada Nando yang duduk di sana dengan Kanaya menunggu mereka. Mereka kemudian duduk dan menyantap mie rebus yang masih ngebul. 

 

Kanaya mulai membuka instagram nya memulai live streaming nya," Hai kita udah resmi jadi anak SMA Garuda nih. Oh jadi gini toh rasanya jadi anak SMA? Banyak kakel gans ya," Kanaya sambil sibuk mengacungkan ponselnya. 

 

"Sok sokan live streaming padahal yang liat juga gak ada," cibir Alfin. 

 

Membuat mata Kanaya mendelik tajam. "Jangan dengerin cebong ngomong guys. Say hi dong kalian," lanjutnya yang kini mengangkat ponselnya lebih tinggi. 

 

Sementara Nando malah menyeruput mie instan depan kamera. Gavin yang mengedipkan sebelah matanya. Dan Nara yang melambai lambai tangan sambil membuka mulut lebar. 


-tbc-

Like jangan lupa guys. Part awal sengaja tidak terlalu panjang ya. 


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • AnisMN24

    @yurriansan Oke terimakasih untuk krisarnya nanti aku perbaiki lagi

    Comment on chapter 2. Awal putih abu
  • yurriansan

    ceritamu menarik menurutku. gaya bahasanya juga mengalir, enak buat dibaca. tapi tadi pada beberapa kalimat yang aku baca agak bingung. mungkin maksudnya udah mandi kali ya bukan udah rajin. Kemudian ada beberapa tanda baca yang masih kurang. itu aja sih saran dariku.

    Oh iya kamu juga boleh kunjungin Story ku yang judulnya Rahasia (Toni) boleh kasih kritik dan saran kamu ke ceritaku itu Terima kasih.

    Comment on chapter 2. Awal putih abu
  • AnisMN24

    @Ervinadyp Oke terimakasih, baca terus ya😊

    Comment on chapter 1. Prolog
  • Ervinadyp

    semangat kak, ditunggu kelanjutannya yaaa

    Comment on chapter 1. Prolog
  • SusanSwansh

    Namanya keren. Nara Aurora Fransisca. Aduhh kok aku jadi inget sama si ganteng Paras Aurora ya? Hehe.

    Comment on chapter 1. Prolog
Similar Tags
Beach love story telling
2706      1365     5     
Romance
"Kau harus tau hatiku sama seperti batu karang. Tak peduli seberapa keras ombak menerjang batu karang, ia tetap berdiri kokoh. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Aku akan tetap pada prinsipku." -............ "Jika kau batu karang maka aku akan menjadi ombak. Tak peduli seberapa keras batu karang, ombak akan terus menerjang sampai batu karang terkikis. Aku yakin bisa melulu...
ADITYA DAN RA
16023      2620     4     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
Like a Dandelion
2487      855     2     
Romance
Berawal dari kotak kayu penuh kenangan. Adel yang tengah terlarut dengan kehidupannya saat ini harus kembali memutar ulang memori lamanya. Terdorong dalam imaji waktu yang berputar ke belakang. Membuatnya merasakan kembali memori indah SMA. Bertemu dengan seseorang dengan sikap yang berbanding terbalik dengannya. Dan merasakan peliknya sebuah hubungan. Tak pernah terbesit sebelumnya di piki...