Read More >>"> Annyeong Jimin (Bonus Part (7)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Annyeong Jimin
MENU 0
About Us  

Ra In menyentuh bingkai foto besar yang menampilkan wajah Jimin dan kedua orangtuanya. Didalam foto itu Jimin tengah tersenyum lebar dan sangat bahagia. Berbeda saat delapan tahun lalu ketika Jimin harus tinggal dirumah sakit.

Tidak banyak yang dapat Ra In lakukan dirumah. Dia hanya menghabiskan waktu menonton drama atau melihat-lihat foto Jimin. Kadang Ra In pernah sesekali menangis hingga tertidur sembari memeluk album fotonya.

"Ra In-ah..."

Ra In menoleh dan tersenyum menatap Tuan Park yang sudah siap dengan setelah jas nya.

"Appa yakin tidak mau sarapan dulu?"

"Sudah telat. Nanti Appa makan saja dikantor. Oh, iya...kemarin Jung--"

Ra In mengalihkan pandangannya kembali kedepan dan fokus menatap wajah Jimin.

"Katanya Jung--"

"Aku mohon Appa. Tolong jangan sebut nama itu" potong Ra In cepat. Tuan Park menyerah dan mengusap kepala Ra In.

"Baiklah. Appa pergi ke kantor dulu kalau begitu"

Ra In mengangguk dan Tuan Park berlalu dari hadapannya. Sejujurnya Ra In sangat penasaran dengan kalimat yang belum diselesaikan Tuan Park. Tapi, jika memdengar nama Jungkook sontak ia kembali teringat kejadian itu.

...

Dengan degup jantungnya yang makin meronta seakan minta lepas dari pengaitnya, gadis itu membuka matanya ketika bibirnya tidak lagi merasa bersentuhan dengan bibir lelaki yang sudah sah menjadi suaminya.

Ia mengulum bibir merasa sangat gugup bahkan untuk sekedar menatap orang-orang pun ia tidak sanggup. Hingga tiba-tiba tangannya yang bebas digenggam erat. Terasa sangat nyaman dan tenang begitu melihat senyuman nya.

"Kau...merasa gugup?"

"Minhyun Oppa. Apa kau tau? Itu ciuman pertamaku"

Minhyun kembali tersenyum dengan tanpa malunya ia menarik tengkuk Myeon Ji dan mengecup bibirnya singkat.

"Hai pengantin baru! Nanti saja mesra-mesraannya di kamar. Ayo lempar bunganya" seru Rapmon yang sudah berdiri dengan kerumunan orang yang siap berebut bunga.

Ingatan Minhyun entah kenapa tiba-tiba mengarah pada saat pernikahan Ra In dan Jungkook. Seolah mendapat bunga adalah ramalan nyata.

Bibir Minhyun mengulas senyum dan memegangi tangan istrinya di buket bunganya."Kau tau?" tanya Minhyun.

"Tidak tau"

"Aku yang bahkan tidak pernah bisa melupakan cinta pertamaku. Aku yang masih selalu terbayang oleh masa lalu. Saat itu, saat dipernikahan Ra In dan Jungkook, tidak sengaja buket bunganya jatuh dipangkuanku. Aku pikir itu hanya lelucon. Ternyata...aku mulai percaya"

"Jadi...Kau mau melempar bunganya pada siapa?"

Minhyun mengedikkan bahunya sembari memandangi kerumunan teman-temannya yang rela memperebutkan buket bunga.

"Lempar saja"

...

Dokter Niel baru saja selesai melakukan operasi dan kini ia sedang berada diruang rawat Jungkook. Total dua hari Jungkook belum juga sadar.

Dokter Niel tidak bisa menghadiri pernikahan Minhyun karena adanya operasi dadakan. Tadinya, bisa saja ia menyusul. Tapi, sepertinya akan lebih baik jika menemani Jungkook saja.

"Tuhan...tolong jaga sahabatku. Setelah kau nanti menjaga Ayahku. Aku titip sahabatku"

Dokter bernama lengkap Kang Daniel itu mengusap wajahnya. Kalimat Jimin kembali terngiang dan membuat dadanya terhantam batu besar. Sangat sesak dan mengharukan.

Jungkook masih tidak bergeming ditempatnya. Lelaki itu terlihat sangat lemah dengan selang infus ditangan kirinya.

"Paman Niel...."

Dokter Niel berbalik dan hampir terhuyung karena Jimin melompat kepelukannya tiba-tiba.

"Jimin datang sama siapa?" tanya Dokter Niel.

"Sama Halabeoji. Tadi Jimin pelgi ke pesta Daddy Minhyun. Disana banyak makanan, Paman Niel" cerita Jimin panjang lebar.

"Kenapa Jimin pulang?"

"Jimin bawa cake nya juga. Mau Jimin kasih ke Appa"

Dokter Niel membawa kepala Jimin lebih erat memeluk dirinya. Air mata baru saja mengaliri pipi kanannya dan Dokter Niel tidak ingin anak itu melihatnya menangis.

"Paman Niel kapan Appa bangun? Kok Appa tidur aja. Lalu, kenapa Eomma tidak pulang. Telfon eomma, paman. Suluh Eomma pulang. Kasian Appa" keluh Jimin. Dokter Niel tidak tahu harus menjelaskan bagaimana. Semua terlalu rumit untuk ukuran anak berumur tiga tahun.

Lelaki itu mengusap pipinya dan membawa Jimin mendekati Jungkook. Anak itu menyentuh punggung tangan Ayahnya dan menunjuk-nunjuk pipi Jungkook dengan telunjuknya.

"Appa ini Jimin"

"Appa! Jimin minta pesawat nya. Appa kan udah janji"

"Appa"

Setelah tiga kali meminta Jungkook bangun, Jimin diam. Anak itu hanya mematung memperhatikan Ayahnya dipasang beberapa alat.

"Appa sakit?"

"Appa pasti sakit sekali ya. Appa....Huwa..."

Dokter Niel kalap dan segera menggendong Jimin menjauhi ruanga rawat Jungkook. Sampai diluar, Jimin masih menangis. Tangannya menutupi wajahnya dan sesekali mengucek mata.

Dokter Niel membantu menenangkan dengan mengusap puncak kepala Jimin.

"Kenapa Jimin?" tanya Ayah Jungkook yang tiba-tiba sudah ada didepan mereka. Dokter Niel membungkuk sekilas memberi salam. Dan dibalas anggukan dari Tuan Jeon.

"Halabeoji bantu Appa. Suluh Appa bangun. Jimin takut...Appa sakit"

Tuan Jeon sampai harus terdiam beberapa detik sebelum kembali mengerjapkan mata. Ia terlalu terkejut mendengar kalimat dari cucu nya.

"Jimin..." Tuan Jeon mengambil alih Jimin dari gendongan Dokter Niel. Pria tua itu mengusap sayang kepala cucu laki-lakinya.
"Appa akan bangun nanti. Tapi Jimin janji jangan nangis, jangan nakal ya. Nanti Appa kesel dan malah nggak mau bangun"

"Jimin tau? Appa sedang istirahat. Paman Niel kan dokter. Jimin nggak percaya sama Paman Niel?" bujuk Dokter Niel. Lama-kelamaan anak itu mulai diam dan mengangguk. Dokter Niel dan Tuan Jeon sama-sama menghela napas lega.

...

"Dua kali aku gagal dapat buket bunga kau tau?" Min Rae menarik buket bunga dari tangan Nayeon. Gadis itu hanya terkekeh menyaksikan kekesalan Min Rae.

"Jadi kau tidak percaya kalau aku akan tetap menikahimu" rajuk Rapmon.

Min Rae cepat-cepat merubah raut wajahnya.
"Tidak. Bukan begitu, hanya saja aku kesal"

Rapmon menarik lengan kekasihnya hingga mereka berpelukan. Gadis itu kini tersenyum tenang diperlakukan semanis itu.

"Jin-ah...kau juga akan segera menikahiku kan?" Nayeon memasang mata bulatnya dihadapan Jin. Sontak saja membuat jin gemas dan mendekatkan bibirnya.

Cup!
Namja itu baru saja mencium pipi Nayeon. Membuat semburat merah muncul dikedua pipi chubby Nayeon.

"Andaikan Jungkook dan Ra In juga ada disini" Suga menghela napas kasar. Sementara Amel disebelahnya mengelus pelan bahu suaminya. Meskipun Suga termasuk teman yang acuh tapi dia sangat tulus menyayangi teman-temannya.

"Taehyung sudah pulang?" tanya Min Rae mengalihkan pembicaraan.

"Minsu tadi merasa pusing. Jadi Taehyung mengajaknya pulang. Dia juga sudah memberi selamat pada Minhyun Oppa" kata Amel.

Selain itu dipesta pernikahan Minhyun dan Myeon Ji yang begitu sederhana karena diadakan mendadak dan hanya didatangi oleh kerabat dekat saja, J-Hope juga tidak bisa hadir karena harus pergi keluar negeri.

"Jungkook masih belum sadar?" tanya Suga kembali mencemaskan sesuatu.

"Aku juga tidak mengerti kenapa dia serapuh itu" diantara yang lainnya, menurut Rapmon Jungkook lah yang paling kuat.

...

Ra In menggeliat diatas tempat tidur namun enggan membuka matanya. Ia bahkan menarik selimutnya hingga keatas dadanya.

Hingga tiba-tiba...

"Eomma..!"

Ra In terkejut mendengar suara putra kecilnya. Ia memposisikan dirinya menjadi duduk. Ketika matanya membuka sempurna tidak ditemukannya Jimin dimanapun. Perempuan itu mengusap wajahnya gusar. Dia pasti sangat merindukan putranya.

Dalam hatinya Ra In merasa sangat berdosa. Ia merasa sudah menjadi Ibu yang jahat karena meninggalkan Jimin. Tapi, itu semua Ra In lakukan agar Jungkook sadar bahwa perlakuannya salah.

Tangan Ra In tergerak mencapai ponselnya diatas nakas namun tanpa sengaja ia malah ikut menjatuhkan sebuah kalender. Begitu Ra In memungutnya, hatinya mencelos amat dalam. Telah terhitung satu minggu dia berada dirumah Tuan Park.

"Sudah dua minggu lebih aku disini" Ra In meletakkan kalender tersebut kembali ke atas nakas. Ia sudah tidak berniat membuka ponselnya. Biarkan saja dirinya diabaikan.

"Apa Jungkook senang aku tidak ada? Dia bahkan tidak mencariku" sinis Ra In.

Ia kembali menggeliat tapi kali ini ia menyibakkan selimutnya dan menuruni tempat tidur. Baru saja kakinya akan melangkah kekamar mandi, Ra In merasakan tangannya tertarik kebelakang. Begitu ia membalikkan badan, Ra In melihat Jimin tengah tersenyum kearahnya.

"Pagi...Ra In-ah..."

Jimin membawa Ra In menuju balkon dan menunjukkan keramaian dibawah sana.
"Disana ramai. Kau tidak berniat pergi keluar?"

Ra In mengerutkam keningnya merasa tidak mengerti dengan kalimat Jimin. Wajah pucat namja itu semakin terlihat cerah kala menunjukkan senyumnya.

"Lihat itu" Jimin menunjuk sesuatu dibawah sana yang segera diikuti oleh Ra In. Wanita itu melihat seorang lelaki yang tengah berbincang dengan seseorang.

"Minhyun Oppa?"

Ra In menolehkan kepalanya berniat mempertanyakan maksud Jimin. Tapi, lelaki itu sudah tidak ada ditempatnya.

"Apa yang coba kau tunjukan padaku, Jimin?"

Ra In buru-buru menutup jendela balkon dan kembali melakukan niat awalnya untuk membersihkan diri.

...

"Oppa...kau menemukannya?" Myeon Ji berlarian menghampiri Minhyun dan memegangi lututnya yang terasa linu karena berjalan terus sedari tadi. Melihat istrinya begitu kelelahan, Minhyun menyentuhkan telapak tangannya ke kening Myeon Ji mengelap keringatnya.

Wajah Myeon Ji terasa sangat panas. Apa karena ini pertama kalinya Minhyun memperlakukannya semanis itu.

"Yakh! Jangan jorok elap wajahmu"

"Huh?" Myeon Ji salah kira. Ternyata perlakuan manis itu karena Minhyun merasa istrinya jorok. Ingatkan Myeon Ji untuk mulai menjaga kebersihan.

"Ayo lanjutkan" ajak Minhyun yang sudah melangkahkan kakinya.

"Aku lelah"

Minhyun berhenti berjalan dan membalikkan badan. Ia melihat Myeon Ji masih berdiri saja ditempatnya. Kemudian Minhyun berjongkok didepan Myeon Ji.

"Kau mau menggendongku?" wajah myeon Ji sudah berseri-seri.

"Cepat"

Myeon Ji segera mendekat dan mengalungkan lengannya dileher Minhyun. Myeon Ji sangat bahagia karena Minhyun benar-benar membuktikan perkataannya. Minhyun nya--yang bahkan menolak mentah-mentah perjodohan itu--kini menunjukkan perhatian lebihnya sebagai seorang suami.

"Oppa, kenapa memilih tidak naik mobil saja?"

"Ra In juga pergi tidak membawa mobil kan?"

Myeon Ji tidak habis pikir kenapa Minhyun segitu memperhatikan dari segi yang aneh menurutnya. Padahalkan bisa saja mereka naik mobil lalu melaju dengan pelan-pelan.

"Lagipula yang mencari dengan mobil juga banyak. Suga dan Amel, Taehyung dan Minsu, Rapmon dan Min Rae, Jin dan Nayeon, J-Hope, Dokter Niel yang sibuk juga ikut mencari dengan mobil"

"Ada yang belum kau sebut. Orang tua Ra In dan Jungkook"

Minhyun terkekeh. Ia mengangkat tubuh Myeon Ji yang akan merosot.

"Apa aku berat? Turunkan aku Oppa"

"Jangan. Biarkan kita seperti ini"

Myeon Ji terdiam. Bukan karena merasa terlalu bahagia karena perlakuan suaminya. Tapi, ada perasaan haru yang tiba-tiba menjalar sampai ke ulu hatinya. Matanya perih dan tidak bisa ditahan, luruh seketika.

"Oppa...Mianhe..." lirih Myeon Ji.

Minhyun berhenti berjalan saat merasakan isakan kecil memasuki gendang telinganya.

"Oppa, kenapa kau mau menikah denganku? Aku bukan orang baik. Aku jahat, sangat jahat sekali...."

"Aku yang menyebabkan Ra in...hiks..." kalimat Myeon Ji terpotong karena tenggorokannya tersedat.

"Aku merasa tidak pantas bahagia sedangkan Jungkook tengah berjuang. Anak kecil itu, Jimin. Setiap aku melihatnya menangis. Hatiku sakit sekali Oppa"

Minhyun kembali berjalan pelan-pelan mencari tempat agar bisa menenangkan Myeon Ji. Sayangnya mereka tengah berada ditengah jalan yang ramai. Minhyun memilih terus berjalan pelan sambil mendengarkan kalimat istrinya.

Tidak ada yang mengerti soal penyakit Jungkook. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa dia hanya kelelahan dan kekurangan nutrisi tapi kenapa malah mengalami koma. Hingga satu minggu lamanya belum juga ada tanda-tanda Jungkook akan terbangun.

"Myeon Ji-yah, jika kau merasa kau orang yang jahat. Maka tidak masalah. Aku akan membantumu tidak lagi berfikir seperti itu. Bukankah kita sedang mencari Ra In?"

"Tapi...hiks...bagaimana kalau Ra In tidak ketemu dan Jungkook---"

"Sstt..." Minhyun tidak tahan mendengar isakan Myeon Ji. Ia pun menurunkannya dari gendongan. Mereka menepi didepan sebuah toko bunga. Minhyun menyentuh pundak istrinya, membelai pipinya untuk membersihkan sisa air mata.

"Jangan menangis"

Myeon Ji menatap kedua manik mata suaminya. Bagian paling sempurna dari diri Minhyun menurut perempuan itu adalah matanya.

"Appa sudah akan pulang. Ini mampir sebentar membeli bunga"

Minhyun dan Myeon Ji menepi kala ada seorang lelaki sedang bertelepon yang keluar dari toko tersebut.

Pria itu berhenti didepan mereka.
"Iyaa, baiklah"

"Apa? Kenapa? Ra In"

"Ra In-ah..."

Praktis Minhyun dan Myeon Ji mendekati pria tersebut. Mendengar nama Ra In disebut seolah mendapat kekuatan dan harapan baru.

Pria itu terkejut dan hampir akan menjatuhkan buket bunganya. "Ada ap--"

"Apa anda barusan menyebut nama Ra In?" sergah Minhyun

Myeon Ji menatap sendu pria itu. "Bisa tolong tunjukan foto Ra In yang anda maksud?"

Pria itu terdiam cukup lama.Ia seperti pernah melihat kedua orang dihadapannya itu. Tapi, karena tidak ingin terlalu lama menebak yang tidak juga ia ketahui, pria itu menunjukan foto Ra In ke hadapan Minhyun dan Myeon Ji.

"Nam Ra In" kaget Minhyun.

"Kenapa anda mengenalnya? dan apa yang Ra In lakukan hingga bisa bersembunyi disana? Siapa anda dan--"

Melihat Minhyun semakin mengeluarkan kalimat panjangnya dan Myeon Ji berfikir itu tidaklah sopan, Ia menyentuh lengan suaminya hingga Minhyun berhenti.

"Saya Ayah Jimin, Park Haemin. Ra In sudah saya anggap sebagai anak saya, dan begitu juga sebaliknya. Dia ada di rumah saya. Dia bilang butuh tempat untuk melarikan diri" jelas Tuan Park.

"Jungkook koma. Ra In harus tau itu. Tuan, bawa kami kesana"

Tuan Park menjatuhkan buket bunganya tanpa sadar dan terdiam beberapa detik hingga ia kembali sadar dan berlari mengajak kedua pasangan didepannya untuk ikut ke dalam mobilnya.

...

"Saengil Chukkae Jimin-ah..." Ra In membuka kepalan tangannya dan menempelkan sebuah kalung berbandul nama Jimin.

"Aku selalu saja berfikir hidupku pasti akan bahagia dan baik-baik saja andai kau masih disini"

Ra In memandangi foto Jimin disana yang tertutup oleh sebuah kaca transparan. Ia menatap nanar wajah orang yang dirindukannya.

Teringat terakhir kali Jimin menghembuskan napas. Saat Ra In mengajaknya berkeliling rumah sakit. Perpisahan yang begitu mengharukan. Bahkan Ra In belum sempat mendengar kata perpisahan dari Jimin langsung.

"Aku merindukanmu Jimin..."

Air mata yang coba ditahan oleh Ra In lolos begitu saja. Baru saja Ra In akan menghapusnya, tiba-tiba tangannya merasakan sesuatu yang dingin tengah menyentuhnya. Ra in menatap tangannya yang menggantung bebas tengah bersentuhan dengan tangan lain. Begitu menoleh pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Jimin yang tengah tersenyum begitu pucat.

Jimin memakai pakaian rumah sakit persis seperti sebelum ia pergi.

"Uljimma..." pinta Jimin.

"Jimin...Happy Birthday"

Jimin menyentuh pipi Ra In yang basah dan mengusapnya lembut. Ra In merasa sangat nyaman hingga ia memejamkan matanya.

"Percayalah pada Jungkook. Ra In-ah..."

Mendengar nama Jungkook praktis membuat Ra In kembali membuka mata. Lagi, Jimin hilang tiba-tiba. Ra In sungguh tidak mengerti kenapa Jimin suka sekali membuat teka-teki.

"Jim--"

"Nam Ra In" seruan seseorang membuat Ra In menoleh dan membelalakkan mata begitu melihat Minhyun datang dan langsung menarik lengannya.

"Ayo pulang" ajak Minhyun.

"Lepas, Oppa!" bentak Ra In seraya menepis genggaman Minhyun. Sedangkan Myeon Ji dan Tuan Park yang baru saja sampai dihadapan Ra In masih diam membiarkan Minhyun yang berbicara.

"Jungkook koma, Nam Ra In"

Koma?
Darah Ra In seperti berhenti mengalir seketika mendengar kata koma. Jungkook koma dan Ra In tidak mengetahui apapun.

"Ko--koma?" Sementara Ra In masih mencerna kata koma agar diterima dipikiran nya. Minhyun menarik kembali tangan Ra In dan membawanya memasuki mobil Tuan Park. Kali ini Minhyun lah yang mengemudi dengan alasan mempersingkat waktu. Didalam mobil, Ra In sudah menjatuhkan air matanya. Dengan Myeon Ji disebelahnya, ragu-ragu mencoba menenangkan Ra In.

"Maafkan aku...Nam Ra In" lirih Myeon Ji.

Ra In menoleh dan menatap tajam Myeon Ji. Sampai tiga detik hingga tiba-tiba Ra In segera memeluk Myeon Ji begitu erat dan menumpahkan segala tangisannya.

Sesampainya dirumah sakit, Ra In segera membuka pintu ruang rawat Jungkook.

"Kookki" Ra In berlari mendekati Jungkook yang masih memejamkan mata.

"Untuk apa kembali? Huh? Untuk apa kamu kembali? Lihat menantuku, dia menderita gara-gara kamu"

"Eomma...Aku--"

"Pergi" Ibu Ra In menunjuk pintu dengan tangannya memberi isyarat agar Ra In keluar saja. Ra In tidak sanggup lagi berdiri. Kakinya terasa sangat lemas. Ia ambruk dan memeluk kaki ibunya. Dari situlah tangis Ra In kembali pecah.

"Eomma...Mianhe. Aku...hiks. Aku mohon eomma maafkan aku. Aku sangat menyesal"

"Kau tau? Jungkook mencarimu kemana-mana. Dia tidak pernah tidur nyenyak. Tidak pernah makan. Mengurusi Jimin seorang diri. Dan kau? Kemana saja kau?"

"Eomma merasa gagal mendidikmu Ra In" Ibu Ra In berjongkok dan memeluk putrinya.

"Eomma..." Ra In menenggelamkan kepalanya kebahu Ibunya.

"Ra In-ah..."

Ra In melerai pelukan Ibunya dan mendekati asal suara. Ia jelas sangat mendengar suara Jungkook memanggil namanya.

"Kookki ini aku"

"Aku disini Kookki" Ra In menggenggam telapak tangan suaminya dan menciumi punggung tangannya.

"Bagaimana bisa kau koma selama ini? Ayo bangun. Marahi aku...bangun Kookki. Ayo marahi aku yang gagal menjadi istri yang baik"

Ra In mengusap pipi Jungkook yang basah karena air matanya. Sungguh Ra In begitu menyesal. Ia seharusnya tidak pergi begitu saja dan mendengarkan terlebih dahulu penjelasan Jungkook.

"Kookki---"

"Ra...Ra.."

Ra In tergelak melihat bibir Jungkook bergerak dan mencoba merapal namanya.

"Eomma...Jungkook sadar"


 

TBC.
Horeee tidak ada lagi salah paham....

Author minta maaf Jimin belum ngucapin hbd..

Happy Birthday Jimin. Aku tau ini sangat amat terlambat. Telat banget kan.Soalnya author habis ada acara kemping dan sibuk ngerjain tugas....

Hbd Jimin. Sukses terus ya dan sehat selalu 😁
#HappyJiminDay

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • indriyani

    @yurriansan Iyaa ya, haha😁. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. 😊

    Comment on chapter Dia-ku
  • yurriansan

    aku ada masukan nih, untuk istilah asing baiknya dikasih footnote. untuk orang yang udah lama gk ke korea (drama, maksudnya) gk tau artinya. so far bagus. kental korea,

    Comment on chapter Dia-ku
  • indriyani

    @aisalsa09 Okee oke.. Makasih ya sarannya 😘

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • indriyani

    @ShiYiCha makasih yaw hehe

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • aisalsa09

    Aku sukanya Jung Soek dong, wkwk
    Btw untuk bagian deskripsi, yang cerita tentang, C nya kapital aja gimana? Hwaiting eonni :))

    Comment on chapter Dia-ku
  • ShiYiCha

    Korea-nya kental sekaleh. Good FF

    Comment on chapter Lukisan Dia
Similar Tags
Peringatan!!!
2161      915     5     
Horror
Jangan pernah abaikan setiap peringatan yang ada di dekatmu...
Ghea
440      283     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Haruskah Ada Segitiga?
545      370     0     
Short Story
\"Harusnya gue nggak boleh suka sama lo, karena sahabat gue suka sama lo. Bagaimana bisa gue menyukai cewek yang disukai sahabat gue? Gue memang bodoh.” ~Setya~
Under The Same Moon
364      238     4     
Short Story
Menunggumu adalah pekerjaan yang sudah bertahun-tahun kulakukan. Tanpa kepastian. Ketika suatu hari kepastian itu justru datang dari orang lain, kau tahu itu adalah keputusan paling berat untukku.
Nothing Like Us
33270      4089     51     
Romance
Siapa yang akan mengira jika ada seorang gadis polos dengan lantangnya menyatakan perasaan cinta kepada sang Guru? Hal yang wajar, mungkin. Namun, bagi lelaki yang berstatus sebagai pengajar itu, semuanya sangat tidak wajar. Alih-alih mempertahankan perasaan terhadap guru tersebut, ada seseorang yang berniat merebut hatinya. Sampai pada akhirnya, terdapat dua orang sedang merencanakan s...
Innocence
4783      1625     3     
Romance
Cinta selalu punya jalannya sendiri untuk menetap pada hati sebagai rumah terakhirnya. Innocence. Tak ada yang salah dalam cinta.
LUCID DREAM
476      338     2     
Short Story
aku mengalami lucid dream, pada saat aku tidur dengan keadaan tidak sadar tapi aku sadar ketika aku sudah berada di dunia alam sadar atau di dunia mimpi. aku bertemu orang yang tidak dikenal, aku menyebutnya dia itu orang misterius karena dia sering hadir di tempat aku berada (di dalam mimpi bukan di luar nyata nya)
Evolution Zhurria
319      203     4     
Romance
A story about the evolution of Zhurria, where lives begin, yet never end.
Damn, You!!
2708      1022     13     
Romance
(17/21+) Apa yang tidak dimilikinya? Uang, mobil, apartemen, perusahaan, emas batangan? Hampir semuanya dia miliki kecuali satu, wanita. Apa yang membuatku jatuh cinta kepadanya? Arogansinya, sikap dinginnya, atau pesonanya dalam memikat wanita? Semuanya hampir membuatku jatuh cinta, tetapi alasan yang sebenarnya adalah, karena kelemahannya. Damn, you!! I see you see me ... everytime...
I Always Be Your Side Forever
5819      1576     3     
Romance
Lulu Yulia adalah seorang artis yang sedang naik daun,tanpa sengaja bertemu dengan seorang cowok keturunan Korea-Indonesia bernama Park Woojin yang bekerja di kafe,mereka saling jatuh cinta,tanpa memperdulikan status dan pekerjaan yang berbeda,sampai suatu hari Park Woojin mengalami kecelakaan dan koma. Bagaimana kisah cinta mereka berdua selanjutnya.