Read More >>"> Annyeong Jimin (Bonus Part (1)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Annyeong Jimin
MENU
About Us  

Jungkook terpaksa mengejar Jimin yang entah lari kemana. Anaknya itu bilang ingin mengambil cake dari Ibunya Suga, tapi sudah sepuluh menit belum juga kembali. Ra In yang cemas memaksa suaminya agar turun tangan mencari Jimin.

"Bagaimana? Kau sudah menemukan Jimin?"

Jungkook menggeleng lemah. Wajah Ra In kembali mendengus. Dia beranjak dari hadapan sang suami.

"Hai, Kook. Kau sudah bertemu Suga?" tanya Rapmon yang tiba-tiba saja datang bersama J-Hope. Jungkook mengangguk sebagai jawaban. Diantara keenamnya, hanya Rapmon dan J-Hope yang masih lajang. Kalau Taehyung dia...

"Hai..." Taehyung menjabat Ketiga temannya. Dia juga tidak lupa meminta istrinya menyapa teman-temannya. Taehyung sudah menikah satu tahun setelah pernikahan Jungkook.

"Jimin mana?" tanya Minsu, istri Taehyung pada Jungkook. Perempuan itu memang senang bermain dengan Jimin. Apalagi kalau sudah menyangkut momongan, Minsu ingin cepat-cepat memilikinya. Sudah empat tahun menikah belum juga dikaruniai anak.

"Ra In sedang mencarinya. Tadi anak itu ikut Ibu Suga. Katanya ingin mengambil cake. Tapi, entah kemana. Ra In sangat khawatir Jimin mengacau" jelas Jungkook. Ada nada lelah disetiap kalimatnya.

"Ra In memang selalu merasa khawatir pada segala hal" kekeh J-Hope.

"Kami menemui Suga dulu kalau begitu ya" Taehyung menggandeng istrinya dan berjalan bersama Rapmon serta J-Hope.

"Pergi dulu, Kook" pamit Minsu.

Jungkook mengangguk dan membiarkan dirinya sendirian ditengah-tengah kerumunan pesta.

...

Betapa leganya perasaan Ra In kala menemukan putranya yang baru berumur tiga tahun itu kini tengah duduk bersama Minhyun. Hampir saja Ra In dibuat jantungan. Masalahnya, Jimin anak yang aktif. Ra In takutnya dia malah membuat kekacauan.

Bunyi sepatu hak Ra In yang membentur lantai membuat Minhyun mendongak. Pria yang tengah menyuapi Jimin dengan cake itu tersenyum melihat Ra In menghampiri mereka.

"Jimin...kau membuat Eomma jantungan. Jangan lari-larian disini" Jimin mengunyah sambil memperhatikan kata-kata Ibunya.

"Kau ini selalu saja khawatir. Duduk Ra In, Ayo nikmati cake lezat ini bersama anakmu juga" Minhyun mengarahkan salah satu cake dengan taburan marshmellow kecil di atas nya. Ra In menggeleng, jujur dia tidak terlalu suka dengan makanan manis.

"Kau tidak suka?" tanya Minhyun heran sepertinya melihat Ra In menggeleng.

"Oppa, kau datang sendirian?"

"Tidak. Aku datang bersama Dokter Niel. Tapi dia langsung pergi lagi. Katanya ada pasien yang harus ditangani" jelas Minhyun. Oh iya, Dokter Niel dan Minhyun jadi dekat karena mereka tetanggaan. Rumah disebelah kanan rumah Ra In adalah rumah Minhyun dan disebelah kirinya rumah Dokter Niel.

"Oh...begitu. Pantas aku tidak melihatnya"

Ra In duduk disamping anaknya. Perempuan itu menghitung berapa cake yang sudah dihabiskan putra kecilnya. Bisa-bisa Jimin sakit gigi nanti kalau terlalu banyak makan yang manis-manis.

"Eomma...Jimin mau lagi"
Ra In menilik meja yang sudah tidak ada lagi cake tersisa disana. Dia bahkan menepuk dahinya. Jimin ini makan karena lapar atau doyan.

Saat Jimin akan menempelkan telapak tangannya ke bajunya, Ra In segera menghentikan gerakan itu.
"Jangan Jimin. Nanti baju Jimin kotor"

"Eomma...ambilin lagi cake nya"

"Jimin sudah ya. Sudah banyak yang Jimin habiskan nanti sakit gigi, mau?"

Jimin malah mengerucutkan bibirnya kesal. Raut wajahnya sudah akan menangis. Tepat saat itu ia mengalihkan pandangan dan menatap Minhyun.

"Daddy Minhyun, Jimin mau cake nya lagi" adu Jimin pada Minhyun.

"Daddy?" Ra In mengulang panggilan anaknya pada Minhyun. Setahunya Jimin hanya memanggil Minhyun dengan sebutan paman. Seperti memanggil Taehyung atau Jin. Sejak kapan anaknya malah memanggil Minhyun Daddy.

"Jimin anak yang baik kan?" Jimin sontak mengangguk.
"Kalau begitu jangan lagi makan cake ya. Tadi Eomma Jimin bilang terlalu banyak makan manis-manis bisa membuat gigi Jimin sakit. Ada banyak kuman digigi Jimin. Besar-besar lagi. Terus gigi Jimin berlubang. Sakit... banget. Jimin mau nanti giginya dicabut pakai---"

"Ah...eomma...Jimin takut" Jimin mendekap Ra In seraya mencengkeram gaun Ibunya. Padahal telapak tangannya kotor. Alhasil menempel pada gaun Ra In.

"Iya udah. Eh, Jimin cuci tangan dulu yuk. Tuh lihat baju eomma kotor" Ra In menunjukkan noda cokelat pada gaunnya.

"Mian Eomma"

Ra In tidak bisa tidak menciumi anaknya yang lucu itu. Selalu saja tingkah nya menggemaskan. Apalagi ketika Jimin mencoba meminta maaf.

"Iya, sayang. Ayo kita cuci tangan" Ra In menggandeng tangan Jimin. Kemudian berlalu meninggalkan Minhyun sendirian.

Drrt...drrt..
Minhyun melirik ponselnya. Ternyata ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Karena penasaran Minhyun melihatnya.

Oppa. Aku akan pulang dua hari lagi. Jemput aku di airport.

Minhyun menghela napas kasar. Mulai sekarang dalam dua hari hidupnya akan berubah. Perempuan yang dijodohkan dengannya akan benar-benar mengganggu ketenangan nya. Dia Park Myeon Ji, anak dari sahabat ayahnya.

"Hyung...sendirian?" tanya Jin yang selalu menempel dengan Nayeon. Sejak zaman SMA mereka masih saja pamer pasangan begitu. Apa karena Minhyun masih punya perasaan pada Ra In dan belum pernah membuka hati.

"Iya. Dan hanya kalian yang selalu berduaan" balas Minhyun.

Jin terkekeh menepuk bahu seniornya dulu di sekolah. Sudah lama mereka tidak berjumpa. Banyak sekali perbedaan di diri Jin. Jika biasanya namja itu terkenal mengganti-ganti wanita. Sekarang kemana-mana pasti hanya ada Nayeon.

"Jin-ah...Lihat Ra In?"

Jin mendapati Jungkook tengah kebingungan mencari istrinya. Matanya menangkap Minhyun sang tetangga sebelah rumahnya itu tengah tersenyum padanya. Jungkook masih saja suka sensian. Itu terjadi begitu saja. Minhyun tinggal disebelah rumah Ra In dan Jungkook, hadiah pernikahan dari orangtua Ra In.

"Sedang membawa Jimin ke toilet" sahut Minhyun. Jungkook hanya mengangguk saja. Selebihnya mengajak Nayeon dan Jin bercengkerama. Minhyun tahu betul Jungkook sedang menghindarinya.

"Appa..." Jimin berlarian memeluk kaki panjang Ayahnya. Jungkook berjongkok melihat putranya sedang menunjukkan telapak tangannya.
"Tangan Jimin sudah belsih"

"Wah...benar. Jimin bersih dan hmm... wangi" Jungkook mengendus tangan putranya hampir memakannya, membuat Jimin tertawa.

"Haha...Appa geli"

Nayeon tersenyum hangat kepada Ra In. Nayeon tidak bisa menahan senyumnya melihat Jimin. Dia bahkan beberapa kali mencolek pipi gembul Jimin.

"Makanya cepat menikah dan beri Jimin teman" ujar Ra In ditelinga Nayeon. Sedangkan yang disindir hanya melengkungkan bibir saja.

"Appa....gendong" Jimin mengangkat kedua tangannya mengalung leher Jungkook. Diangkatnya tubuh Jimin hingga berdiri.

"Appa tadi Jimin makan cake banyak.....sekali"

"Oh..ya? sama siapa?"

"Sama Daddy Minhyun"

Deng! Mata Jungkook melebar sudah akan keluar.  Anaknya memanggil Minhyun dengan sebutan Daddy. Jungkook tidak suka itu.

"Jimin memanggilnya Daddy? Wae?"

"Kalna Jimin suka punya Daddy ganteng" tutur Jimin sangat jujur. Ra In menahan tawanya, Jin dan Nayeon pun ikut terkekeh. Kecemburuan Jungkook sangat kentara sekali.

"Oh...jadi Appa tidak ganteng begitu?"

"Appa ganteng. Appa Jimin yang telganteng" kilah Jimin.

"Appa tidak suka. Jimin mau punya Appa dua?"

"Appa Jimin satu. Appa Jimin itu Appa" tunjuk Jimin pada Jungkook.
"Jimin punya Daddy satu. Daddy Minhyun"

Anak itu selalu saja menang jika berdebat dengan Ayahnya. Minhyun mengacungkan jempolnya ke arah Jimin. Jungkook menggeser posisi disamping Ra In.

"Jimin ayo pulang. Jimin mau main komedi putar kan? Ayo kita ke Mall. Ayo ajak eomma nya" kata Jungkook mengalihkan pembicaraan.

"Yeay....ayo eomma. Dah...Daddy Minhyun. Dadah...paman Jin. Dadah...Tante Nayeon"
Jimin memekik gembira. Ia menarik-narik tangan Ibunya agar cepat berjalan.

Ra In terpaksa terseret dan mengambil tempat disamping Jungkook. Mereka berjalan keluar gedung.

"Kita bahkan belum pamit pada Suga dan Amel"

"Sudah nanti saja" geram Jungkook. Ra In menghela napas. Suaminya ini kalau sudah ngambek pasti begitu.

...

"Jungkook..."

"Hai Jungkook...ini aku Jimin"

"Terima kasih ya..Aku bahagia sekali kau ada disini"

Jungkook memandangi dirinya disebuah ruangan putih tengah berdiri didepan Jimin. Sahabatnya itu bahkan menyentuh dirinya. Ber-high five dan memukul bahunya.

"Jungkook. Kau tau, tadinya aku pikir setelah menyerahkan mataku padamu aku tidak bisa melihat lagi. Tapi aku salah. Sekarang aku bahkan melihat cinta Ra In lewat mataku"

Lidah Jungkook kelu. Dia hanya bisa mematung melihat wajah Jimin yang bercahaya. Wajah yang dilihatnya penuh kebahagiaan. Tidak seperti delapan tahun yang lalu. Jimin tidak lagi pucat dan lemas.

"Jungkook. Aku merindukanmu"

Jimin terkekeh sekilas kemudian berjalan mundur. Tapi, masih tetap fokus kepada Jungkook.

"Jungkook. Aku merindukan Ra In juga"

Setelah kalimat itu, Jimin hilang bersamaan dengan kepulan asap putih. Pandangan Jungkook mengedar. Namun, tidak lagi menemukan keberadaan Jimin.

"Jimin..." teriak Jungkook ke ruang hampa.

"Jimin..."

Jungkook benar-benar sendirian dan tidak tahu akan kemana. Ia masih terngiang ucapan Jimin.
Tiba-tiba ada sebuah cahaya putih dan Jungkook melangkah mendekatinya.

"Kookki...bangun"

"Jungkook, Ireona. kau kenapa?"

Jungkook akhirnya membuka mata. Ia segera mengubah posisi menjadi duduk dan detik selanjutnya mendekap Ra In. Begitu erat seperti takut kehilangan. Ra In mengusap punggung suaminya.

"Kau bermimpi buruk?"

Jungkook melepas dekapannya. Ia mengusap wajahnya dan menghembuskan napas lega. Masih bisa melihat wajah cantik istrinya, itu berarti semua hanya mimpi buruk.

"Jam berapa sekarang?" tanya Jungkook.

"Jam tujuh lima belas"

"Mworago?!"

Jungkook mengibaskan selimutnya dan berlari memasuki kamar mandi. Ra In tertawa sampai memegangi perutnya. Suaminya mau saja dibohongi.

"Eomma...." perempuan itu menoleh dan mendapati putranya berdiri diambang pintu kamarnya.

"Ne...Jimin"

"Eomma,  Jimin mau susu yang lasa stlawbelly"

Ra In mengangkat tubuh Jimin dan menggendongnya.
"Ayo kita buat di dapur"

...

Jungkook memasang jasnya dan meraih kunci mobilnya diatas nakas. Sekali lagi ia mematut diri kemudian berjalan keluar kamar. Ia melihat Ra In tengah tiduran disofa sembari menonton drama. Kegiatan istrinya kalau sedang tidak ada jadwal penerbangan.

"Kau yakin pergi ke rumah Taehyung?" selidik Ra In.

Jungkook menghampiri istrinya dan mengacak rambut Ra In yang memang tergerai.
"Kenapa? kau curiga aku main-main ke rumah janda?"

"Heih...kalau kau melakukannya aku akan membunuhmu. Lagipula salahkan dirimu, mau pergi ke rumah Taehyung sampai serapih itu"

"Bilang saja tampan. Kau ini"

Cup!
Ra In mendaratkan bibirnya di pipi Jungkook. Namja itu terlonjak dan tersenyum malu-malu.

"Apa itu hadiah?"

Ra In memutar bola matanya mempermainkan Jungkook.

"Istriku selalu saja menggodaku" sindir Jungkook. Pasangan ini aneh sekali sering menyindir satu sama lain.

"Sudah sana berangkat. Nanti pulangnya jemput Jimin. Dia masih dirumah eomma" usir Ra In. Jungkook pun segera beranjak sembari mengangkat jempol tangannya.

Ra In kembali fokus menonton drama favorit nya. Masa liburnya hanya sepuluh hari. Setidaknya Ra In harus memanfaatkan waktu senggangnya untuk bersantai. Apalagi, Jimin sedang dibawa Ibu Jungkook jalan-jalan.

...

"Jungkook mabuk. Dia terlalu banyak menghabiskan soju. Kau kemarilah jemput dia"

"Baiklah"

Tut.

Dimatikannya ponsel oleh Ra In. Dia segera meraih mantelnya kemudian berjalan keluar rumah dengan tergesa-gesa. Bahkan perempuan itu melupakan menjemput Jimin di rumah mertuanya.

Ra In melihat taxi kemudian segera menghentikannya. Ia segera memberitahu alamat rumah Taehyung pada supir.

Begitu sampai, Ra In segera membayar dan berlari memasuki rumah Taehyung. Ia mendengar tawa teman-teman Jungkook.

"Oh, Ra In-ah. Kau sudah datang? lihat suamimu. Dia kalah main game dan mabuk" ujar Jin.

Benar saja, suaminya itu sedang tertidur dengan kepala yang bersender dilipatan lengannya. Diantara keenam namja itu kenapa hanya suaminya yang mabuk.

Jungkook selalu menyusahkan.

"Ayo Jungkook kita pulang" Ra In membangunkan Jungkook dan membantu suaminya berdiri.

"Ra In...Istriku yang cantik" kata Jungkook ngelantur.

Gelak tawa kembali mengisi kekosongan. Ra In menggeplak lengan Jungkook.

"Mau ku bantu? Kau yakin bisa menyetir?" khawatir J-Hope.

"Tentu saja. Kalian tidak perlu khawatir"

Ra In segera menuntun suaminya memasuki mobil Jungkook. Lalu dia menyalakan mesinnya. Sejenak ia berfikir untuk menjemput Jimin nanti saja. Anaknya tidak boleh melihat Appa nya mabuk.

"Ish...kalau dia meracuni otak suci anakku. Akan aku bunuh saja" desis Ra In didepan wajah Jungkook. Suaminya kini tengah terlelap.

Ra In menekan kontak Ibu mertuanya. Tidak perlu waktu lama ibu Jungkook segera mengangkat panggilan Ra In.

"Eomma. Mianhe...boleh titip Jimin untuk malam ini? hmm...Jungkook mabuk dan aku tidak mau Jimin melihat ayahnya sedang dalam keadaan begitu"

"Tentu saja. Eomma akan senang Jimin disini. Lagipula dia sudah tidur"

Ra In kini bisa bernapas lega dan mulai melajukan mobilnya. Sesekali dia mendengar gumaman Jungkook.

Suaminya tidak tahan dengan alkohol. Ini yang selalu Ra In takutkan kalau Jungkook kumpul bersama teman-temannya. Sudah pasti mereka mengerjai Jungkook.

Sesampainya dirumah, Ra In mengangkat lengan Jungkook dan menuntunnya sampai masuk ke dalam rumah. Ia menghempas tubuh Jungkook ke tempat tidur.

"Huh." Ra In mengeluarkan napasnya gusar. Membawa Jungkook dari luar ke kamar sungguh melelahkan.

"Ra In..." gumam Jungkook. Dan kenapa malah terbangun. Sudah untung Ra In melihat Jungkook di mobil tengah terlelap.

"Ra In ku yang cantik. Kemarilah"

Mau tidak mau Ra In mendekati Jungkook. Dia duduk disamping Jungkook. Tiba-tiba pipinya merasa dingin. Telapak tangan Jungkook begitu dingin. Perempuan itu meraih dan menggenggamnya.

"Ra In-ah katakan kau mencintaiku. Kau mencintaiku kan?"

"Aku mencintaimu suamiku, Jeon Jungkook"

"Jimin akan merebutmu dariku. Tiga hari yang lalu aku bermimpi dia mengatakan merindukanmu. Aku takut dia mengambilmu"

Bagaimana Jimin merebut Ra In?Jungkook sangat lucu. Ngomong-ngomong sudah lama Ra In tidak melihat suaminya mabuk selucu ini.

"Ra In...kenapa kau ada dua?" tunjuk Jungkook. Sepertinya pandangannya mengabur. Ra In membantu Jungkook berbaring. Dia menaikkan selimutnya sampai ke dada sang suami.

Baru saja Ra In akan pergi tiba-tiba tangannya ditarik oleh Jungkook. Ra In pikir Jungkook sudah tertidur. Ternyata dia masih membuka matanya. Kini Jungkook menarik Ra In hingga terjatuh diatas tubuhnya. Senyum Jungkook mengembang. Tangannya menyusuri wajah Ra In sensual.

"Kau mau apa?" tanya Ra In takut-takut. Dengan menggunakan tangan lainnya yang bebas Jungkook mematikan lampu tidurnya.

Selanjutnya hanya mereka berdua yang tahu.
(555555)

TBC.

Haii....ini ekstra part pertama aku yah...

Gimana nih pada suka nggak?
Vote dan komen ya biar aku semangatsss nulisnya...

Sampai ketemu di ekstra part yang ke dua.....

See you from Ra In ❤

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • indriyani

    @yurriansan Iyaa ya, haha😁. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. 😊

    Comment on chapter Dia-ku
  • yurriansan

    aku ada masukan nih, untuk istilah asing baiknya dikasih footnote. untuk orang yang udah lama gk ke korea (drama, maksudnya) gk tau artinya. so far bagus. kental korea,

    Comment on chapter Dia-ku
  • indriyani

    @aisalsa09 Okee oke.. Makasih ya sarannya 😘

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • indriyani

    @ShiYiCha makasih yaw hehe

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • aisalsa09

    Aku sukanya Jung Soek dong, wkwk
    Btw untuk bagian deskripsi, yang cerita tentang, C nya kapital aja gimana? Hwaiting eonni :))

    Comment on chapter Dia-ku
  • ShiYiCha

    Korea-nya kental sekaleh. Good FF

    Comment on chapter Lukisan Dia
Similar Tags
Let it go on
1082      763     1     
Short Story
Everything has changed. Relakan saja semuanya~
Dear Diary
453      278     1     
Fantasy
Dear book, Aku harap semoga Kamu bisa menjadi teman baikku.
Taarufku Berujung sakinah
5679      1565     1     
Romance
keikhlasan Aida untuk menerima perjodohan dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya membuat hidupnya berubah, kebahagiaan yang ia rasakan terus dan terus bertambah. hingga semua berubah ketika ia kembai dipertemukan dengan sahabat lamanya. bagaimanakah kisah perjuangan cinta Aida menuju sakinah dimata Allah, akankah ia kembali dengan sahabatnya atau bertahan degan laki-laki yang kini menjadi im...
Putaran Waktu
572      388     6     
Horror
Saga adalah ketua panitia "MAKRAB", sedangkan Uniq merupakan mahasiswa baru di Universitas Ganesha. Saat jam menunjuk angka 23.59 malam, secara tiba-tiba keduanya melintasi ruang dan waktu ke tahun 2023. Peristiwa ini terjadi saat mereka mengadakan acara makrab di sebuah penginapan. Tempat itu bernama "Rumah Putih" yang ternyata sebuah rumah untuk anak-anak "spesial". Keanehan terjadi saat Saga b...
A - Z
2490      847     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Maroon Ribbon
450      314     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
Warna Rasa
10510      1839     0     
Romance
Novel remaja
THE WAY FOR MY LOVE
412      317     2     
Romance
Dibawah Langit Senja
1316      786     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Percikan Semangat
840      445     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)