Read More >>"> Annyeong Jimin (Penyesalan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Annyeong Jimin
MENU 0
About Us  

Awas typo ๐Ÿ˜‚

Sesuatu yang paling Jungkook benci adalah penghianatan. Dan apa yang telah Jimin lakukan padanya sebuah bentuk penghianatan. Jimin pergi bersama Ra In tanpa sepengetahuan Jungkook. Dimana harga dirinya sebagai pacar Ra In.

Jungkook gencar membuat lebam wajah Jimin. Ia benci karena Jimin terus saja diam dan tidak mau melawan.

"Jungkook hentikan" Ra In terus teriak sembari terisak mencoba menjauhkan tubuh Jungkook. Namun, ia hanya tersungkur.

Ra In telah menghubungi teman-teman Jimin. Tapi, sampai lima menit berlalu mereka belum juga muncul.

"Jungkook hentikan!"

"DIAM RA IN" Jungkook mencengkeram kaos Jimin yang ternyata se-couple dengan Ra In. Menambah emosinya meluap.

Bugh!
Pukulan keras menghantam wajah merah Jungkook. Itu berasal dari tangan kekar milik Suga yang baru saja tiba. Kini dirinya tersungkur mengenai kaki Ra In. Gadis itu segera berjalan menghampiri Jimin dan memangku kepalanya.

"Jimin bertahan ya, aku sudah telfon ambulan" ujar Ra In membelai pipi Jimin.

Namun, Jimin tersenyum. Tapi, Ra In melihat tangan namja itu meremas kaosnya. Jimin diam-diam mengerang. Ra In memegangi dada Jimin. Seolah mengerti kesakitan nya.

"Apa terasa sakit?"

Jimin tersenyum. Jimin benci terlihat lemah. Ia hanya bisa tersenyum pada Ra In sebelum kesadarannya hilang.

"Ra In-ah gomawo untuk hari ini. Just one day Park Jimin dan Nam Ra In"

"Jimin....hiks"

"Jangan marah pada Jungkook"

Jimin terlelap dan tangis Ra In mengeras. Gadis itu mengguncang-guncang tubuh Jimin agar segera sadar. Ia begitu takut hal-hal buruk terjadi.

"Suga, Jimin pingsan" teriak Ra In dan Suga pun menghampiri tanpa memperdulikan Jungkook.

Sewaktu mobil ambulan datang Suga membantu para petugas membawa tubuh Jimin. Ra In akan melangkah. Namun, tangannya dicekal oleh Jungkook.

"Kau harus pulang ini sudah malam"

"Kau pernah mengalami penyesalan?Setelah ini aku yakin. Seumur hidupmu kau akan menyesalinya, Jeon Jungkook" Ra In menepis tangannya dan beranjak menjauhi Jungkook.

Hingga Sirine ambulan tidak terdengar lagi Jungkook masih tidak bergeming ditempatnya. Pukulan Suga diwajahnya pun tidak terasa lagi. Hanya perkataan Ra In yang terus terngiang di pikiran nya.

Siapa yang merupakan korban disini?Itu Jungkook. Dia yang telah disakiti dan dikhianati oleh sahabatnya sendiri. Lalu, kenapa harus Jungkook yang merasa menyesal.

...

Tuan Park menemui Dokter Indri di ruangan nya. Pria paruh baya itu semakin terlihat tua. Wajah lelahnya selalu menghiasi rupanya. Sebentar-sebentar Jimin kumat. Sebentar-sebentar Jimin tidak sadarkan diri.

Tuan Park bingung dan resah. Ia sangat tidak merelakan Jimin pergi. Tapi, melihat betapa menderitanya anak semata wayangnya membuat dirinya selalu berakhir menyedihkan.

"Dokter, saya tidak tahu harus bilang apa"

Dokter Indri juga sangat bingung. Jimin seharusnya istirahat dirumah sakit. Tapi, tahu-tahu dia pulang dalam keadaan babak belur begitu.

"Saya mengerti, pak. Saya pun merasa demikian. Jimin..." kalimat Dokter muda itu tercekat. Tenggorokannya selalu kering jika membicarakan Jimin.

Tiba-tiba Dokter Niel datang membawa hasil pemeriksaan jantung Jimin.

"Saya ingin keluar. Tolong berikan yang terbaik untuk anak saya. Dokter" ujar Tuan Park kemudian keluar dari ruangan.

Begitu pintu tertutup, Dokter Niel menyegerakan menunjukkan hasil pemeriksaan jantung Jimin.
Ekspresi Dokter Indri seketika berubah penuh cemas.

...

Keesokan harinya Ra In pergi ke sekolah sangat pagi. Sengaja supaya tidak bertemu dengan Jungkook. Eomma yang merasa penasaran bertanya pada Jungkook. Eomma mengerti mungkin mereka sedang bertengkar.

Jungkook mendatangi kelas Suga, Namun ia tidak mendapati siapapun disana. Suga, Jin, J-Hope dan Taehyung tidak datang ke sekolah.

Begitu kembali ke kelas ia mendapati Rapmon yang tengah tertidur dikelasnya. Kebetulan istirahat kali ini mereka pergi ke kantin lebih dulu, jadi masih ada waktu sampai bel masuk berbunyi.

Jungkook melepas aerphone dari telinga Rapmon dengan kasar. Rupanya Rapmon tidak sedang tidur. Hanya memejamkan matanya saja sembari mendengarkan musik.

"Wae?" heran Rapmon.

"Mereka tidak ada dikelas. Tas nya pun tidak ada"

"Mereka? siapa?" sejak kapan Jungkook berbicara tidak jelas begitu.

"Jin, Suga, J-Hope, dan Taehyung"

"Bolos kali. Ribet kamu Kook"

Jungkook mereda. Dia berhenti memberontak dan memilih duduk di kursi nya. Rapmon diam-diam memperhatikan tingkah aneh Jungkook.

"Kau kenapa? lagi ada masalah? ko kayanya cuma aku deh yang gak tau apa-apa" ujar Rapmon.

Jungkook menoleh dan menatap Rapmon.
"Kemarin Ra In jalan sama Jimin"

"Mworago?!"
bibir Rapmon sampai melorot kena lantai kelas saking kaget nya.
"ko bisa?"

Jungkook menghedikkan bahunya. Makanya ia mencari Suga, supaya bisa menanyakan soal masalah itu.

"Kamu merasa dihianatin kan Kook" kata Rapmon mengerti posisi Jungkook.

"Dan tau apa yang dikatakan Ra In?" Rapmon menggeleng.

"Dia bilang aku akan menyesal seumur hidup karena telah memukul Jimin"

Rapmon meringis tidak mengerti.
"Kenapa? harusnya kan dia yang menyesal"

"Tenang, Kook. Aku selalu ada dipihakmu. Pasti sekarang kamu kecewa banget ya sama Ra In"

Jungkook mengusap wajahnya.Kalau diingat-ingat, Ra In tidak pernah mengatakan kalau dia menyukai Jungkook. Selalu Jungkook yang lebih dulu mengatakan itu.

"Bukan Ra In tapi Jimin. Jujur selama pacaran Ra In tidak pernah bilang kalau dia menyukaiku. Tapi, Jimin adalah sahabat yang mendukungku. Jimin sama kaya kalian. Bantuin aku nembak Ra In. Apa? Dia malah nikung"

"Jimin lalu bilang apa?"

Ingatan Jungkook kembali berputar pada kejadian kemarin malam.
"Pengecut. Dia hanya diam, bahkan ketika aku memukulinya. Bajingan dia! Dipukul segitu aja udah sekarat. Mati aja sekalian" emosi Jungkook sedang meluap-luap.

"Aku jadi penasaran deh. Sampai segitunya Jimin. Kau bilang waktu Ra In tenggelam yang menyelamatkannya Jimin kan?padahal dia tidak bisa berenang"

"Maksudmu?"

Rapmon mulai mencurigai sesuatu sendiri. Jika Ra In malah membela Jimin, mungkin saja gadis itu memang dari awal tidak menyukai Jungkook.

Tapi, waktunya tidak pas. Jungkook marah maka Rapmon kewalahan.

"Tidak ada"

"Ish...absurd"

....

Ra In telah menceritakan semua rahasianya kepada Min Rae. Awalnya ia begitu ragu. Tapi apa boleh buat, pikirannya sangat kalut.Dan hanya Min Rae yang ada untuknya mencurahkan isi pikirannya.

"Aku masih tidak mengerti. Dari awal kamu bilang memang menyukai orang lain. Ini salah kamu Juga, Ra In. Kenapa malah menerima Jungkook"

"Karena...Jimin yang minta aku menerimanya. Lagipula, ini salah paham. Semua karena Taehyung. Dia yang bikin..---ah, udahlah"

Min Rae tidak menyangka. Ternyata masalah Ra In begitu berat.

"Lalu...Jimin? penyakitnya separah apa memang?" tanya Min Rae hati-hati.

"Jimin seharian tidak minum obat. Dia lupa karena jalan sama aku. Terus karena dipukuli Jungkook...Dia belum sadar juga" wajah Ra In begitu mendung. Kekalutan merambati perasaannya. Gadis itu merasa sangat bersalah. Kemarin malam ikut menunggu Jimin hingga jam sebelas.

"Penyakit apa?"

"Kanker yang ada dihati dan Jantungnya"

"Mwo?!" Min Rae sangat terkejut.
Kini ia malah menangis tersedu-sedu. Menurut Min Rae, kisah Ra In sangat menyedihkan. Mirip di drama-drama yang ditontonnya.

"Kenapa kamu yang nangis?"

Min Rae menggosok hidungnya.
"Iya...hiks..Kamu nggak takut apa kehilangan cinta kamu...hiks"

Takut? Bahkan Ra In merasa lebih dari takut. Melihat Jimin harus kembali menutup mata dibangsal rumah sakit. Melihat Jimin dipukuli sahabatnya sendiri. Apa lagi yang bisa membuat Ra In tenang?

Ra In mengusap-usap punggung Min Rae. Jadinya, mereka menjadi pusat perhatian teman sekelas.

"Udah-udah diam, Min Rae. Kau mau semua tau masalah ku?"

Min Rame berdiri dan lari keluar kelas. Pamitnya akan ke toilet membasuh muka. Namun, ditengah jalan ia dihadang Rapmon. Namja itu khawatir melihat Min Rae menangis.

"Kau kenapa?"

"Minggir, Rapmon. Ini karena aku mendengar cerita menyedihkan temanmu, Jimin. Sakitnya parah ya?"

Kening Rapmon berkerut.
"Sakit?"

"Iya. Kanker stadium akhir di hati dan jantungnya. Udah ah, minggir" Min Rae mendorong tubuh Rapmon dan lanjut menuju toilet.

Meninggalkan Rapmon yang terkejut.

...

Dokter Niel keluar dari ruang rawat Jimin dan langsung mendapat tatapan-tatapan penuh harap dari teman-teman Jimin. Ia menyampirkan steteskop dilehernya kemudian menyingsing lengan jas snelinya.

Pandangan Dokter Niel jatuh pertama kali pada jam tangan nya. Sebegitu eratnya persahabatan mereka hingga mengabaikan sekolah.

"Dokter, kapan Jimin sadar?" tanya Jin.

"Dia nggak mau sadar deh kalau kalian bolos begini" Dokter Niel tidak bisa melihat wajah-wajah sedih. Dia hanya ingin menghibur. Tangannya bergerak mengalung pada bahu J-Hope dan Taehyung.

"Makan dulu. Temenin dokter makan...kuy"

Jin dan Suga ikut mengekor dibelakang Dokter Niel. Mereka memilih makan di restoran dekat rumah sakit.

"Ayo makan dulu. Kalo Jimin sadar kalian harus semangat menghiburnya--" Dokter Niel sudah mengunyah suapan pertamanya. Keempat remaja SMA itu malah melongo saja.

"Yakh-yakh! Makan. Makanan itu tidak baik didiemin. Jimin akan sadar sekitar satu jam lagi. Tadi dia udah bangun tapi saya paksa buat tidur lagi"

Suga menoleh bahagia ke arah Dokter Niel.
"Beneran, Dok. Kenapa dokter malah suruh Jimin tidur? kurang lama apa istirahatnya?"

Taehyung yang sudah meraih sumpit ikut mengangguk setuju dengan kalimat Suga.

"Pukulan Jungkook bener-bener membahayakan keadaannya, Dok?" suara Jin menginterupsi mereka.

"Bagaimana kalau Jimin tidak mau bangun?" aku J-Hope.

Dokter Niel mencelos. Ia memandangi J-Hope yang tengah menunduk sepertinya sedang memikirkan apakah kalimatnya salah atau tidak.

"Untuk apa kita makan kalau Jimin saja tidak makan" Taehyung meletakkan kembali sumpitnya.

Dokter Niel menghela napas. Mulutnya juga tiba-tiba menolak untuk kembali disuapi. Melihat keempat remaja didepannya kehilangan selera makan. Sebagai dokter, Kang Daniel juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kalian tau bagaimana Jimin tersenyum, kemarin?" kata Dokter Niel mulai bercerita. Jika dengan makanan mereka tidak bersemangat, Dokter Niel akan mencoba dengan bercerita.

"Jimin begitu bahagia, mengaitkan jari-jarinya dengan Ra In. Saya pikir tadinya gadis itu yang akan menjaga Jimin. Tapi, Jiminlah yang melakukannya"

Keempatnya sama-sama menatap wajah Dokter Niel dan mendengarkan dengan seksama ceritanya. Bagian yang membuat Jin dan kawan-kawan tertarik adalah saat Dokter Niel menceritakan Jimin tersenyum lebar.

"Apa kalian masih menyesal melakukan misi kencan rahasia itu?Tapi, jika saya jadi Jimin dan hidup tinggal satu hari lagi. Saya akan memilih menghabiskannya dengan orang yang saya cintai. Dan berterima kasih kepada teman-teman yang sudah berbaik hati meminjamkan gadisnya"

Mata Taehyung membulat.
"Dokter tau kalau Ra In sudah punya pacar?"

Suga, Jin dan J-Hope sama-sama menjitak kepala Taehyung. OMG! nih, anak kemana saja. Dokter Niel jelas-jelas tahu semuanya. Sudah diceritakan Jimin maupun J-Hope.

"Harus berterima kasih padanya meski membuat Jimin koma?" nada suara Suga memang lirih. Tapi, sarat akan emosinya.

"Benar, Ra In juga menerima cinta Jungkook karena salah paham. Itu karena Taehyung" tunjuk J-Hope.
Taehyung tergelak dan semakin tidak paham.

"Ko aku?" heran Taehyung.

"Iya, V. Ya ampun bener-bener" geram Jin sama teman yang satunya itu.

Dokter Niel terkekeh mendengar perdebatan mereka. Jadi teringat masa sekolahnya dulu.

"Taruhan, gimana?" ajak Dokter Niel.

"Apaan?" tantang Suga yang sudah menaikkan satu oktaf suaranya.

"Saya beri satu pertanyaan. Kalo kalian benar, silahkan minta tiga permintaan apapun pada saya. Tapi, kalo kalian tidak bisa jawab. Saya yang akan minta tiga permintaan itu. Call?"

Alis J-Hope naik turun meminta kerja sama pada ketiga temannya. Yang lain langsung mengangguk setuju. Tapi, J-Hope tidak yakin. Menurut cerita Jimin, Dokter Niel sangat luar biasa. Luar biasa cerdik.

"Call" seru keempatnya bersamaan.

Dokter Niel berdeham dan menegakkan posisi duduknya.
"Hal apa yang bikin orang bahagia?"

J-Hope meringis. Ternyata benar apa yang diceritakan Jimin. Dokter Niel emang benar-benar cerdik.

Suga mencolek lengan Jin. Ia tahu bahwa satu-satunya yang cerdas diantara mereka cuma otak Jin. Meskipun playboy.

"Tergantung kesukaannya dong. Iya kan" ujar Jin meminta persetujuan teman-temannya.

"Betul. Contohnya saja aku. Aku akan bahagia kalau dekat Amel" bela Suga.

"Aku bahagia kalau ikut party bareng Baekhyun hyung" timpal Taehyung.

J-Hope menatap Dokter Niel. Mencoba mencari tahu jawabannya lewat mata. Apa-apaan.
"Jawabannya tergantung pilihan orang. Bahagia itu kan sederhana"

"Salah" Dokter Niel memukulkan sumpit ke gelas jus nya. Hingga bunyi nya membuat keempat remaja lelaki didepannya tersentak.
"Jawabannya 'HALU' "

Jin, J-Hope, Taehyung dan Suga hampir saja akan menjitak Dokter Niel kalau tidak mengingat umur mereka berbeda jauh.

Dokter Niel menang dan siap meminta sesuatu dari mereka.
"Permintaan saya yang pertama. Saya minta kalian makan. Kedua, panggil saya hyung"

"Eh?" kaget Jin.

"Biar akrab. Oke kan? oke kalau begitu"

"Tapi Dok--"

"Eits...panggil yang betul Suga" potong Dokter Niel. Suga langsung diam dan memilih memotong daging dihadapannya.

"Baik, Hyung" pasrah Jin.

"Yang terakhir apa..Hyung" sahut J-Hope.

"Setelah kalian makan" tolak halus Dokter Niel. Bukan apa-apa. Takutnya mereka malah kabur mendengar permintaan terakhirnya sebelum menghabiskan makanan.

...

Jungkook berdiri didepan pintu kelas Ra In. Dia bahkan membungkuk saat Saem keluar dari kelas. Beberapa menit kemudian yang ditunggu nya datang. Namun, begitu pandangan mereka bertemu, Ra In lebih cepat melangkah meninggalkan kelas.

Jungkook mengejar dan berhasil menghadang langkah Ra In.
"Pulang sama aku"

"Nggak usah. Aku mau naik bis"

"Bohong! Kamu pasti janjian kan sama Jimin" selidik Jungkook.

Ra In mengalah dan tidak akan bohong lagi. Dia memang akan menemui Jimin dirumah sakit.

"Kalau iya kenapa? kamu mau mukul dia lagi? Gara-gara kamu dia belum bangun dan koma" kata Ra In keceplosan.

"Lemah banget dipukul segitu aja koma"

"Lemah? Dia sakit Jungkook. Jimin--" Ra In berusaha menghalau air matanya yang akan luruh.

"Sakit? apa?"

Ra In tidak ingin mengatakan lebih jauh. Ia beranjak dari sana dengan berlari. Jungkook bisa saja mengejar namun, karena Rapmon tiba-tiba datang dan mencengkeram bahunya.

"Wae?" tanya Jungkook.

"Jimin sakit parah. Dia sekarat"

"Ngomong yang jelas, Mon"

"Jimin punya kanker stadium akhir di hati dan jantungnya. Sekarang dia koma"

Jungkook limbung, kakinya lemas hingga ia jatuh. Tangannya menjambak rambutnya dan suara isakan keluar dari sana.

Ia ingat sewaktu Jimin mimisan, Jimin yang selalu berwajah pucat meski setelah minum pun. Jimin yang beralasan di botak ayahnya, padahal Park ahjussi begitu menyayangi anak tunggalnya.

"Apa kau pernah mengalami penyesalan? aku yakin setelah ini. Seumur hidupmu kau akan menyesalinya, Jeon Jungkook"

"Kau akan menyesal"

"Seumur hidupmu, Jeon Jungkook"

Kalimat Ra In ternyata mulai berefek sekarang. Mungkin Jungkook kecewa pada Jimin. Tapi, ia sadar kalau bukan karena pukulannya Jimin tidak mungkin koma.

Sewaktu Rapmon akan membantunya berdiri, Jungkook sudah terlebih dulu bangkit dan berlari kesetanan menuju parkiran.

Jungkook mengendarai mobilnya menuju rumah sakit. Ia yakin pasti dirumah sakit yang sama dengan Ra In dirawat dulu.
 

TBC
Jangan lupa Voment ya โ˜บ

Jimin selfi dulu ya ๐Ÿ˜Š

๏ฟผ

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • indriyani

    @yurriansan Iyaa ya, haha๐Ÿ˜. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. ๐Ÿ˜Š

    Comment on chapter Dia-ku
  • yurriansan

    aku ada masukan nih, untuk istilah asing baiknya dikasih footnote. untuk orang yang udah lama gk ke korea (drama, maksudnya) gk tau artinya. so far bagus. kental korea,

    Comment on chapter Dia-ku
  • indriyani

    @aisalsa09 Okee oke.. Makasih ya sarannya ๐Ÿ˜˜

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • indriyani

    @ShiYiCha makasih yaw hehe

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • aisalsa09

    Aku sukanya Jung Soek dong, wkwk
    Btw untuk bagian deskripsi, yang cerita tentang, C nya kapital aja gimana? Hwaiting eonni :))

    Comment on chapter Dia-ku
  • ShiYiCha

    Korea-nya kental sekaleh. Good FF

    Comment on chapter Lukisan Dia
Similar Tags
Kita
579      383     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'
The Twins
4123      1416     2     
Romance
Syakilla adalah gadis cupu yang menjadi siswa baru di sekolah favorit ternama di Jakarta , bertemu dengan Syailla Gadis tomboy nan pemberani . Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat . Tapi tak ada yang menyadari bahwa mereka sangat mirip atau bisa dikata kembar , apakah ada rahasia dibalik kemiripan mereka ? Dan apakah persahabatan mereka akan terus terjaga ketika mereka sama ...
Once Upon A Time: Peach
975      584     0     
Romance
Deskripsi tidak memiliki hubungan apapun dengan isi cerita. Bila penasaran langsung saja cek ke bagian abstraksi dan prologue... :)) ------------ Seorang pembaca sedang berjalan di sepanjang trotoar yang dipenuhi dengan banyak toko buku di samping kanannya yang memasang cerita-cerita mereka di rak depan dengan rapi. Seorang pembaca itu tertarik untuk memasuki sebuah toko buku yang menarik p...
Move On
229      188     0     
Romance
"Buat aku jatuh cinta padamu, dan lupain dia" Ucap Reina menantang yang di balas oleh seringai senang oleh Eza. "Oke, kalau kamu udah terperangkap. Kamu harus jadi milikku" Sebuah awal cerita tentang Reina yang ingin melupakan kisah masa lalu nya serta Eza yang dari dulu berjuang mendapat hati dari pujaannya itu.
SURAT CINTA KASIH
553      399     6     
Short Story
Kisah ini menceritakan bahwa hak kita adalah mencintai, bukan memiliki
Arion
1031      590     1     
Romance
"Sesuai nama gue, gue ini memang memikat hati semua orang, terutama para wanita. Ketampanan dan kecerdasan gue ini murni diberi dari Tuhan. Jadi, istilah nya gue ini perfect" - Arion Delvin Gunadhya. "Gue tau dia itu gila! Tapi, pleasee!! Tolong jangan segila ini!! Jadinya gue nanti juga ikut gila" - Relva Farrel Ananda &&& Arion selalu menganggap dirinya ...
Help Me
5493      1677     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...
Million Stars Belong to You
452      234     2     
Romance
Aku bukan bintang. Aku tidak bisa menyala diantara ribuan bintang yang lainnya. Aku hanyalah pengamatnya. Namun, ada satu bintang yang ingin kumiliki. Renata.
Dialog Hujan
518      370     3     
Short Story
Tak peduli orang-orang di sekitarku merutuki kedatanganmu, aku akan tetap tersenyum malu-malu. Karena kau datang untuk menemaniku, untuk menenangkanku, untuk menyejukkanku. Aku selalu bersyukur akan kedatanganmu, karena kau akan selalu memelukku di dalam sepiku, karena kau selalu bernyanyi indah bersama rumput-rumput yang basah untukku, karena kau selalu menyebunyikan tangisku di balik basahmu.
In Love With the Librarian
14905      2780     14     
Romance
Anne-Marie adalah gadis belia dari luar kota walaupun orang tuanya kurang mampu, ia berhasil mendapatkan beasiswa ke universitas favorite di Jakarta. Untuk menunjang biaya kuliahnya, Anne-Marie mendaftar sebagai pustakawati di kampusnya. Sebastian Lingga adalah anak tycoon automotive yang sombong dan memiliki semuanya. Kebiasaannya yang selalu dituruti siapapun membuatnya frustasi ketika berte...