Voment-nya jangan lupa ya โบ
"Kau datang sendirian kan?"
J-Hope menoleh karena tersadar dengan kedatangan ayah Jimin. Anggukan kepala J-Hope memicu munculnya pertanyaan lain dari pria paruh baya itu.
"Apa kau sudah memberitahu yang lain?"
J-Hope diam dan benar-benar mengacuhkan pertanyaan itu. Ia saja tidak tahu akan menjawab apa. Jadi, cowok itu hanya memilih memandang wajah Jimin yang pucat dengan mata sayu nya.
"Kurasa kau sedang bingung, kan?"
"Aku akan melihat Jimin tersadar dulu, mungkin..." J-Hope menelan ludahnya dulu sebelum melanjutkan pembicaraannya.
"Meskipun Jimin nanti membenciku, aku akan mengatakan pada yang lain, ahjussi"
Ayah Jimin atau Tuan Park menepuk-nepuk pundak J-Hope. Ah...ini sudah berapa lama ya Jimin koma? Ayah Jimin sungguh rindu melakukan hal serupa pada anaknya.
"Kalo Jimin koma nya lama?"
J-Hope mengikuti langkah Ayah Jimin dan duduk berdampingan disofa yang mengarah langsung ke Jimin.
"Dokter bilang, ini hal buruk yang terjadi kalau kemoterapinya tidak berhasil"
"Bukan tidak berhasil...
Sia-sia. Jimin kemoterapi hanya untuk mengurangi rasa sakit nya saja"
Ayah Jimin melihat seragam
J-Hope dan tersenyum pada teman anaknya itu. Seolah dari mata J-Hope sendiri Tuan Park dapat melihat ketulusan.
"Umurnya hanya---"
"Ahjussi, biar Tuhan yang tau saja. Jebal..."
Ayah Jimin terkekeh. Ia juga merasakan hal yang sama saat akan mendengar analisis Dokter. Bahkan hal itu terjadi dua kali dalam hidupnya. Pertama istrinya dan sekarang anak satu-satunya. Mungkin ayah Jimin akan sedikit berkurang rasa sakitnya andai memiliki anak lain.
"Baiklah. Ahjussi hanya akan mengatakan hal-hal yang baik saja"
"Maaf tidak membalas pesanmu, ponselku mati, aku baru melihatnya saat melihatmu sudah disini"
"Ah...ahjussi kau membuatku menunggu"
"Ini akan jadi yang terakhir. Nanti ahjussi janji akan selalu membalas pesan mu"
"Ne"
"Kau tau gadis yang sedang disukai Jimin?"
"Ne...?" J-Hope terlonjak dan mengingat-ingat kebersamaannya dengan seorang Jimin yang dikenal cukup dingin terhadap seorang gadis. Bahkan baru sekarang ini J-Hope mendengar ada yang sedang disukai sahabatnya.
"Aku baru pertama kali mendengar kalo Jimin menyukai seseorang"
"Ahjussi juga sangat penasaran. Siapa gadis itu yang sudah berhasil membuat Jimin semangat dan tersenyum"
...
Ra In menarikan kuasnya pada kain kanvas, ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya hingga menggambar sebuah wajah itu kembali. Bukankah hatinya sedang patah. Namun, seluruh badannya tidak bisa menolak hal tersebut.
"Apa aku menjijikkan?" gumam Ra In menyembunyikan senyum getirnya berbicara dengan sebuah lukisan yang tidak akan pernah bisa memberikan jawaban.
Hhh...Ra In menghela napasnya dan membawa lukisannya kedalam lemari khusus yang ia gunakan untuk menyimpan lukisan-lukisan buatan tangannya. Senyumnya kembali mengembang saat menyadari sudah ada dua buah lukisan wajah Jimin.
"Ra In-ah"
Gadis itu menoleh dan menatap seorang perempuan cantik dihadapannya. Ia sedikit kaget menyadari bagaimana Ibu Jungkook bisa tiba-tiba ada dihadapannya.
"Bibi?"
Ra In dan Ibu Jungkook saling duduk berhadapan diruang tengah. Ini sudah lebih dari tiga bulan lamanya sejak ibu Jungkook menghadiri rumah sahabatnya itu.
"Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat rumah ini. Ibumu dimana?"
"Eomma sedang ikut ke pesta pernikahan karyawan Appa, bibi. Oh, iya bagaimana jus buatan ku?"
Ibu Jungkook tersenyum dan kembali menyeruput jus apel buatan Ra In.
"Seperti biasa, Mashita.."
"Kau harus sering datang kesini, Bi. Aku akan buatkan jus lainnya untukmu"
"Ra In-ah..."
Ra In mendongakkan kepalanya menatap lebih dalam wajah cantik ibu Jungkook. Memang benar, meskipun sudah memiliki anak dan mengurus rumah tangga Ibu Jungkook masih terlihat sangat cantik sekali. Pantas saja Jungkook memiliki wajah tampan sedikit cantik. Heheh....Ra In terkekeh dalam lamunannya.
"Apa Jungkook punya pacar, nak?"
"Uhuk..uhuk.." Ra In kaget luar biasa hingga hampir saja minuman yang sedang akan masuk kedalam perutnya terasa akan keluar kembali.
"Apa itu benar?"
"Hmm...itu..anu" bagaimana cara menjelaskannya. Bagaimana mungkin Ra In bilang kalau baru beberapa hari ini Jungkook meminta gadis itu menjadi pacarnya.
"Benar ya?---" Nyonya Jeon memandang Ra In seraya mengeratkan ikat rambutnya yang mulai kendor.
"Bibi pernah mendengar Jungkook berbicara lewat telfon dengan temannya mereka membahas seorang gadis. Bibi sangat penasaran. Bagaimana kalau gadis itu nakal sama seperti dia?"
Ra In hanya diam dan mengatakan dalam hati seperti 'gadis itu aku, Bibi'. Tidak, sekali lagi Ra In lupa kalau mereka belum resmi pacaran. Pun Ra In memang hanya menganggap Jungkook sahabat.
"Kenapa dia tidak pacaran denganmu saja? Bibi akan sangat setuju. Oh, kau harus tau cerita ini. Saat usia kalian tujuh tahun, kau ingat kan Jungkook Merayakan ulang tahunnya di rumah pamannya Chansung?"
Ra In mengangguk, ia juga ingat saat itu merengek ingin menyusul Jungkook ke Busan. Kenapa rasanya baru kemarin ia dan Jungkook bersama-sama meniup kue tart, dan Ra In menangis karena Jungkook memoleskan krim ke wajahnya.
"Aku pernah membahas dengan orang tua mu akan menjodohkan kalian berdua"
Mata Ra In membulat sempurna. Ada rasa kecewa dalam hatinya. Pastilah ibunya dan ibu Jungkook sangat mendukung hal itu. Bagaimana tidak? mereka sudah menjadi sahabat sejak lahir. Sama halnya dengan dirinya dan Jungkook. Tapi, Ra In tidak bisa mencintai Jungkook seperti dia mencintai Jimin.
"Bibi, apa kau mau tambah lagi jus nya?" tanya Ra In mencoba mengalihkan pembicaraannya.
"Tidak Ra In bibi akan pulang. Tadinya bibi mau bertemu ibumu karena kan sebentar lagi hari jadi pernikahan bibi"
"Benarkah? Oh...chukkae bibi. Aku pasti akan datang, kapan?"
"Nanti bibi beritahu, masih seminggu lebih lagi sayang---"
Baru saja Ra In akan mengatakan sesuatu tapi ibu Jungkook keburu membuka mulutnya.
"Tolong kau cari tahu siapa gadis itu ya"
...
Ra In menumpuk buku-buku yang diambilnya dari ruang guru. Buku itu hanya ada delapan buah, tapi tebalnya bagaikan dua novel ditumpuk. Meskipun Ra In kewalahan memegangnya. Tetap saja Min Rae tidak ada niatan membantu, kecuali Ra In meminta.
"Jadi kau akan mewakili sekolah kita bersama Minhyun Sunbae ?"
"Wah...Nam Ra In bagaimana kau bisa seberuntung ini?"
"Andai saja aku punya otak sepertimu"
Brukk!
Ra In menggeram saat buku-buku tebal itu berjatuhan dan Min Rae hanya menunjukkan senyum kudanya.
"Kau tidak memintaku untuk membawanya. Jangan salahkan aku" bela Min Rae.
"Harusnya kau peka"
"Sorry aku memang tidak peka seperti Rapmonmu"
"Rapmonku?" yang benar saja Min Rae masih salah paham maksud Ra In. Waktu itu Ra In mengucap nama Rapmon karena namja itu ada dihadapannya.
"Kau kan suka padanya. Oh itu dia---" Ra In menoleh dan melihat Rapmon tengah berjalan bersama Taehyung menuju minimarket sekolah.
"Rapmon" Min Rae berlari meninggalkan Ra In yang masih membereskan buku. Tanpa ingin memperpanjang kesalahpahaman itu, Ra In berlari sendiri meninggalkan tempat. Untungnya Min Rae tidak tahu.
Bodo amat sama Rapmon.
...
"Kenapa Min Rae mencarimu?" tanya Suga setelah mendengar cerita Taehyung. Seperti yang telinga mereka tangkap bahwa cerita Suga menarik, Jin dan Jungkook merapat mengerubungi Rapmon.
"Ada rahasia besar chingu..." Rapmon menjentikkan ibu jari dan jari telunjuknya.
"Sebenarnya Ra In suka sama--" Rapmon menunjuk dadanya dengan rasa bangga melebihi apapun.
"Hahah..." tawa Suga menggelegar dan diikuti jitakkan keras pada kepala Rapmon. Bodo amat dengan tampang melasnya.
"Kebanyakan main tik tok jadi kesambet nih bocah" rutuk Jin.
"Kesambet apa?" timpal Taehyung.
"Yey...dibilangin nggak pada percaya"
"Apa hubungannya dengan Min Rae, Sate!" Suga kembali menoyor kepala Rapmon. Lagi-lagi tanpa menghiraukan bahwa Rapmon meringis.
"Sate?" Taehyung menaikkan alisnya tanda tidak paham dengan kata itu.
"Kemarin dia dan Amel video call. Si Amel makan sate, makannya si Suga jadi inget terus makanan itu" Jelas Jungkook yang sedari tadi hanya menyimak percakapan tentang Rapmon yang katanya disukai Ra In.
Jujur Jungkook memikirkan hal itu. Apa benar jika Ra In menolaknya karena menyukai Rapmon. Jadi selama ini ia menjadi penghalang antara Rapmon dan Ra In?
"J-Hope tidak masuk?" Jungkook menekan tombol hijau menghubungi J-Hope. Yang lain juga ikut menunggu berharap J-Hope mengangkatnya.
"Tidak ada jawaban?" Jin mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang bergetar. Sontak senyumnya mengembang. Nama Nayeon tertera di chat room di akun Whats Up nya.
Rapmon mengalungi leher Jungkook dengan lengan kanannya.
"Bagaimana kalau Ra In mencintaiku?"
Jungkook berdiri dan meninggalkan kantin.
"Sinting"
...
Jungkook tidak sengaja menemukan J-Hope sedang berbincang dengan salah satu teman kelasnya yang Jungkook ketahui bernama Jaehyun. Tapi apa yang mereka bicarakan membuat Jungkook sedikit merasa heran. J-Hope bertanya soal pelajaran?
"Kalau ada yang ingin ditanyakan bilang saja ya?"
"Pasti nya. Tolong biarkan aku ikut kelompok mu, Jaehyun"
"Tentu saja"
Jungkook sungguh tidak bisa berkata-kata dengan perubahan
J-Hope yang sangat singkat. Pantas saja ia tidak ikut ke kantin hari ini.
"J-Ho..." Baru saja Jungkook akan memanggilnya tapi dua orang yang tadi tengah mengobrol tiba-tiba saja berjalan menjauh.
Kembali Jungkook melangkahkan kakinya dan berhenti didepan kelas Ra In. Dia melihat kelas Ra In sedikit sepi karena sekarang waktu istirahat. Tapi, Jungkook tidak melihat gadis itu di kantin.
"Min Rae"
"Wae?" tanya Min Rae yang mengetahui ada Jungkook saat dirinya sedang mengobrol dengan dua teman perempuan.
"Ra In..."
"Oh..dia sedang belajar di perpus untuk OSN nya"
Mata Jungkook melebar dan segera berlari menuju perpustakaan tanpa mendengar kelanjutan Min Rae ataupun mengucapkan terima kasih.
Begitu kakinya menapaki lantai perpustakaan suasana hening naik kepermukaan. Jungkook melihat Ra In memang tengah menulis sendirian hingga tiba-tiba seorang yang Jungkook ketahui sebagai tutor belajar Ra In datang dan berbincang sebentar dengan Ra In. Lalu gadis itu tersenyum dan kembali menulis.
Melihat pemandangan seperti itu Jungkook tidak bisa diam saja. Ia meraih sebuah novel dan duduk disamping Ra In.
"Minhyun Sunbae apa jawabanku yang ini benar?" Ra In menyerahkan buku tulisnya pada Minhyun.
"Kau menggunakan cara yang ini?" Minhyun menunjuk sebuah soal dan Ra In mengangguk.
"Benar sih. Tapi, coba pakai yang seperti punyaku. Kalau hasil akhirnya sama, berarti kau benar"
"Baiklah"
Jungkook melirik lewat ekor matanya dan melihat Ra In masih sibuk mengerjakan soal yang sama. Sangat membosankan---pikir Jungkook.
"Bagus Ra In. Tinggal kau masukan nilai T-nya dari hasil T akhir dikurangi T awal"
"Hasilnya sama, Sunbae"
"Kau berhasil"
"Yess"
Ra In dan Minhyun saling ber-tos ria dan melempar senyum lebar. Jungkook jengah melihat pemandangan itu. Apalagi menyadari bahwa Ra In tidak melihat dirinya.
"Ekhem" dehem Jungkook membuat Ra In melihat kearahnya.
"Kookki..?"
Jungkook menjauhkan novelnya dan memandang Ra In. Alis Jungkook naik turun membuat Ra In ingin menjitaknya.
"Kenapa kau ada disini?"
"Tadinya aku ingin mengucapkan selamat padamu. Tapi..." Jungkook melihat kearah Minhyun yang juga balas menatapnya.
"Aku akan disini mengawasi calon pacarku"
"Calon pacar?" pertanyaan itu keluar dari mulut Minhyun. Sedetik kemudian Minhyun terkekeh dan menutup bukunya.
"Baiklah. Kita cukup kan untuk sekarang, lagi pula sebentar lagi bel. Kurasa sekarang aku harus pergi dan membiarkan kalian saling berbicara"
"Bye..." Minhyun pergi membawa buku-bukunya.
Ra In juga tidak berniat belajar saat ada Jungkook. Yang ada dirinya tidak akan fokus tapi malah terganggu. Apalagi setelah mendengar Jungkook membahas tentang 'pacar'.
"Kau mau kemana?" Jungkook mengejar Ra In yang meninggalkan Perpustakaan dengan tanpa dirinya.
"Kenapa kau menyusul ku?"
"Untuk mengucapkan selamat. Kau hebat bisa mewakili sekolah. Fighting! sendok itali-ku" Jungkook mengacak rambut Ra In.
"Yakh! Kau membuatku berantakan"
"Apa yang kau katakan tadi didepan Minhyun Sunbae? huh?"
Ra In meneliti wajah Jungkook. Kenapa dengan cowok itu?
"Oh...yang aku bilang 'calon pacar' itu kan?" Ra In mengangguk masih dengan wajah sensinya.
"Hei, memangnya kenapa? bukankah sejak aku menembakmu kau belum menjawabnya. Berarti kau calon pacarku, apanya yang salah"
"Tetap saja apa kau harus bilang begitu didepan nya?"
"Hei apa kau menyukai nya?"
"Tidak"
"Apa kau menyukai Rapmon makanya kau tidak menerima ku karena merasa tidak enak padanya?"
"Kenapa kau bilang begitu? tidak!"
"Tidak apa? tidak mau jadi pacarku?"
"Bukan begitu"
"Apa? kau menyukai Rapmon kan?"
"Tidak"
"Lalu apa? kau bahkan tidak menyukaiku ....iya kan?"
"Tidak"
"Tidak? Lalu apa kau menyukaiku?"
Ra In menelan ludahnya susah payah. Kenapa perdebatan tentang Minhyun malah mengarah pada hal-hal se-sensitif ini.
"Ah...Molla" Ra In berlari menjauhi Jungkook.
"Nam Ra In"
...
J-Hope pergi meninggalkan kelas setelah mendengar bel pulang. Ia sebenarnya menyadari jika Suga dan Taehyung mengejarnya .Tapi ia mengabaikan itu, demi menjaga rahasianya.
Saat melihat sebuah mobil melaju didepannya, J-Hope melambai membuat mobil tersebut berhenti dan sebuah wajah menyembul dibalik kaca mobil itu.
"Jaehyun, boleh aku menumpang"
"Tentu"
J-Hope segera masuk dan melihat Suga dan Taehyung yang masih mengejarnya. Bahkan meskipun mobilnya sudah jauh.
"Aku rasa J-Hope benar-benar dalam masalah" gumam Suga.
"Kau benar. Terakhir kali dia bilang kan ibunya bahkan memotong uang sakunya. Apa jangan-jangan---"
"J-Hope dilarang berteman dengan kita?"
Taehyung mengangguk seraya menjentikkan jarinya. Tidak bisa mereka bayangkan bahwa pertemanan mereka membuat
J-Hope dalam masalah. Keluarga J-Hope pasti merasa kecewa padanya. Tak pelak Suga dan Taehyung merasa bersalah padanya.
"Haii...semua" Jin datang dengan wajah nya yang berseri-seri.Saat sadar Suga dan Taehyung malah menekuk wajah mereka Jin menjitak kepala mereka masing-masing tepat diubun-ubun.
"Yakh! Bosan hidup?" teriak Suga. Jin meringis lupa siapa yang dijitaknya. Seorang suga yang sangar.
"Sudah modusin Nayeon nya?" tanya V.
"Dia tidak mau diantar bukannya akan jalan dengan Jackson itu. Tapi dia juga ada tutor OSN. Tapi...tapi, hari ini dia mau nonton guys...sama aku"
"Kau pasti sangat bahagia"
"Taeh...kembaran mu datang" Suga menunjuk seseorang yang mirip dengan Taehyung tengah berjalan mendekati mereka.
"Baekhyun Hyung..? Kau pergi dengannya? bagaimana acara kita"
Taehyung mengalungkan lengan kanan dan kirinya pada Jin dan Suga. Kemudian berbisik pada keduanya.
"Aku absen hari ini. Bye..." Taehyung mendorong bahu Suga dan Jin yang sudah melotot setelahnya.
Baru saja Suga dan Jin akan pergi tiba-tiba Rapmon dan Jungkook datang dengan nafas terengah-engah.
"Apa yang terjadi?" tanya Jin.
"Kita...ki..kita dikejar. Ayo...ayo lari" rupanya Jungkook dan Rapmon hanya mampir sebentar untuk memberitahu Jin dan Suga bahwa mereka sedang dikejar.
Saat Suga menengok kebelakang penasaran dengan sosok yang mengejar kedua temannya itu, mata Suga langsung membulat. Ia pun menarik Jin hingga mereka berlari terbirit-birit mengejar Jungkook dan Rapmon.
"Jangan lari kalian. Dasar anak-anak nakal. Aigoo..."
"Rapmon...mau kemana kau?"
"Kau mau jadi anak durhaka?"
"Rapmon !!!"
TBC
Bisa tau dong yaa siapa yang ngejar mereka....yapss Rapmon Eomma ๐
selamat hari senin-- dari Jimin ๐
๏ฟผ
Jangan lupa komentarnya
@yurriansan Iyaa ya, haha๐. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. ๐
Comment on chapter Dia-ku