Yuhuu...up dua sekaligus
Jangan Lupa Voment ya ☺
Rye Hyun keluar dari mobil berwarna putih yang dikendarai Suho. Terhitung dua minggu setelah kematian Ibunya, hidup Rye Hyun serasa sangat berbeda. Meskipun mendapat banyak perlakuan tidak mengenakkan. Seorang Ibu tetaplah seorang Ibu. Malaikat yang Tuhan berikan untuk menjaga kita. Rye Hyun melewati masa sulitnya selama ini dengan bantuan Suho dan Xiumin yang tidak pernah berhenti menghibur dirinya.
Suho dan Ayahnya kini menetap kembali di Korea. Suho juga telah memutuskan kembali bersekolah sembari sesekali ikut mengurus bisnis nya yang baru dirintis di Amerika.
"Oppa...mau mengambil kembali jabatan ketua osis nya?" tanya Rye Hyun pada Suho disampingnya yang terus menggenggam tangan adiknya.
"Tidak. Oppa sudah menyerahkannya dengan baik-baik pada Luhan. Rye Hyun-ah, lagipula yang lebih penting sekarang adalah Oppa harus segera lulus dan melanjutkan pendidikan supaya bisa langsung mengurus perusahaan di Amerika"
Rye Hyun mengerucutkan bibirnya mendengar penuturan Suho.
"Jadi, Oppa akan tetap pergi ke Amerika?"
"Ne. Oppa akan kuliah disana dan kembali membangun perusahaan yang Oppa bangun sendiri. Kau ikut saja"
Rye Hyun memang tidak bisa pisah dengan Suho. Tapi, hatinya terasa sudah terbiasa dengan itu. Apalagi, sejak Suho ke Amerika tanpa kabar membuat Rye Hyun mengerti bahwa kakaknya melakukan itu semua demi keluarga.
"Aku tidak tahu"
"Pilihan itu ada padamu, Rye Hyun. Oppa hanya ingin yang terbaik untukmu"
Suho memastikan adiknya masuk ke kelas dan duduk dibangkunya. Suho melihat adiknya tengah berbincang dengan Park Nopi. Tunggu, dimana Irene?
"Suho-yah...Annyeong"
Suho melirik gadis disebelahnya yang tengah melambaikan tangan sembari tersenyum lebar. Senyum yang sudah sangat lama terasa aneh bagi Suho.
"Kau kenapa sangat bahagia Nona Bae?" tanya Suho.
Mereka masih berdiri diambang pintu kelas Rye Hyun. Irene yang baru datang dan melihat Suho memilih menemuinya dahulu sebelum masuk kedalam kelasnya.
"Karena Rye Hyun juga bahagia"
Luar biasa. Itulah kata yang bisa Suho pikirkan untuk Irene. Gadis cantik yang berbaik hati. Tunggu, apa barusan Suho mengatakan Irene cantik?
"Hei...kau kenapa diam?" Irene berhasil menyadarkan kembali Suho.
"Mian. Aku terpesona--"
"Eh?" Irene tidak salah dengar kan atau...
"Ma-maksudku aku sedang melamun tadi. Mian Irene"
Padahal kalaupun Suho benar akan mengatakan itu, Irene akan sangat senang.
"Kau akan ke kelas?" tanya Irene mencoba mencari topik lain.
"Benar. Tapi, aku sedikit merasa kehilangan. Kyungsoo adalah salah satu teman baik ku. Aku masih tidak menyangka dia melakukannya"
Irene menepuk bahu Suho yang tengah membayangkan perlakuan jahat Kyungsoo pada teman-temannya. Terlebih mengetahui bahwa adiknya juga menjadi korban, Suho sangat tidak menyangka.
"Tapi, Kyungsoo juga melakukan itu karena mengalami gangguan jiwa. Aku bukannya ingin membela dia. Tapi, mendengar penjelasan tentang balas dendam dari Xiumin dan Baekhyun. Aku rasa ini semua terjadi karena keadaan"
Lagi-lagi Irene membuat Suho terhipnotis. Bukan hanya wajahnya yang menawan tapi perkataan dan sikap gadis itu juga membuat bibir Suho melengkung. Andai Irene juga tahu Saat ini hati, jantung, lambung, usus, ginjal. Hehe....semua organ ditubuh Suho juga tersenyum. Mungkin saja jika Tuhan menciptakan wajah untuk organ Suho.
"Gomawo Irene. Aku memang tidak pernah salah menitipkan hati ku padamu"
"Mwo?" kening Irene berkerut. Apa lagi yang Suho katakan. Kenapa dia sampai dua kali mengatakan kalimat salah.
"Maksudku, menitipkan adikku padamu" ulang Suho dengan menekankan kata adik.
Irene terkekeh kecil. Masih pagi tapi Suho sudah membuatnya kejang. Hampir saja.
"Morning bebeb Irene ku sayang. Pacarmu yang handsome sudah datang" Tao mencolek dagu Irene dan menggeser Suho agar bisa berhadapan dengan Irene.
"Ih...Tao. Apa-apan sih? Bebeb...bebeb pantatmu gosong!"
Tao malah tersenyum cengar-cengir tidak jelas menanggapi celotehan Irene. Baginya mau Irene marah atau senang gadis itu akan tetap terlihat cantik.
Suho mendorong tubuh Tao dan membuat namja itu masuk ke kelas.
"Masih pagi udah nebar virus. Dasar Tao!"
Irene tersenyum melihat Suho. Entah, kenapa ia memikirkan apakah kalimat Tao mengganggu Suho?
"Suho-yah...Tao bukan pacarku"
Ujar Irene.
"Maksudmu?" balas Suho pura-pura tidak mengerti. Padahal ia jelas tahu Irene tidak mau Suho salah paham. Tapi, Suho hanya ingin melihat wajah merah Irene yang membuat jantung dan organ lainnya tetap tersenyum.
"Iya itu maksudku. Hanya menginfokan. Sudah aku masuk
Bye...!" Irene meninggalkan Suho yang masih terkekeh diambang pintu kelas. Suho menggaruki kepalanya dan tiga detik berikutnya pergi ke kelas sendiri.
***
Kai menumpuk buku-buku menjadi menggunung dan Sehun sudah bertekad tidak mau membantu. Sehun hanya memilih judul buku yang harus Kai kumpulkan.
"Daritadi numpuk-numpukin sampe menggunung tuh Kai. Kamu nggak mikir bawanya kaya gimana " kata Sehun dengan memberikan buku terakhir yang harus Kai kumpulkan.
"Bodo amat, Hun. Kesel banget aku sama Miss Anne. Musuh banget dia sama aku ya. Harusnya kasih aja hukuman yang lain. Lagian ya, Hun. Yang lebih gawat itu bagaimana aku baca semua buku ini" wajah Kai memelas kehilangan semua tenaganya. Anak malas seperti Kai, melihat buku-buku tebal bawaannya pengen dibakar.
Sehun tertawa renyah menyaksikan kegundahan sahabatnya.
"Aku sudah kasih info ya, Kai. Miss Anne larang aku bantu kamu. Hehe...bukan apa-apa" ejek Sehun semakin menambah keruwetan di wajah Kai.
"Siapa juga yang butuh bantuan kamu. Masalah cewek aja ribet, bagaimana bisa suruh bantu bawa buku" balas Kai tak kalah sengit.
Sehun menyikut perut Kai pelan.
"Ngejek terus. Daripada situ belum juga punya cewek"
Ditanya pertanyaan itu dari Sehun. Kai jadi teringat soal Sis Kae. Bagaimana jika Kai mengajaknya kencan? Apa Sis Kae akan menerimanya atau menolaknya. Tentang Xiumin yang juga masih menjadi misteri. Kakaknya pasti bukan tanpa alasan melibatkan Sis Kae ke dalam dramanya.
"Pamer aja" sindir Kai.
Tiba-tiba Kai menangkap Kakaknya tengah mendekat kearahnya bersama teman-temannya.
"Hyung" teriak Kai dan langsung mendapat pelototan dari penjaga perpustakaan.
Xiumin mendekati Kai diikuti Chen, Baekhyun dan Chanyeol. Melihat ada Chanyeol, sontak Sehun memilih memandang tumpukan buku Kai.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Xiumin.
"Dihukum sama Miss Anne suruh baca buku-buku ini. Se.Mu.A.Nya" tekan Kai satu persatu. Mata Xiumin melebar melihat tumpukan buku yang disusun oleh adiknya. Setahu Xiumin, adiknya paling benci pada buku. Kasihan nya adik Xiumin harus dihukum begitu.
"Wah...Ini makanan Baekhyun" sahut Chen seraya menyikut lengan Baekhyun.
"Nah, iya. Gimana kalau misalkan Baekhyun jadi tutor kamu aja, Kai" usul Chanyeol.
Baekhyun tidak menolak.Ia juga senang-senang saja mengajari Kai.
Tapi, Xiumin kayanya tidak setuju. Ia lebih memikirkan hal buruk jika Baekhyun sering kerumahnya. Sis Kae pasti sering bertemu dengan Baekhyun.
"Tidak perlu. Kai pasti mengabaikan bukunya" timpal Xiumin.
"Hyung~~" rengek Kai.
Chen dan Baekhyun ikut tertawa mendengar perdebatan adik dan kakak itu.
"Kai, pulangnya mampir dulu ke kafe Chanyeol. Kau ikut ya?" ajak Xiumin.
"Siap, Hyung!" Kai membentuk tangannya menjadi hormat.
"Ayo cepat kita cari buku sebelum bel masuk" ajak Chen. Tangannya sibuk mendorong-dorong tubuh ketiga sahabatnya menuju rak buku.
Kai menepuk bahu Sehun.
"Woii...diem-diem bae. Bantuin bawa nih"
"Ogah..." Sehun berlalu tanpa menoleh meninggalkan perpustakaan. Wajah Kai langsung berubah merah karena emosinya naik hingga ubun-ubun.
"Yakh! Oh Sehun"
"Xiumin hyung~~ bantuin bawa"
Kai merengek-rengek bebas, melupakan dimana ia sedang berada. Petugas perpustakaan langsung berkacak pinggang didepan Kai.
"DIAM! INI PERPUSTAKAAN!"
***
Sepulang sekolah Sis Kae akan pulang bersama Han Mel. Hari ini ia ingin belajar bersama untuk ujian kenaikan kelas yang akan berlangsung satu bulan lagi.
Mereka berdua menaiki bis dengan candaan yang tidak pernah terhenti. Rasanya sudah lama tidak pernah se bahagia ini.
Sis Kae memperlihatkan sebuah foto masa kecilnya yang pernah ia ceritakan pada Han Mel bahwa hubungannya dengan Xiumin sangat manis.
"Kalian sudah pacaran?"
Jleb---
Rasanya mendengar pertanyaan itu, bunyi guntur menyambar tubuhnya dan air hujan membasahi hatinya. Pacaran? Secara resmi apakah Xiumin memang pernah memintanya menjadi pacar?
Sis Kae mengedikkan bahunya. Ia tidak tahu dan tidak mengerti. Yang terpenting baginya selama ini adalah pertemuannya kembali dengan Xiumin.
"Kau harus meminta kepastian. Bagaimana pun kau tidak mau dia hanya mempermainkan mu kan?"
"Mempermainkan?" alis Sis Kae saling bertautan. Dia tidak mengerti maksud Han Mel.
"Apa dia pernah memelukmu?" tanya Han Mel mengintrogasi.
"Pernah"
"Memberimu bunga?"
"Pernah"
"Boneka?"
"Pernah"
"Kalian sering pergi keluar bersama?"
Meskipun hanya beberapa kali, tapi Sis Kae dan Xiumin memang pernah pergi berdua.
"Tentu. Ke bioskop, jalan-jalan ke sungai Han--"
"Itu kencan namanya" potong Han Mel.
"Apa kau dan Sehun juga begitu?" Han Mel terdiam beberapa saat. Nama itu sensitif bagi Han Mel.
"I-Iya. Lupakan itu" Han Mel mengibaskan tangannya di wajah Sis Kae.Kemudian mendekatkan diri ke telinga Sis Kae dan setengah berbisik.
"Apa Xiumin Sunbae pernah menciummu?"
Mata Sis Kae melebar seketika. Kalimat barusan sangatlah vulgar baginya. OMG! Sis Kae saja tidak tahu apa itu ciuman?
Sis Kae menggeleng.
"Tidak!"
"Apa kau pernah melakukannya?dengan Sehun? Kapan? Berapa kali?"
Kenapa Han Mel memilih pertanyaan tersebut. Dan ingatannya kembali merambat saat perlakuan Chanyeol di gedung berhantu itu. Memang sekilas dan hanya sebentar, tapi itu sama saja kah?
Senjata makan tuan. Pertanyaan darinya sendiri malah menyusahkannya.
"Kalau kau diam berarti iya"
"Sstt..." Han Mel menutup mulut Sis Kae dengan telunjuknya. Suara temannya itu cukup keras. Bagaimana kalau seisi penumpang bis mendengar. Mau ditaruh dimana mukanya?
"Tapi itu bukan ciuman. Hanya menempel saja" tutur Han Mel sembari melayangkan ingatannya pada waktu itu.
Cup!
Cup!
Cup!
Han Mel menggeleng-gelengkan kepala mengusir ingatan itu.
Tidak-tidak tolong lupakan---pikir Han Mel.
"Dengan Sehun? Waw.. bagaimana rasanya?" goda Sis Kae.
"Bukan dengan Sehun" jujur Han Mel. Perlu diingatkan bahwa Han Mel tengah berbicara dengan siapa. Ini Sis Kae, sahabatnya. Tentu saja ia akan jujur. Terakhir kali persahabatan mereka hancur karena kebohongan.
"Siapa?"
Han Mel ragu, tapi apa boleh buat.
"Cha-Chanyeol sunbae"
"Mworago?!"
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Belum nemu end yang pas.😓
Next---
Kim Sis Kae ❤

Irene ❤

Go Han Mel ❤