Dengan menaiki lift Sis Kae berjalan sendirian dengan membawa sebuket bunga. Lay tidak bisa ikut dengannya karena ada keperluan penting harus ia selesaikan.
Tidak begitu jauh ia melangkah setelah keluar dari lift dirinya berhasil menemukan ruangan itu. Aman, saat ini tidak ada seorangpun yang menjenguk.
Perlahan-lahan Sis Kae membuka pintu dan menutupnya kembali. Wajahnya kembali mendung melihat Xiumin sedang tertidur pulas. Gadis itu mengambil duduk dikursi samping ranjang.
Begitu lucunya wajah Xiumin. Sangat polos dan begitu rapuh jika sedang terlelap begitu.
Sis Kae meletakkan buket bunganya diatas nakas. Ia meraih telapak tangan Xiumin. Setetes air mata luruh begitu ia mengingat kejadian kebakaran lab sekolah.
"Umin....Hiks...hiks"
Gadis itu sesenggukan sampai tak bisa berkata-kata. Yang ia inginkan saat ini Xiumin segera sadar.
Digenggamnya tangan oleh Sis Kae tangan namja yang sedang terlelap itu seakan sadar. Ditambah dengan basahnya telapak tangan karena air mata.
"Sis Kae-yah..." lirih Xiumin amat rendah. Yeoja itu segera bangkit hendak memanggil dokter, namun tangannya dicegal Xiumin begitu erat.
"Disini saja" kata Xiumin masih bernada rendah.
Terpaksa Sis Kae kembali ke posisinya. Tangan Xiumin dengan halus menyentuh pipi Sis Kae dan mengusap air mata gadis itu.
"Umin-ah gwenchana?...hiks"
Xiumin mengangguk serta memasang wajah memelas agar dapat diperhatikan lebih oleh SiS Kae. Xiumin suka menggoda Sis Kae.
"Umin pasti sakit kan? Hiks...umin-ah Sakit sekali ya?"
"Ne...sakit sekali Sis Kae. Rasanya aku akan mati"
Sis Kae tersentak mendengar pernyataan Xiumin. Begitu polosnya gadis itu hingga menyerap begitu saja kata-kata Xiumin.
"Ani...Umin-ah... Andwae... jebal.. bertahanlah Hiks...hiks.."
Xiumin kaget melihat tangisan Sis Kae makin kencang. Padahal ia hanya berniat membuat lelucon untuk menghibur diri. Namun, segera ia peluk gadis didepannya sangat erat. Kali ini Xiumin sungguh memasang wajah serius.
"Sis Kae-yah aku hanya bercanda. Aku sungguh takut tak bisa melihat wajahmu lagi" kata Xiumin sambil mengelus rambut Sis Kae.
"Mianhee aku keterlaluan. Saranghae... Kim Sis Kae" lanjut Xiumin.
Tangis Sis Kae langsung terhenti kala mendengar kata-kata Xiumin. Itu adalah kalimat terindah yang gadis itu pernah dengar dari Xiumin.
Beberapa detik berikutnya Xiumin melerai pelukannya. Dihapusnya kembali air mata dikedua pipi Sis Kae penuh kelembutan. Xiumin tersenyum memandang buket bunga diatas nakas yang diyakininya pasti dibawa oleh Sis Kae.
"Kau membawakan ku bunga lagi?" tanya Xiumin.
"Umin bilang waktu itu sedihnya hilang karena aku kasih bunga. Aku kasih bunga lagi sekarang supaya Umin cepat sembuh" jawab Sis Kae datar.
Xiumin mendengus dan menghela napas. Sedetik kemudian ia pun terkekeh.
"Kenapa Umin tertawa?"
"Kau lucu Sis Kae-yah. Bukan bunga yang bikin aku cepet sembuh. Cukup Kamu aja. Kamunya yang aku mau. Bukan bunga"
Deg!
Andai Xiumin mendengar detak jantung Sis Kae. Pipi gadis itu serasa memanas. Merah karena malu.
"Jinjja?" tanya Sis Kae sambil menangkup kedua pipinya.
"Benar" jawab Xiumin.
***
Sementara itu dikamar sebelah....
"Byun... jangan curang dong"
"Apaan sih Chen, kalo kalah yaa kalah aja"
"Nggak bisa dong kamu nya curang"
"Mana ada. Nggak pernah aku curang"
Ayah dan ibu Baekhyun hanya memandang kedua remaja yang sedang ribut main PS dengan tawa yang sesekali terbit dibibir mereka.
Kedua pasangan suami istri itu terlihat begitu bahagia. Baekhyun bisa kembali tertawa itu artinya anaknya sudah benar-benar sehat.
"Baekhyun sayang...Suka PS barunya?" tanya Appa.
"Suka sekali Appa " jawab Baekhyun tanpa menoleh.
"Aboeji...eommoni gomawo PS nya" ucap Chen juga tanpa menoleh. Rupanya permainan mereka sedang seru sekali.
Drrt...drrt...
Ponsel eomma berbunyi dan segera diangkatnya. Rupanya dari orang di kantornya yang memintanya untuk segera kesana.
"Baekki...mianhee eomma dan Appa harus pergi kekantor. Nanti malam kesini lagi. Ne"
"Ne eomma. Nan gwenchana" kata Baekhyun.
"Chen, Aboeji titip Baekhyun ya?" Kata Appa.
"Siap abeoji"
Kedua orangtua Baekhyun keluar setelah mengusap penuh cinta kepala anaknya. Chen yang memeperhatikan itu semakin merasa cemburu saja. Bagaimana pun kedua orangtuanya sibuk dengan pekerjaan. Tapi, Chen tetap bersyukur kedua orangtua Baekhyun sudah menganggap Chen seperti anak sendiri.
"Kau tidak kekamar Xiumin?" tanya Baekhyun.
"Akh...yakh! Kalah lagi. Aigoo"
Teriak Chen.
"Baekki nggak pernah kalah"
"Xiumin belum bangun. Tadi aku sempet liat dia dulu sebelum kesini" jawab Chen mengenai pertanyaan Baekhyun yang belum terjawab.
"Uhuk...uhuk.."
Chen mendekati Baekhyun dan segera membantunya berdiri. Namja itu begitu panik melihat sahabatnya terbatuk.
"Tiduran aja Baek. Aku ambilin minum ya.. "
Baekhyun meraih gelas yang diulurkan Chen. Segera ia menghabiskan isinya. Setelah itu ia kembalikan lagi kepada Chen.
Tak ingin membuat Chen tambah khawatir. Baekhyun pun segera naik keatas ranjangnya lalu tiduran. Sementara Chen duduk disofa sambil memainkan ponselnya.
Baru saja Baekhyun akan memejamkan matanya. Ia dikagetkan oleh seseorang yang datang membuka pintu dengan kuat. Chen yang berada di Sofa ikut bergidik juga.
"Hyung! Kau sakit? Kau pura-pura kan?" Katanya setelah duduk disamping Chen.
Baekhyun mendengus kesal. Bagaimana pun adiknya tetap adiknya, suka sekali tidak percaya pada Hyung sendiri. Demi EXO, bisakah mengutuk adik sendiri.
"Jisung-ah...Hyung nih sedang sakit. Kau kenapa, bertengkar lagi dengan Mark?" ucap Baekhyun menduga-duga.
"Mark? siapa? wae? dia merebut pacarmu?" tanya Chen pada Jisung.
Adik Baekhyun itu kesal. Ia memelototi Baekhyun dan Chen secara bergantian.
"Kalah lagi kan main basketnya dari Mark" cercah Baekhyun.
"Ini semua salahmu Hyung. Ck! Seharusnya aku belajar dari Chen Hyung" Jisung tersenyum kearah Chen.
"Ish...kau ini adik siapa?"
"Hyung aku melihat Xiumin Hyung sudah sadar. Dia sedang berbicara dengan seorang gadis. Cantik" kata Jisung. Chen dan Baekhyun saling bertatapan. Siapa gadis yang dimaksud Jisung? Baekhyun berharap itu bukan Rye Hyun.
"Buru kita kesana Chen"
Baekhyun dan Chen segera pergi meninggalkan Jisung sendirian diruangan itu.
***
Xiumin POV
Aku senang bisa berduaan begini dengan Sis Kae. Bisa menatap wajah cantiknya. Menggenggam tangannya, serta berbincang dengannya.
Gadis itu cantik sekali hari ini. Rambutnya digerai dan mengenakan dress selutut. Sungguh sederhana. Itulah yang membuat aku suka padanya.
"Kau datang sendiri?"
"Anni. Aku diantar Lay Oppa"
Hening seketika menyelimut diantara aku dan Sis Kae. Aku sudah kehabisan kata-kata. Aku juga tidak bisa mengendalikan degup jantungku jika harus memandang terus wajahnya.
"Palli Byun..."
"Sabar...susah tau jalannya..."
"Lupa. Mian...mian sini Mazz Chen ganteng bantu"
Tiba-tiba samar-samar aku mendengar suara orang yang sangat aku kenal diluar. Apakah mereka akan mendatangiku?
"Sis Kae-yah. Ada yang datang"
Gadis itu segera berdiri dan mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan.
"Dimana aku harus bersembunyi?"
Aku ikut mencari tempat untuk persembunyian Sis Kae. Aku takut Chen dan Baekhyun menemukannya.
"Disana" aku menunjuk sebuah lemari. Aku yakin dibalik lemari itu Sis Kae tidak akan terlihat. Untungnya rumah sakit ini begitu besar. Tiap ruangannya dilengkapi bebeberapa benda-benda seperti rumah sendiri.
"Baik. Aku kesana" Sis Kae berlari dan segera menghilang dibalik lemari Aku merasa sangat egois menyembunyikan Sis kae dari orang-orang dekatku. Mianhee...
Wajah Sis Kae menyembul dari balik lemari. Aku tersenyum menenangkan gadis itu. Ia mengangguk dan membalas senyumanku.
Tiba-tiba pintu terbuka dan memperlihatkan dua namja, yang satu mengenakan pakaian rumah sakit sepertiku dan yang lain memakai pakaian biasa.
"Xiumin-ssi. Katakan pada kami siapa yang menemuimu. Siapa yeoja itu?" Baekhyun sepertinya sedang membuat lelucon meniru gaya detektif.
"Yap. Xiumin-ssi apa dan kenapa yeoja itu memberimu bunga. Apa kau pesan bunga seperti hari itu?" Chen membuat aku harus berfikir keras mencari alasan.
Aku menatap kedua sahabatku
"Itu...dari..." jawab ku terbata-bata mencoba mencari alasan.
"Rye Hyun?" alis Baekhyun terangkat. Aku tidak akan menjadikan nama Rye Hyun alasan. Karena mungkin saja gadis itu akan kesini menjengukku. Lagipula aku yakin Sis Kae mendengar nama itu.
"Anni. Bukan dia" jawabku mencoba mengulur waktu.
"Syukur deh" sahut Baekhyun riang sekali.
"Siapa Min? katakan..." Chen selalu menjadi yang tidak sabaran.
"Dia...."
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC ☺