Loading...
Logo TinLit
Read Story - STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
MENU
About Us  

BAGUS KESIANGAN. Seharusnya pukul tujuh pagi tadi dia sudah sampai di bandara Raden Intan. Tapi karena pesawat delay selama dua jam, dia baru sampai di bandara pukul sembilan. Tak sempat pulang kerumah, Bagus langsung menuju ke sekolah sesuai alamat yang diberikan Fandi, dengan menaiki taksi.

             "Permisi Pak .."sapa Bagus pada satpam bagian depan sekolah.

 

 

Seseorang dari balik pos yang berbentuk kotak dengan kaca jendela hitam, keluar. "Ada yang bisa dibantu, Mas?"

            "Saya Bagus. Kemarin saya sudah kirim CV ke email sekolah ini, dan katanya pagi ini saya bisa langsung wawancara."

Satpam itu memperhatikan Bagus dari ujung kepala sampai ujung kaki. Melihat penampilan Bagus, rambut lumayan panjang potongan ala-ala tokoh komik, pakai kalung rantai yang panjang menjuntai kebawah. Muka kucel belum mandi, bedanya tercium wangi parfum saja. Dan, apa itu yang dibelakangnya?

 

Sebuah tas besar yang nampak penuh sesak, kamera menggantung di leher. Berantakan sekali Bagus pagi itu. Apa sekolah mau cari satpam baru ya? pikir si satpam.

             "Tunggu disini sebentar ya Mas, nanti saya lapor ke kepala sekolah dulu."

Bagus mengangguk. "Baik, Pak. Makasih," katanya.

 

Bagus melepaskan tas yang menyangkut dipunggungnya. Ia letakkan dibawah, kemudian ia duduk di sebuah bangku yang ada di samping pos satpam. Sambil menunggu, dia sandarkan tubuhnya yang penat ke tembok..

 

***

"Permisi Pak," si satpam, mengetuk pintu ruangan kepala sekolah. Sunarto, selaku kepala sekolah memperisilahkan Beno-satpamnya, itu masuk.

             "Pak, ada tamu di depan, katanya sudah kirim CV dan hari ini mau wawancara," ucapnya saat berhadapan langsung dengan Kepala Sekolah.

Sunarto, mengernyitkan dahinya berpikir sejenak dan mencoba mengingat. "Ooh," katanya setelah berhasil mengingat sesuatu. "Itu calon guru baru. Suruh masuk aja Pak."

           "Guru?"  Beno nampak bingung, "bukan calon satpam ya, Pak?"

           "Satpam gimana?"tanya Sunarto heran. "Pak Malik kan resign, jadi kita butuh guru untuk gantiin beliau." 

           "Ohh gak, Pak, " Beno tak memberi penjelasan. "Saya panggilin dulu orangnya, Pak, nanti biar bapak ngobrol langsung."

Beno tergopoh-gopoh berlari, menyusul Bagus yang menunggu di depan. "Mas,” katanya, saat sudah menjumpai Bagus, “"diminta langsung ke ruangan kepala sekolah."

 

 

Bagus berdiri dan merapihkan sedikit kemejanya yang tak dikancing sama sekali itu dan menampilkan kaos distro mahalnya.

            "Makasih, Pak!" katanya seraya melangkah masuk.

             "Sama-sama."

Ya ampun, mau jadi guru kok gayanya begitu? Beno jadi bertanya-tanya sendiri.

 

***

Bagus merasa seperti alien. Semua orang memperhatikannya di sekolah. Hampir semua orang yang ditemui Bagus, terperangah tiap melihatnya. Ada dua kemungkinan yang dipikirkan Bagus.

 

Pertama, mereka mungkin belum pernah melihat guru setampan Bagus. Kedua, penampilan Bagus yang berantakan dan kucel. Bahkan sebetulnya Bagus merasa lapar daritadi.

           "Pak Bagus," Sunarto menyadarkan Bagus dari lamunannya. Bagus yang sedang duduk di ruang kepala sekolah sgera menoleh saat di panggil. Sunarto menunjuk seseorang yang baru saja datang. Seorang guru perempuan yang usianya kira-kira sekitar lima puluh tahunan. "Bu Fatma, Ini namanya pak Bagus, rencananya dia yang akan menggantikan Pak Malik."

 

 

Disaat Fatma masuk tadi, Bagus sudah mencium bau minyak angin dari tubuhnya. Entah berapa kali itu di gosok, baunya bercampur dengan pengharum ruangan yang beraroma citrus. Ketika itu dihirup dengan perut kosong, membuat Bagus merasa pusing. Fatma menjulurkan tangan ke arah Bagus, dan Bagus menyambutnya. "Saya Fatma, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, sekaligus guru PKN."

             "Bagus," kata Bagus singkat.

 

 

Fatma mencari tempat duduk,  kebetulan tempat yang kosong ada di depan Bagus. Itu jaraknya dekat sekali dengan Bagus.

            "Jadi, Pak Bagus," Sunarto melanjutkan perbincangan sebelumnya. "Dari hasil tes wawancara dan juga CV yang sudah Bapak kirim. Saya setuju, Bapak untuk bekerja disini menggantikan Pak Malik sementara."

Mendengar penjelasan dari Sunarto, Bagus tersenyum puas. "Makasih, Pak."

            "Kalau begitu, Bapak harap bisa datang ke sekolah besok. Supaya nanti bu Fatma bisa bantu jelaskan."

 

 

Bagus menggarisbawahi kata BESOK. Syukurlah itu berarti dia bisa menghindar dulu dari Fatma. Perutnya yang kosong tak dapat menahan serangan minyak angin dari Fatma.

           "Atau, kalau pak Bagus mau sekarang. saya juga bisa, mumpung siang ini saya kosong."

          "Jangan, Bu!" Bagus menolak. "Mmmh, makasud saya besok aja. Supaya saya lebih ada persiapan."

          "Ohh. Memangnya pak Bagus ini darimana? Sampai bawa tas besar begini?"

 

 

Darimana? Bagus jadi bertanya pada dirinya sendiri. Jika dia mau menceritakan kejadian yang sebenarnya, bisa sampai sore dan mungkin dia tidak akan diterima bekerja disini.

         "Habis liburan di Osaka."

Fatma mengangguk perlahan.

"Gimana Bu? Sesuaikan untuk gantiin Pak Malik? Liburannya aja dari Osaka."

         "Iya, Pak,” Bu Fatma menyetujui. “Yang penting besok kalau mengajar, bajunya yang rapih ya, Pak. Kemejanya dikancing Pak sampai ke atas. Kalau bisa aksesoris yang dipakai jam tangan aja, gelang sama kalungnya dicopot dulu."

Bagus memperhatikan sendiri dirinya. Akhirnya dia paham kenapa semua memperhatikannya daritadi. Penampilan begini, memang mirip tukang palak ketimbang guru.

***

Bagus memesan taksi online untuk pulang ke rumahButuh lima belas menit perjalanan untuknya bisa sampai di rumah. Dia tinggal di perumahan elit daerah Teluk Betung-jantung kotanya Bandar Lampung sesuai pesanan, taksi online tersebut berhenti di sebuah rumah yang berpagar putih.

 

Tak terlalau besar, namun cukup asri dengan banyaknya tanaman yang tumbuh disekitarnya. Bagus turun dari mobil usai membayar ongkosnya.

 

Setelah turun dan berada tepat di depan pagar rumahnya, dia guncang gagang pintu pagar rumahnya berulang-ulang supaya menimbulkan bunyi. Kebetulan, Faiz-adik Bagus yang berumur sembilan belas tahun, sedang berkebun di area halaman samping rumahnya. Dia tengah memindahkan tanaman anggrek bulan milik ibunya ke pot yang lebih besar. Supaya tanaman tumbuh subur, mereka juga menambahkan pupuk kompos kedalam pot.

 

Faiz merasa terusik mendengar suara bising dari depan, tapi malas untuk mencari tahu karena sedang tangung. "Siapa, Gun?" tanya Faiz pada Anggun adiknya.

Anggun mengangkat kedua pundaknya, "gak tau," jawabnya.

            "Liatin dulu sana kedepan."

Anggun yang tengah menikmati waktunya bermain boneka di samping rumah, terpaksa menuruti perintah Faiz. Dia melangkah kedepan, boneka barbie-nya turut serta.

           "Mas Bagus?" katanya diiringi senyum, setelah melihat kakaknya ada di luar pagar.

            "Iya. Buka cepetan!"

 

 

Anggun membuka kunci gerbangnya. "Makasih ya," kata Bagus seraya mengusap lembut kepala adiknya. Anggun mencium tangan Bagus, dan memeluknya di bagian kaki.

          "Kata Papi, Mas Bagus lama pulangnya."

           "Mas Bagus ada kerja'an," jawab Bagus seraya menuntun adiknya masuk. "Papi mana?"

           "Ada. Lagi di ruang kerjanya."

           "Oh!" hanya itu yang Bagus katakan.

 

 

Sayup-sayup Faiz mendengar suara mirip suara Bagus, kakaknya. Namun, ia tak yakin sebelum mengeceknya. Ia tinggalkan kegiatannya mengaduk-aduk pupuk kompos untuk memastikan siapa yang datang.

           "Loh, Mas Bagus pulang?" tanyanya setengah tak percaya.

 

Ada untungnya juga Bagus menerima tawaran Fandi. Dengan menerima pekerjaa'an sebagai guru, setidaknya Bagus punya alasan ketika keluarganya terus bertanya kenapa dia pulang.

           "Iya. Ada kerja'an soalnya," jawab Bagus. Sama seperti Anggun, Faiz- pun mencium tangan Bagus, tanda menghormati.

           "Ih, kok bau?" tanya Bagus seraya mengendus tanganya setelah di sentuh tangan Faiz. Bagus mengendus ulang tangannya, "mmh.." katanya semakin marasakan bau. "Abis ngapain sih, kok bau gini?"

Faiz mengendus juga tanganya, lalu dia menyeringai. "Hee, abis berkebun di samping tadi."

            "Terus?!"

           "Abis ngaduk kompos pake' tangan."

           "Iyak! Jorok gak cuci tangan dulu. itu kan poop sapi!" kata Bagus seraya mencari selang air untuk membasuh tangannya.

 

Faiz merasa bersalah, dan demi menebusnya dia mau membantu Bagus membawakan tasnya.

          "Eit... Shhh.." Bagus justru menghalau Faiz. "Biar Mas sendiri aja yang bawa."

           "Ya udah, kalau gak mau dibantu," Faiz meninggalkan Bagus dan melanjutkan berekebunya kembali.

 

Bagus masuk ke dalam rumah. berjalan mengendap supaya papi-nya tak sadar kalau dia sudah pulang. Setidaknya sampai nanti dia sudah ganti baju dan mengisi perut. Supaya dia bisa kuat kalau nanti mau ditertawakan.

 

Kamar Bagus berada di lantai dua. Ia naiki anak tangga secara perlahan. Kebetulan, ruang kerja papi tepat berada di bawah anak tangga.

 

Langkah Bagus terhenti di separuh jalan, ketika mendengar suara laki-laki berdehem. Bagus menoleh perlahan, Ahhh sial! Bagus mengumpat. Ia dapati papi-nya sudah berada di bawah memandangnya. Sebelah alisnya naik ke atas, seolah isyarat "benar-kan dugaanku". Siap atau tidak, Bagus harus menerima jadi bahan tertawaan hari itu. 

 

How do you feel about this chapter?

0 2 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (30)
  • yurriansan

    @kairadish waaah mksh udh mmpir ke crtaku ini. Tokoh azka memang aslinya ada :).

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • kairadish

    Manusia kayak azka ingetin aku ke temen SMA, dia begitu juga, semua guru diladenin kayak ke temen biasa wkwkwk
    Goodjob kakkπŸ’•

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • yurriansan

    @Riyuni mksh yaa, sdh mau mmpir ke tulisanku :D

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • Riyuni

    temanya bagus kak. Seperti judulnya. Ayo semangat kak untuk menyelesaikannya

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • yurriansan

    @rara_el_hasan ayo ra, lnjutin bca...

  • yurriansan

    @IndyNurliza mksh kak indy...

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • yurriansan

    @ellyzabeth_marshanda iya nama dan sifat

  • rara_el_hasan

    wah keren nih ... mengangkat profesiku

  • IndyNurliza

    Azka πŸ˜‚πŸ˜‚ saya gak tau, lupa.. Gmn pak sawani gak marah coba..
    Lanjutkan ceritanya... Kereen ini sih 😍

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • ellyzabeth_marshanda

    Bagus itu nama nya ya?

Similar Tags
G E V A N C I A
1114      615     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Crystal Dimension
320      222     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Secret Elegi
4313      1270     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Dua Warna
647      445     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Gue Mau Hidup Lagi
431      286     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Can You Be My D?
79      73     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
KETIKA SENYUM BERBUAH PERTEMANAN
536      379     3     
Short Story
Pertemanan ini bermula saat kampus membuka penerimaan mahasiswa baru dan mereka bertemu dari sebuah senyum Karin yang membuat Nestria mengagumi senyum manis itu.
Asa
4658      1387     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...
Marry Me
466      329     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
Teman Khayalan
1685      731     4     
Science Fiction
Tak ada yang salah dengan takdir dan waktu, namun seringkali manusia tidak menerima. Meski telah paham akan konsekuensinya, Ferd tetap bersikukuh menelusuri jalan untuk bernostalgia dengan cara yang tidak biasa. Kemudian, bahagiakah dia nantinya?