Read More >>"> Unending Love (End) (#7 Tingkah Aneh) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Unending Love (End)
MENU
About Us  

Sepanjang tinggal di mansion Axel, terkadang ia terlihat seperti kepala keluarga dengan aura kepemimpinan yang sangat kental. Apalagi ia termasuk ke dalam keluarga bangsawan vampir, kekuatan yang ia miliki lebih besar dari vampir-vampir pada umumnya. Kadang aku masih merasa segan padanya karena perbedaan kami. Di sisi lain, ia seolah bersikap lembut dan membuatku merasa nyaman meski yang diinginkannya hanya darahku saja. Axel seperti memberi ruang kenyamanan untuk kusinggahi.

“Grine!”

Aku memanggil Grine yang akan pergi ke dunia manusia. Entah apa saja yang ia kerjakan di sana, aku tak bertanya banyak tentangnya, tapi yang jelas Grine punya surat ijin sebagai dokter spesialis juga gelar Ph.D. Grine sepertinya begitu tertarik dengan kehidupan manusia.

“Ya Nona.”

“Aku mau minta tolong, jika ada waktu bisakah kau membelikanku beberapa barang di dalam catatan yang sudah kutulis? Lumayan banyak karena aku hampir kehabisan.”

Grine menerima selembar kertas berisi daftar barang yang ingin kubeli.

“Baiklah Nona. Tak masalah, saya akan membelikannya.”

“Oh ini kartu ATM-ku. Pakai saja jika kau ingin membeli sesuatu juga, tidak banyak tapi lumayan.”

“Tidak perlu Nona, biar saya yang belikan.”

“Ah, tidak apa-apa. Pakai uangku saja. Aku sudah merepotkanmu.”

“Nona, sudah kubilang tidak perlu sungkan.”

“Tidak, tidak. Kumohon.”

Grine akhirnya menyerah dan menerima kartu ATM-ku.

“Terima kasih Grine.”

“Iya Nona. Nanti saya akan belikan. Kalau begitu saya pamit dulu.”

“Iya. Hati-hati.”

Tepat di saat Grine menghilang melewati portal di dahan kayu itu, tiba-tiba saja Axel sudah berada di belakangku.

“Apa yang kau bicarakan dengan Grine?”

“Ya ampun! Kau mengagetkanku saja.”

Axel masih memperhatikan pohon besar di depan mansionnya, kemudian aku menutup pintu yang terbuat dari kayu lalu memperhatikannya.

“Tumben kau keluar kamar.”

“Aku sudah sehat.”

“Bukan masalah itu, biasanya kau selalu di kamarmu seharian.”

Axel tak menjawab dan tiba-tiba pergi meninggalkanku begitu saja. Ada apa dengannya sekarang?

 

****

 

Puding yang pernah dibuat Chas sangat enak, bahkan lebih enak dari puding yang biasa aku makan di dunia manusia. Oleh karena itu, setelah makan siang aku pergi ke dapur untuk menemui Chas.

“Chas!”

Seluruh pelayan yang selalu ada di dapur memberi hormat padaku seperti anggota kelompok yakuza.

“Selamat siang Nona Elena!”

Aku mengangguk sebentar dengan perasaan canggung, lalu Chas datang menghampiriku dan seluruh pelayan kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

“Ada apa Nona?”

“Chas bisakah kau buatkan aku puding almon green tea lagi?”

“Tentu Nona.”

“Terima kasih, dan buatkan—”

“Kenapa kau di sini?”

Axel tiba-tiba muncul di belakangku dengan angin yang mengirinya, aku merinding merasakan kehadirannya yang tiba-tiba seperti itu.

“Ya ampun! Kau ini mengagetkan saja!” protesku.

Seluruh pelayan tadi menunduk memberi hormat ketika Axel datang, termasuk pula Chas. Setelah Axel mengangkat tangannya, mereka kembali lagi bekerja.

“Ada apa Tuan?” tanya Chas.

“Tidak ada,” jawabnya.

Aku mengerutkan kening mendengar jawabannya. Ia datang seperti pahlawan super tanpa punya alasan tertentu. Hari ini dia sedikit aneh.

“Tadi Nona ingin mengatakan apa?”

Chas kemudian bertanya padaku, ucapan yang sempat dipotong oleh Axel tadi.

“Buatkan pudingnya sedikit lebih banyak.”

“Baik Nona. Kalau begitu saya pamit, Nona, Tuan Axel.”

Setelah Chas kembali ke dapur untuk menyiapkan puding, aku memandangi Axel yang masih berdiri di sampingku.

“Ada apa denganmu?” tanyaku sarkas.

“Tidak ada.”

“Sejak tadi kau keluyuran tidak jelas.”

“Memangnya aku tidak boleh berjalan-jalan di mansionku sendiri.”

“Bukan begitu, orang anti sosial sepertimu kenapa repot-repot keluyuran tidak jelas?”

“Kenapa kau repot-repot memperhatikanku?”

Nada bicaranya memang seperti Axel biasanya, dingin, datar, dan tajam. Tapi yang kutangkap justru kedengarannya berbeda. Ia seperti sedang merajuk.

“Kau ingin darahku?” tanyaku.

“Tidak!”

Tanpa akhir yang pasti, percakapan kami selesai karena Axel kembali pergi meninggalkanku. Dan aku semakin dibayang-bayangi rasa penasaran atas sikap yang berbeda dari seorang bangsawan vampir.

 

****

 

Sore harinya Grine kembali dari dunia manusia dengan mendorong troli dari sebuah super mal yang kukenal.

“Sepertinya aku tidak menulis barang-barang yang kubeli sebanyak ini,” kataku yang keheranan melihat belanjaan yang dibawa Grine hingga harus dibawa dengan troli.

“Saya membeli beberapa barang yang saya butuhkan juga. Oh iya Nona ini kartunya, saya hanya memakai uangnya untuk belanjaan Nona saja.”

“Padahal tidak masalah Grine, lagi pula aku memang tidak akan memakainya lagi.”

Karena aku tidak punya kesempatan untuk kembali ke dunia manusia lagi, jadi untuk apa menyimpan uang tabunganku lama-lama, bisa-bisa limitnya habis.

Aku mengambil alih troli yang dibawa Grine lalu mencari-cari sesuatu di salah satu tas belanjaan. Aku mengambil sebotol teh susu lalu memberikannya pada Grine.

“Terima kasih sudah mau kurepotkan. Karena aku belum pernah membalas kebaikanmu, kali ini aku ingin memberikanmu minuman ini. Mungkin tidak seberapa, tapi percayalah merek teh susu ini yang paling enak.”

Grine menerimanya.

“Tolong biasakan diri Nona untuk tidak sungkan, saya sudah terbiasa menjalankan tugas. Dan terima kasih untuk hadiahnya, saya sangat menghargainya.”

Aku tersenyum mendengar penuturan Grine.

“Lalu selanjutnya para pelayan yang selalu berada di dapur.”

Aku mengambil salah satu tas yang berisi minuman yang tadi kuberikan pada Grine. Aku memang sengaja membeli banyak, untuk sekedar berterima kasih pada orang-orang yang selama ini mengurusiku.

“Biar saya saja Nona.”

Grine segera mengambil tas yang kubawa. Tinggi badannya yang jauh di atasku itu, dan juga kekuatan yang beribu kali dariku itu seperti mengangkat sekantung kapas.

“Kau selalu membantu. Ayo.”

“Baik Nona.”

“Tadi di dunia manusia sedang musim apa? Apa salju sudah mulai turun?”

“Hampir semua jalanan tertutupi oleh salju, dan suasana Natal sudah mulai membanjiri pertokoan.”

“Hahaha… Aku berharap Santa datang ke dunia ini dan mengabulkan permintaanku.”

“Memangnya apa yang Nona inginkan?”

“Aku selalu meminta Santa membawa Ibu ke dalam mimpiku. Aku ingin memeluk ibuku dan menangis di dalamnya.”

“Nona…”

“Itu mimpi konyol yang selalu aku harapkan di hari ulang tahunku dan Natal. Oh ya, biasanya minuman ini harusnya beli satu gratis satu jika sudah musim dingin. Sepertinya promo itu sudah tidak berlaku lagi tahun ini.”

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Membicarakan kenangan yang berhubungan dengan dunia manusia membuatku rindu dan ingin menangis rasanya. Mansion ini sungguh luar biasa menyenangkan dan membuat nyaman. Tapi aku tidak menemukan definisi rumah di sini.

Setelah memberikan minuman pada setiap pelayan di dapur, dan mereka menangis ketika menerima minuman yang sebenarnya tak seberapa itu. Chas lalu memberi tahuku bahwa puding yang kuminta tadi siang sudah jadi.

“Wah banyak sekali,” kataku melihat puding yang dibuat Chas dan lainnya yang begitu menggugah.

“Nona ingin makan sekarang?”

“Boleh, bawakan aku dua porsi dan beberapa kacang almon juga stroberi ya. Aku akan tunggu di ruang makan. Dan sisanya tolong kalian makan, aku sengaja meminta untuk dibuatkan banyak agar kalian bisa mencobanya juga. Pekerjaan kalian selalu luar biasa.”

“Tidak Nona, kami yang sangat menghargai kebaikan Nona.”

Lagi-lagi mereka kompak mengatakannya padaku persis seperti nada segerombol anggota yakuza.

“Grine apa kau mau juga? Kita bisa makan bersama?”

“Saya akan mencicipinya dengan Chas dan yang lainnya di sini.”

“Baiklah. Kalau begitu aku akan kembali ke depan, aku mau memindahkan belanjaanku tadi.”

“Nona langsung ke ruang makan saja. Biar saya yang akan membawakan belanjaan Nona ke kamar.”

“Umm, terima kasih banyak Grine.”

Aku meninggalkan Grine di dapur dan berjalan ke arah ruang makan, dan lagi-lagi Axel tiba-tiba muncul di hadapanku, kali ini awan hitam yang pernah kulihat menjadi pengiring sosoknya. Ia sedang bersandar ke dinding dan memandangiku seperti biasanya.

“Ada apa lagi?”

Axel tidak menjawab dan kemudian kembali menghilang. Yang benar saja! Dia kenapa sih?!

Aku mengabaikan laki-laki yang kini tingginya sudah jauh di atasku itu. Sepertinya ulang tahun Axel kemarin membuat postur tubuhnya lebih tegap dan dewasa. Tapi pemikirannya mengalami kemunduran dan terlihat seperti remaja puber. Aku berjalan menuju ruang makan dan menunggu Chas membawakan pesananku.

Setelah Chas datang membawa pesananku, ia kembali ke dapur dan meninggalkanku sendirian di ruang tamu. Sebenarnya, ada yang ingin aku lakukan, setelah ulang tahun Axel, aku berencana membuat hadiah untuknya, tapi tidak ada satu pun yang terlintas dipikiranku tentang apa yang ia sukai di dunia ini, selain darah. Axel pernah mengatakan bahwa darahku manis, karena aku tidak pernah merasakan manisnya darah, aku ingin Axel merasakan manis menurutku. Aku ingin memberikan sedikit kebahagianku padanya yang bisa kutemui di dunia ini, puding misalnya.

Dua porsi puding yang sudah kuhias dengan butiran almon di atasnya itu kini tinggal menunggu potongan-potongan stroberi yang sedang kupotong, tapi kecerobohanku membuat jariku teriris dan mengeluarkan darah, aku hampir menghisap darahku sendiri karena takut ada vampir ganas yang tiba-tiba menyerang seperti waktu itu.

Yang terjadi justru Axel muncul kembali lalu menghisap darahku selembut mungkin. Wajahnya yang dingin dan tatapan matanya yang tajam kini memandangiku yang lebih pendek darinya. Tidak seperti Axel yang pertama kali menghisap darahku seperti monster menyeramkan, kali ini ia menarik tanganku dan menggenggamnya sangat lembut sehingga membuat jantungku kembali berdebar.

Setelah darahku berhenti mengalir, Axel membungkus lukaku dengan plester yang muncul dari saku celananya. Aku masih diam memperhatikan gerak-gerik aneh pria itu.

“Kau ini membuatku khawatir!”

Aku menarik tanganku yang digenggam Axel dan memeluknya seperti takut dirampas seseorang.

“Lagi pula kenapa kau selalu muncul tiba-tiba di dekatku sih?! Kau memang ingin darahku bukan? Kenapa tidak memintanya seperti biasa.”

“Kau ini selalu berpikiran buruk tentangku, sementara aku dibuat pusing oleh setiap tingkah lakumu selama ini.”

“Tingkahku? Memangnya aku bertingkah apa di hadapanmu?!”

“Kau selalu bergantung pada semua orang di mansion ini. Tapi tak pernah sekali pun kau bergantung padaku. Memangnya aku ini hanya bayangan di matamu?”

“Hah? Apa maksudmu? Memang biasanya aku selalu meminta bantuan mereka.”

“Kalau begitu mulai hari ini jangan pernah meminta bantuan lagi pada mereka.”

“Kena—“

“Aku ingin kau bahagia karena perlakuanku. Seperti aku yang dibuat bahagia akibat berdebar karenamu.”

Kubilang sebelumnya ia adalah tempat persinggahanku. Lalu saat ini, aku mulai menghapus kata singgah padanya sebagai tempatku pulang bernama rumah.

Bolehkah aku seperti itu?

Aku mendesah lalu duduk di hadapan puding yang hampir selesai itu. Aku meletakkan potongan stroberi ke dalam dua gelas puding tersebut.

“Duduklah,” kataku.

Axel kemudian menuruti ucapanku dan duduk di samping. Kemudian aku menggeser salah satu puding tersebut ke hadapannya.

“Selamat ulang tahun, Axel,” kataku.

Axel tak menjawab namun justru memandangi puding di hadapannya.

“Kau memiliki segalanya, dan kuyakin tidak ada hal spesifik yang kau inginkan. Tapi aku keras kepala ingin memberikanmu sesuatu. Puding ini juga salah satu dari banyaknya hal-hal yang membuatku bahagia. Aku ingin kau mencicipi kebahagiaanku juga.”

“Sudah kubilang aku juga…”

“Tanpa kau katakan, aku sudah mulai bahagia di tempat ini. Dan itu semua karenamu. Jadi, jika kau ingin diperhatikan, maka katakanlah. Tak perlu berbicara berbelit-belit seperti itu.”

Axel dengan wajah yang tak pernah sekali pun tersenyum atau bersikap ramah itu mengabaikan ucapanku lalu melahap puding yang kusajikan di hadapannya. Mungkin orang-orang mengira laki-laki ini sedang marah, tapi di mataku Axel sedang berhenti merajuk.

 

****

 

Jangan lupa klik jempol ke atas, komen bagian mana yang di rasa kurang atau ternyata bagian favorit, juga bagikan cerita ini ke temen-temen kalian.

Salam hangat,

SR

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • ShiYiCha

    Whoaa ... Seruu ini. Aku suka😍. Minim typo juga. Liked

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
  • cintikus

    @YantiRY Hai, makasih ya udah membaca tulisanku. Chapter-chapter selanjutnya sudah siap menanti :)

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
  • YantiRY

    Like. Ditunggu chapter2 berikutnya.

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
Similar Tags
Premium
Titik Kembali
4276      1376     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
A Perfect Clues
5207      1448     6     
Mystery
Dalam petualangan mencari ibu kandung mereka, si kembar Chester-Cheryl menemukan sebuah rumah tua beserta sosok unik penghuninya. Dialah Christevan, yang menceritakan utuh kisah ini dari sudut pandangnya sendiri, kecuali part Prelude. Siapa sangka, berbagai kejutan tak terduga menyambut si kembar Cherlone, dan menunggu untuk diungkap Christevan. Termasuk keberadaan dan aksi pasangan kembar yang ...
AKU BUKAN ORPHEUS [ DO ]
691      383     5     
Short Story
Seandainya aku adalah Orpheus pria yang mampu meluluhkan hati Hades dengan lantutan musik indahnya agar kekasihnya dihidupkan kembali.
Furimukeba: Saat Kulihat Kembali
407      276     2     
Short Story
Ketika kenangan pahit membelenggu jiwa dan kebahagianmu. Apa yang akan kamu lakukan? Pergi jauh dan lupakan atau hadapi dan sembuhkan? Lalu, apakah kisah itu akan berakhir dengan cara yang berbeda jika kita mengulangnya?
SECRET IN KYOTO
498      355     6     
Short Story
Musim semi adalah musim yang berbeda dari empat musim lainnya karena selalu ada kesempatan baru bagiku. Kesempatan untuk tumbuh dan mekar kembali bersama dengan kenangan di masa lalu yang kuharap akan diulang kembali.
SarangHaerang
1986      780     9     
Romance
(Sudah Terbit, sebentar lagi ada di toko buku dekat rumahmu) Kecelakaan yang menimpa saudara kembarnya membuat Hae-rang harus menyamar menjadi cewek. Awalnya dia hanya ingin memastikan Sa-rang menerima beasiswanya, akan tetapi buku harian milik Sa-rang serta teror bunga yang terjadi memberikan petunjuk lain kalau apa yang menimpa adiknya bukan kecelakaan. Kecurigaan mengarah pada Da-ra. Berb...
Aku Sakit
4992      1278     30     
Romance
Siapa sangka, Bella Natalia, cewek remaja introvert dan tidak memiliki banyak teman di sekolah mendadak populer setelah mengikuti audisi menyanyi di sekolahnya. Bahkah, seorang Dani Christian, cowok terpopuler di Bernadette tertarik pada Bella. Namun, bagaimana dengan Vanessa, sahabat terbaik Bella yang lebih dulu naksir cowok itu? Bella tidak ingin kehilangan sahabat terbaik, tapi dia sendiri...
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
5425      1004     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
Smitten With You
8465      2062     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Magelang, Je t`aime!
611      457     0     
Short Story
Magelang kota yang jauh itu adalah kota tua yang dingin dan tinggal orang-orang lebut. Kecuali orang-orang yang datang untuk jadi tentara. Jika kalian keluar rumah pada sore hari dan naik bus kota untuk berkeliling melihat senja dan siluet. Kalian akan sepakat denganku. bahwa Magelang adalah atlantis yang hilang. Ngomong-ngomong itu bukanlah omong kosong. Pernyatanku tadi dibuktikan dengan data-d...