Read More >>"> Unending Love (End) (#6 Dekat) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Unending Love (End)
MENU
About Us  

Hai...

Dengan banyaknya pertimbangan *gak juga sih*. Jadi, UNENDING LOVE akan up date setiap HARI RABU, catat waktunya ya. Karena ini cerita fantasi pertamaku, mungkin universe-nya cukup ancur dan aneh, tapi semoga temen-temen menikmati cerita ini. Jangan lupa klik jempol ke atas, komen bagian mana yang di rasa kurang atau ternyata bagian favorit, juga bagikan cerita ini ke temen-temen kalian.

Salam hangat,

SR

.

.

.

.

Kamar yang lebih gelap dari biasanya itu membuatku sedikit kesusahan untuk menghampiri ranjang besar beserta seseorang yang sedang berbaring dengan gelisahnya. Ada asap hitam mengepul yang muncul dari tubuhnya. Asap itu seperti menyiratkan rasa perih, sedih, dan perasaan tidak nyaman. Aku sedikit terbatuk-batuk ketika menghirup asap itu. Tidak tercium apapun, tapi sangat menusuk ke pernafasan. Aku duduk di sampingnya, wajah laki-laki itu terlihat gelisah, keringat dingin bercucuran di sekujur wajahnya juga tubuhnya.

Aku menempelkan punggung tanganku pada keningnya, panas, sungguh panas. Berbeda sekali dengan keringat dingin yang terus saja mengalir hingga membasahi pakaiannya. Lengan yang sempat terluka itu masih terbungkus perban.

Vampir ini sedang demam.

Aku membuka setiap gorden agar cahaya dari luar bisa menyinari ruangan gelap ini. Lalu aku berlari keluar mengambil wadah dan air dingin juga handuk kecil. Aku kembali dan segera mengompres Axel yang sedang demam. Dan setelah itu, aku menjaga kompresan dan suhu udara Axel kembali normal dan keringat dinginnya mulai menghilang.

Menjelang malam, Axel akhirnya bisa membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah diriku, dan kemudian ia terkejut melihatku sedang mengganti kompresannya.

“Kenapa kau di sini?!” tanyanya tajam, dingin, dan cukup membentak.

Aku mengerjapkan mataku sekilas lalu kembali mengompres Axel yang terlihat marah. Sudah kukatakan bukan, aku memang mulai gila tinggal di tempat ini.

“Kau demam,” kataku dengan tenangnya.

“Aku tahu!”

“Kalau kau tahu seharusnya kau meminta Grine atau yang lain untuk menjagamu!”

“Aku tidak butuh!”

“Kenapa?”

Axel kemudian bangkit, lalu duduk menghadap ke arahku.

“Dimana Grine dan semua pelayan? Aku akan memecat mereka.”

“Hei!!!”

Aku menahan tubuh Axel yang sepertinya akan pergi menemui Grine dan para pelayan.

“Kenapa kau memecat mereka?”

“Karena mereka tidak becus menjagamu dan justru masuk di saat aku sedang demam.”

“Loh, memangnya apa yang salah dengan hal itu?”

“Kau bisa terbunuh olehku.”

Aku menatap kedua mata tajam itu, tidak ada sebaris kebohongan di dalamnya. Yang kurasa justru perasaan cemas dan kalut yang tergambar dalam tatapannya.

“Kenapa?”

Axel menghela nafasnya, kemudian ia menyandarkan tubuhnya.

“Keadaanku belum seratus persen normal, jadi simpan pertanyaanmu itu nanti. Aku cukup lelah sekarang.”

“Kalau begitu kau makan bubur ini. Biasanya jika aku sakit, aku selalu membuat bubur. Makanlah selagi masih hangat.”

Aku merasa tidak enak, pertolonganku sepertinya tidak menolong apapun padanya.

“Kau membuatnya sendiri?”

“Iya.”

Terdengar helaan nafas darinya.

“Aku akan benar-benar memecat seluruh pelayan, termasuk Grine.”

“Axel!!! Mereka tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini. Aku yang keras kepala ingin membuatkanmu bubur, aku sendiri yang memaksa masuk ketika semua orang melarangku, aku yang berinisiatif untuk menjagamu. Aku hanya tidak bisa baik-baik saja mendengar seseorang kesakitan, terlebih kau sudah mau mencari keberadaan ayahku. Aku hanya ingin membalas budi.”

Aku menunduk. Aku tidak tahu harus bagaimana, aku hanya tidak tahan, tapi justru lagi-lagi aku mengacaukan tempat ini.

“Tolong jangan salahkan mereka. Mereka sudah bekerja keras. Kumohon!”

Aku mendengar suara desahan panjang nafas Axel.

“Suapi aku.”

“Hah?”

“Suapi aku. Tubuhku benar-benar kelelahan sekarang.”

Jika itu bisa menarik kembali keputusannya, akan kulakukan.

Setelah perdebatan kami, Axel hanya menyantap suapan demi suapan bubur yang kuberikan. Dalam keheningan yang lagi-lagi melewati takdir kami.

Ada yang berubah darinya, wajah Axel terlihat semakin tegas, dan suaranya menjadi lebih berat dari biasanya.

“Ini ulangtahunmu yang keberapa? 528?” tebakku.

“533.”

Sepertinya aku memang ahli menebak usia bangsa vampir.

“Apa aneh jika aku mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu?” tanyaku.

“Vampir melewati ulang tahunnya dengan rasa sakit, seperti ditusuk ribuan jarum di setiap selnya. Perubahan tubuh kami yang tidak sesuai dengan usia kami, juga energi yang semakin besar sementara tubuh sedang berusaha beradaptasi dengan usia yang semakin tua, membuat energi tersebut tidak terkendali dan bisa membunuh siapapun yang berada di sekitarnya.”

“Energi? Maksudmu seperti asap hitam yang tadi keluar dari tubuhmu?”

“Itulah energi yang tidak terkendali. Kau bisa terbunuh jika berdekatan dengan asap itu.”

Tapi aku baik-baik saja tadi.

“Maafkan aku,” kataku menyesal.

Seharusnya ulang tahun seseorang dirayakan dengan suka cita bersama orang-orang tersayang, tapi yang terjadi padanya justru pengorbanan dan rasa sakit.

Setelah bubur itu kandas isinya, aku mengambil barang-barang yang kubawa dan keluar dari kamarnya. Namun Axel menahanku.

“Ulang tahunmu kapan?” tanyanya.

Waktu di dunia manusia dan di dunia vampir ini memang sama. Jika hari ini, 2 Desember adalah ulang tahun Axel, maka dua puluh satu hari kemudian adalah ulang tahunku.

“23 Desember. Dua hari sebelum perayaan Natal. Umm, kurang lebih dua minggu lagi.”

“Bagaimana perayaan ulang tahun manusia?”

Aku kembali meletakkan barang-barangku, lalu kembali duduk di sampingnya.

“Aku tidak benar-benar merayakan ulang tahunku seperti kebanyakan orang. Tapi biasanya orang yang berulang tahun akan meniup lilin di atas kue ulang tahun yang penuh dengan dekorasi cantik dan manis. Lalu orang-orang yang menyukainya datang memberikan selamat dan kado yang berisi barang-barang yang biasanya diinginkan oleh orang yang berulang tahun. Intinya, di hari itu, orang tersebut menjadi sangat dispesialkan.”

“Terdengar menyenangkan.”

“Sangat menyenangkan.”

“Lalu kau sendiri bagaimana?”

“Aku? Bagaimana ya? Setiap hari yang kulalui adalah aktivitas yang menyibukkan sampai-sampai aku lupa merayakan ulang tahunku sendiri. Biasanya aku merayakan ulang tahunku dengan menonton film yang sedang tayang di bioskop sendirian. Rasanya tak kalah menyenangkan juga.”

“Film romansa seperti Me Before You atau Fifty Shade,” tebak Axel dengan nada meremehkan.

Aku terkejut mendengar Axel menyebutkan beberapa film yang pernah tayang tersebut. Apalagi film tersebut baru-baru ini diputar. Aku menyanggah ucapannya dengan penuh semangat.

“Tidak!!! Aku tidak pernah menonton film semacam itu. Lagipula kenapa kau tahu film-film manusia?”

“Ada dua hal yang membuatku tertarik pada manusia. Pertama, senjata yang mereka buat. Kedua, film yang mereka putar.”

“Sekali lagi kau membuatku terkejut.”

“Marvel adalah yang terbaik.”

“Sepanjang masa. Menurutku begitu,” kataku menambahkan kalimatnya.

“Kau menonton itu juga?”

“Hampir semua populasi manusia mengetahui film-film Marvel. Setidaknya satu atau dua judul filmnya.”

“Iron Man luar biasa. Kostum buatan manusia yang bisa terbang dan menembakkan senjata.”

“Tony Stark sangat, sangat, sangat luar biasa!!!”

Axel seperti bangsa vampir elegan yang tak acuh dan tidak memiliki ketertarikan terhadap suatu hal, kecuali darah mungkin. Tapi melihat bagaimana kami bisa menceritakan kekaguman kami pada film-film di dunia manusia, membuat perasaan canggung yang sempat kurasakan menguar begitu saja. Dan waktu berlalu tanpa permisi.

Dari obrolan mengenail perfilman, bagaimana caranya kami mulai membahas buku-buku yang kami baca. Axel ternyata sering membaca koleksi buku-buku yang dimiliki Grine dari dunia manusia.

“Grine bahkan punya buku William Shakespears cetakan pertama.”

“Mustahil?” Aku tidak percaya dengan ucapannya.

“Romeo dan Juliet, cerita cinta klasik yang kini banyak orang yang terinspirasi darinya. Tapi yang terbaik adalah Hamlet”

“Romeo dan Juliet adalah maestro.”

Axel tidak membalas ucapanku. Ia justru memandangiku terus menerus, membuatku jadi salah tingkah.

“Ada apa?” tanyaku.

“Bukankah Grine memberitahumu ruang perpustakaan.”

“Ruang perpustakaan?”

“Ada sebuah ruang perpustakaan di dalam ruangan kerjaku. Grine tidak memberi tahumu?”

“Tidak, kami tidak memasuki ruanganmu. Kukira kau tidak suka tempat pribadimu di datangi seseorang yang tak diundang.”

“Seperti kamarku yang kedatangan seorang perempuan?”

Axel menatapku lekat-lekat. Aku tahu maksudnya adalah menyindir keberadaanku.”

“Maaf jika aku seenaknya datang ke tempat pribadimu!”

Kali ini aku benar-benar mengambil barang-barang yang kubawa lalu pergi meninggalkannya. Tapi lagi-lagi Axel menahanku.

“Ada apa lagi?!” tanyaku ketus.

“Malam ini kau tidur di sini lagi. Aku belum selesai bercerita.”

Aku menelan ludah. Axel sepertinya tahu jika aku pernah bermalam bersamanya.

“Memangnya… apalagi yang ingin kau ceritakan?”

“Kupikir kau akan tertarik mendengar semua buku yang dikumpulkan Grine beratus-ratus tahun lamanya.”

Waktu itu aku panik karena berakhir di kamar seorang pria. Lalu kini pria itu membuatku ragu-ragu untuk keluar dari kamarnya.

“Kita berdua pasti akan begadang. Dan kondisiku bisa saja kembali demam, aku ingin kau merawatku lagi.”

“Baiklah. Tapi jangan berbuat hal yang tidak-tidak,” ancamku. Menyerah dengan bujukannya.

“Kau sudah terlanjur merawaktu. Kenapa tidak melakukannya sampai akhir? Aku tidak suka orang yang bekerja setengah-setengah.”

Lagi pula ia mengikrarkan jika kami akan menghabiskan malam kami dengan berbincang sekaligus merawatnya. Aku mungkin bisa memegang janjinya itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • ShiYiCha

    Whoaa ... Seruu ini. Aku suka😍. Minim typo juga. Liked

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
  • cintikus

    @YantiRY Hai, makasih ya udah membaca tulisanku. Chapter-chapter selanjutnya sudah siap menanti :)

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
  • YantiRY

    Like. Ditunggu chapter2 berikutnya.

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
Similar Tags
Guguran Daun di atas Pusara
433      291     1     
Short Story
Tyaz Gamma
913      637     1     
Fantasy
"Sekadar informasi untukmu. Kau ... tidak berada di duniamu," gadis itu berkata datar. Lelaki itu termenung sejenak, merasa kalimat itu familier di telinganya. Dia mengangkat kepala, tampak antusias setelah beberapa ide melesat di kepalanya. "Bagaimana caraku untuk kembali ke duniaku? Aku akan melakukan apa saja," ujarnya bersungguh-sungguh, tidak ada keraguan yang nampak di manik kelabunya...
Shymphony Of Secret
299      232     0     
Romance
Niken Graviola Bramasta “Aku tidak pernah menginginkan akan dapat merasakan cinta.Bagiku hidupku hanyalah untuk membalaskan dendam kematian seluruh keluargaku.Hingga akhirnya seseorang itu, seseorang yang pernah teramat dicintai adikku.Seseorang yang awalnya ku benci karena penghinaan yang diberikannya bertubi-tubi.Namun kemudian dia datang dengan cinta yang murni padaku.Lantas haruskah aku m...
in Silence
408      283     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Percikan Semangat
847      452     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
Just Another Hunch
423      283     3     
Romance
When a man had a car accident, it\'s not only his life shattered, but also the life of the ones surrounding him.
Fallin; At The Same Time
2069      1102     0     
Romance
Diadaptasi dari kisah nyata penulis yang dicampur dengan fantasi romansa yang mendebarkan, kisah cinta tak terduga terjalin antara Gavindra Alexander Maurine dan Valerie Anasthasia Clariene. Gavin adalah sosok lelaki yang populer dan outgoing. Dirinya yang memiliki banyak teman dan hobi menjelah malam, sungguh berbanding terbalik dengan Valerie yang pendiam nan perfeksionis. Perbedaan yang merek...
HEARTBURN
348      253     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Prakerin
6173      1678     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
Redup.
426      257     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.