Read More >>"> Rose The Valiant (Chapter 8 Art Museum?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rose The Valiant
MENU
About Us  

Keluarga Arthan memiliki jiwa kesenian sepanjang garis keturunannya. Keluarga ini adalah keluarga yang hubungannya erat dengan keluarga kerajaan. Mereka bahkan memiliki gedung kesenian termegah di Northen. Dekat dengan alun-alun kota, gedung itu berdiri megah dengan gaya Eropa.

“Kurasa pergi ke perpustakaan pusat kota pun penting. Kita harus mencari tahu lebih lanjut mengenai bangsawan Arthan.” Ucap Zoe.
“Ini akan memakan waktu lama jika kita pergi bersama meyusuri ini semua.” Ucap Fabiola.
“Fabiola benar, ayo bagi dua kelompok dan kita akan bertemu di kedai pusat kota.” Ucap Zoe
“Aku dan Zoe akan pergi ke gedung seni itu.” Ucap Rose.
“Rose tunggu, setidaknya kita harus hompimpah untuk menentukan kelompok.” Ucap Ethan
“Ethan, ayolah kita terburu-buru. Kita berdua membutuhkan orang yang tahu gedung ini. Ya mereka ini. Dan kamu paling handal mengenai perpustakaan!” Jawab Rose.
“Ayo Ethan kita harus bergegas mencari pentujuk.” Ucap Fabiola sambil menarik lengan Ethan dan pergi menuju perpustakaan.

 

Zoe dan Rose pergi menuju gedung kesenian. Puncak gedungnya cukup tinggi, terletak dilantai ketiga. Setiap sudut pilarnya terdapat ukiran yang indah dan nuansa cat warna putih menambah kemegahan gedung ini. Sebuah museum dan gedung masa depan tergabung dalam satu bangunan. Mereka masuk ke dalamnya terdapat banyak lorong dan pintu. Setiap lorong dan pintu memiliki hiasan dinding sesuai tema. Zoe menelan ludah melihat megahnya gedung itu. Rose menatap memutari langit-langit. Zoe mengajak Rose menuju peta gedung tersebut.

 

“Wow, gedung ini besar sekali. Terdapat tiga lantai. Lantai satu kelas balet, kelas musik, perpusatakan sekolah dan kantin. Lantai dua kelas teater, kelas lukis, dan kelas fotografi. Lantai tiga adalah asrama. Di tengah gedung terdapat aula yang besar, digunakan sebagai gedung pertunjukkan. Fuh.” Ucap Rose,

 

Zoe setia berjalan disamping Rose. Rose terpaku dengan satu ruangan. Ruangan itu sangat luas lantainya licin dan mengkilap terbuat dari kayu yang dipernish dengan amat baik. Dindingnya terbuat dari material bebatuan berwarna cream lampunya dibuat redup menggunakan bohlam dan di salah satu sudutnya terdapat kaca yang menutupi dinding. Itu adalah ruang menari. Kelas balet sedang dimulai di sepanjang lorong mulai dari balet sederhana untuk anak-anak hingga balet modern untuk professional.

“Waaaah aku ingin mengikuti kelas ini. Hei Zoe ayo perhatikan baik-baik adakah yang mencurigakan.” Ucap Rose.

Zoe ikut memperhatikan kelas itu, dilihatnya dengan seksama. “Tidak Rose.” Jawab Zoe.

 

Seseorang melihat Zoe dari dalam kelas dan melambai padanya sambil histeris dan tersipu. Zoe membalas senyumnya dan mereka hilang fokus, bahkan gurunya juga. Zoe memang tampan, kulitnya juga selembut bayi. Demi menghindari identitas, Rose menarik Zoe pergi.

Mereka pun berjalan lagi sampai menuju pintu-pintu dengan design yang berbeda. Terdapat pintu berbentuk piano, biola, gitar, mic, drum, saxophone, harpa dan terakhir berbentuk tangga nada. Rose selalu berhenti sesaat setiap mendekati pintu-pintu itu, alunan musik yang indah membuatnya larut untuk mendengar. Yah tugas Zoe adalah untuk mengingatkannya.

 

Lantai satu sudah mereka jelajahi tidak ada yang mencurigakan. Mereka menaiki tangga menuju lantai dua. Gadis itu menikmati setiap langkahnya. Seperti piknik dalam sebuah museum. Zoe memiliki banyak pengetahuan tentang musik.

 

“Hei Zoe aku senang kau bersamaku, kau jadi guide yang amat luar biasa.” Ucap Rose dengan senyum lebarnya.
“Terima kasih, memang aku guide terbaik di sini dan bayaranku cukup mahal” ucap Zoe.
“Hahahaha.” Rose hanya tertawa mendengarnya

 

Kelas fotografi terlihat begitu modern. Model-model cantik berpose di depan kamera. Model anak-anak hingga dewasa, semuanya terlihat keren. Mereka melewati kelas itu karena kelas itu terlihat sangat sibuk dan amat buruk jika mereka menjadi pusat perhatian di sana. Di sebuah ruangan Rose menghabiskan waktu untuk bermain-main dengan cat air dan kanvas. Mereka saling melukis satu dan lainnya secara abstrak. Rose melihat hasil lukisan Zoe, dia menggantikan wajah Rose dengan buah pisang. Zoe terkejut melihat tubuhnya digantikan dengan domba. Mereka saling melempar cat dan tertawa melihat wajah masing-masing.

 

KRIET.

 

“Siapa itu?” ucap petugas keamanan.
“Apa aku salah? Berantakan sekali di sini. Kelas anak-anak selalu begini. Aku akan memanggil petugas kebersihan.” Petugas itu pergi keluar.

Zoe dan Rose keluar dari persembunyiannya. Mereka tertawa sekaligus legas.

 

“Hahahah, itu hampir saja. Ayo pergi dari sini. Kita harus mencuci wajah kita dulu.” Ucap Rose. “Ayolah.” sahut Zoe.

Di ujung lorong terdapat wastafel. Tidak sulit mencuci cat yang ada di wajah mereka. Siang hari terkena air dingin terasa segar. Zoe menyegarkan kepala dengan membasahi rambutnya. Disisirnya rambutnya itu ke belakang, air menetes dari rambut menuju dagunya. Mata 

Mirip pangeran ya. Anaknya nanti pasti tampan dan cantik.’ Gumam Rose.

Zoe menoleh dan tersenyum. Iya senyum manisnya Zoe. Tangannya meraih pipi Rose. Zoe mendekat memperhatikan wajahnya. Rose menutup mata.

“Rose, maaf.” Ucap Zoe.
“Iya, aku siap.” Jawab Rose.
“Begitu? Baiklah ayo. Aku sudah membersihkan cat di pinggir pipimu. Ayo Rose, kita tinggal menuju ruang teater.” Ucap Zoe.

Rose membuka mata, melihat Zoe berjalan memimpin dan meninggalkan dia di belakang. Hatinya ingin berteriak, tidaaaaaaaaaaaaak. Tapi yang bisa dia lakukan hanya mendorong-dorong kepalanya ke kaca karena malu.

 

Idiot, idiot, idiot.’

 

Rose menjaga jarak dari Zoe. Selangkah demi selangkah suara orang-orang memainkan dialog mulai jelas terdengar. Luar biasa. Amat sangat professional. Mereka tidak tahu apa yang sedang diceritakan. Entah bagaimana mereka sudah berada di kursi bagian belakang menikmati adegan drama itu.

 

“Tunggu, aku harus apa? Aku butuh bantuanmu. Ku mohon.” Pemain 1.
“Panah yang hilang adalah kunci, cari pemiliknya, dan kau mendapatkan segalanya. Hatihati dengan busurnya, kau mati saat tak bisa memainkannya.” Pemain 2, dia menghilang setelah mengatakan itu. Ah dia adalah penyihir. Efek menghilang yang keren.

 

Seseorang dengan kacamata dan pakaian blues kerja yang elegan menghampiri Rose dan Zoe. Segera Zoe menarik paksa Rose yang sedang memperhatikan adegan itu. Dia berteriak sakit tapi Zoe tidak mendengarkan. Mereka berlari keluar gedung. Zoe menjelaskan bahwa mereka hampir tertangkap di teater. Perjalanan mereka berakhir. Tidak menemukan apapun, sia-sia. Kedai kota menjadi tujuan mereka berikutnya sesuai rencana awal.

 

*****

 

Ethan cemberut sepanjang jalan, Fabiola tidak suka melihatnya. Dia mencoba mencairkan suasana tapi Ethan hanya merespon singkat, dia benar-benar fokus mencari pentunjuk. Ethan melangkah cukup cepat dan saat menoleh ke belakang Fabiola tidak ada di belakangnya. Seorang pria menahan tangannya dan berusaha menariknya. Fabiola berontak tapi dia tidak cukup kuat. Sebuah tinju mendarat tepat di wajah pria itu.

“Siapa kau?” Tanya pria itu.
“Bersikap kasar pada seorang wanita adalah hal hina.” Jawab Ethan.
“Dia budakku, aku membayarnya. Jadi dia harus bekerja!” bentak pria itu.
“Ethan, dia yang berusaha menjualku.” Ucap Fabiola.
“Brengsek!”

 

Ethan meninju pria itu bertubi-tubi. Pria itu pun membalas pukulan Ethan. Dia cukup pandai dalam menangkis pukulan lawannya. Namun, stamina pria itu lebih banyak dari Ethan. Ethan harus cerdik mencari titik lemahnya. Dia hanya memiliki tenaga untuk satu tinju saja. Dilayangkannya tinjunya itu tepat pada ulu hati pria itu. Pria itu tersungkur ke tanah dan Ethan mengancamnya.

 

“Berhenti dekati Fabiola atau kau ku bunuh.” Mata Ethan seperti pembunuh dan mengajak Fabiola menjauh dari sana.
“Kau ku pecat!” teriak pria itu.
“Aku berhenti!!” ucap Fabiola membalas dan meninggalkan pria itu.

 

Tidak tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakan. Mereka berdiam diri sampai menuju perpustakaan. Tanpa memedulikan rasa sakitnya dia mencari buku mengenai keluarga Arthan. Fabiola mengikutinya di belakang. Ethan fokus dalam membaca buku tentang mereka. Fabiola tidak tega melihat Ethan terluka, dia berlari menuju toko obat untuk membeli plester dan anti septik. Ethan bahkan tidak sadar jika dia sendirian di perpustakaan.

 

“Fabiola, aku lelah, aku ingin istirahat sebentar. Ini ada beberapa buku yang sudah aku ambil. Kau baca saja sisanya ya.” Ucap Ethan.
"..." tidak ada jawaban.
“Astagah, tidak lagi.” Ucapnya. 

 Ethan mencari-cari Fabiola di semua rak buku, tetapi tidak ditemukannya. Ethan berjalan menuju pintu keluar, mungkin Fabiola ke toilet.

DUK.

  Ethan mendorong sesuatu yang keras di balik pintu. Seseorang tersungkur di sana, bersamaan dengan botol-botol, oh tidak itu Fabiola. Ethan panik dan meminta maaf tidak sengaja. Dia membantunya berdiri, Fabiola malah tersenyum. Dia hanya ingin membantu Ethan membersihkan lukanya. Mereka pun duduk di meja baca. Tidak ada percakapan diantara mereka. Begitulah, perpustakaan memang haruslah tenang.

Fabiola membersihkan luka Ethan dengan amat hati-hati. Sesekali mata mereka bertatapan, dan memalingkah wajah. Ethan, merasakan tangan lembut Fabiola menyentuhnya. Dia mulai memperhatika Fabiola dengan seksama. Gadis itu cantik, rambutnya panjang, wajahnya cukup dewasa dibanding usianya. Mungkin karena tubuhnya yang berisi.

Tunggu, wajah Fabiola mendekat. Bagian berisi itu nampak didepannya. Ethan sontak mundur ke belakang.

“Oh maaf mengagetkanmu, aku ingin memberikan plester di pipimu. Diamlah sebentar saja.” Ucap Fabiola sambil meletakan plester di wajah Ethan.
“Terima kasih. Ayo kita kembali membaca.” Ethan menjauh dari Fabiola dan kembali pada bukunya.
“Siap kak Ethan. Ah sebelumnya aku juga mau berterima kasih untuk yang tadi. Aku akan mulai membaca” Ucap Fabiola semangat.

 

Sudah enam buku mereka baca tidak ada yang aneh. Hanya penghargaan atas segala bidang seni yang diraih keluarga itu. Sebagian dari mereka juga menulis buku cukup banyak mengenai seni. Ethan mulai mengantuk namun tetap dipaksakannya karena buku ke empatnya hampir selesai dibaca. Hingga Fabiola menarik tangannya mendekatinya.

“Hei baca berita ini, tuan Robert Arthan pernah ditolak cintanya oleh putri Alexa Shafwan! Pasti ini adalah hal memalukan.” Ucap Fabiola.
“Bagaimana hal begitu masuk berita?” Tanya Ethan.
“Tuan Robert melamarnya saat festival musik tahunan di kota. Aku baru mengetahuinya, sepertinya mereka membungkam orang-orang yang membicarakan ini.” lanjut Fabiola.
“Dan lihatlah aku menemukan sesuatu yang lebih hebat. Ada artikel mengenai busur kesayangan Alexa Shafwan.” Ucap Ethan.

Fabiola membaca buku yang dipegang Ethan. Dan membaca teks yang ditunjuk Ethan.

“Busur ini adalah bagian dari sejarahku. Alexa Shafwan.” Ucap Fabiola. 
“Luar biasa bukan? Tapi hanya ini yang aku dapatkan. Memang hal yang tepat adalah bertanya pada pewaris atau ahlinya.” Lanjut Ethan.
“Yah, tapi itu sama saja meneyerahkan kita pada musuh.” Jawab Fabiola.
“Kau benar. Aku lapar, ayo kembalikan semua ini ke rak dan menuju kedai.” Ucap Ethan.

 

Mereka menyusuri jalan sambil berbincang-bincang tentang banyak hal. Kedai sudah dekat, Ethan memasuki kedai dan melihat sesuatu yang tidak disukainya. Rose menyuapi Zoe kue. Fabiola melihat amarah di mata Ethan. Tapi Ethan malah merangkul Fabiola menuju meja.

 

“Maaf kami terlambat ya.” Ucap Ethan.
“Argh lepaskan adik kecilku Ethan.” Ucap Rose melepaskan rangkulan Ethan.
“Fabiola kau baik-baik saja kan?” Tanya Zoe
“Iya kak aku baik.” Jawab Fabiola.

“Ethan wajahmu?” Tanya Rose.
“Aku juga lapar, aku mau sandwich isi daging dua. Zoe kau yang bayar.” Ucap Ethan.
“Kau ini preman ya? Mengancam gadis kecil dan sekarang memalak Zoe? Wajahmu itu pasti kau berbuat ceroboh.” Ucap Rose kesal.
“Tidak kak, akan aku jelaskan.” Ucap Fabiola.

 

Fabiola menceritakan segalanya tentang luka yang didapat Ethan dan petunjuk yang mereka temukan mengenai keluarga Arthan. Rose yang awalnya merasa perjalanan mereka sia-sia, mulai menggabungkan petunjuk itu. Jika benar, keluarga Arthan mengetahui sesuatu yang lebih besar dari sekedar kasus pencurian.

 

“Teman-teman, jika apa yang dibaca Ethan adalah benar. Dan apa yang ku dengar adalah petunjuk. Semua ini terkait. Keluarga itu memang merencanakan sesuatu yang lebih besar." ucap Rose.

"Bisa kau jelaskan?" Tanya Zoe.

"Kita tidak tahu apa pesan tersembunyi di busur itu. Kenapa putri menyimpan rahasianya di situ? Pasti ini adalah sesuatu yang tidak boleh sembarangan orang mengetahuinya. Kita sudah berjalan jauh. Aku tidak tahu apa yang ada di depan kita nanti.” Ucap Rose.

“Lalu kau mau mundur? Aku tidak mau. Akan aku selesaikan apa yang aku mulai.” Ucap Ethan

“Siapa yang berkata aku akan mundur? Aku hanya bingung bagaimana menyelidiki mereka? Mereka mempunyai kekuatan, uang, dan tahta. Kita tidak memiliki apapun.” Lanjut Rose. 

Mereka terdiam cukup lama memikirkan selanjutnya.

“Mungkin ini cukup gila. Aku mendengar bahwa setiap tahun keluarga itu mengundang rakyat biasa ke rumah mereka dan mereka menampilkan potensi-potensi dari murid didik di sekolahnya. Siapapun yang dipilih dalam ajang bakat, mereka akan tampil dan mendapat surat undangan untuknya dan keluarganya menghadiri malam seni itu. Dan ajang itu dibuka umum.” Ucap Zoe.

“Ah benar, aku ingat. Tapi ajang bakat itu diselenggarakan besok. Dan aku tidak memiliki bakat seni.” Ucap Fabiola.
“Aku bisa, aku bisa aku akan ikut ajang menyanyi!” ucap Rose penuh semangat.
“Yah tak ada salahnya mencoba.” Ucap Ethan. 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Musyaffa
80      68     0     
Romance
Ya, nama pemuda itu bernama Argya Musyaffa. Semenjak kecil, ia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang manga artist profesional dan ingin mewujudkannya walau profesi yang ditekuninya itu terbilang sangat susah, terbilang dari kata cukup. Ia bekerja paruh waktu menjadi penjaga warnet di sebuah warnet di kotanya. Acap kali diejek oleh keluarganya sendiri namun diam-diam mencoba melamar pekerjaan s...
PROMISES [RE-WRITE]
4943      1368     13     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,
Rumah Jingga.
1938      740     4     
Horror
"KAMU tidAK seharusnya baca ceritA iNi, aku pasti meneMani di sAmpingmu saaT membaca, karena inI kisahku!" -Jingga-
My Best Man
102      84     1     
Romance
Impian serta masa depan Malaka harus hancur hanya dalam satu malam saja. Dia harus menerima takdirnya. Mengandung seorang bayi—dari salah satu pelaku yang sudah melecehkan dirinya. Tidak mau dinikahkan dengan salah satu pelaku, karena yakin hidupnya akan semakin malang, Malaka kabur hingga ke Jakarta dalam kondisi perut yang telah membesar. Dia ditemukan oleh dua orang teman baik dari m...
INDIE
431      291     0     
Short Story
Bercerita mengenai kebebasan
SEBOTOL VODKA
596      341     3     
Mystery
Sebotol vodka dapat memabukanmu hingga kau mati...
Lilian,Gelasmu Terisi Setengah
784      516     2     
Short Story
\"Aku bahkan tidak dikenali oleh beberapa guru. Sekolah ini tidak lain adalah tempat mereka bersinar dan aku adalah bagian dari figuran. Sesuatu yang tidak terlihat\"
Alex : He's Mine
1960      684     6     
Romance
Kisah pemuda tampan, cerdas, goodboy, disiplin bertemu dengan adik kelas, tepatnya siswi baru yang pecicilan, manja, pemaksa, cerdas, dan cantik.
Rekal Rara
6937      2888     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. ▪▪▪ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Garuda Evolution
1296      664     0     
Fantasy
Sinetra seorang pemuda culun. Bertemu sosok lainnya bernama Eka, diri lain darinya. Mereka dipertemukan dengan Mirna Kemala, seorang Pahlawan Garuda. Dia menawarkan mereka untuk bergabung di Aliansi Garuda. Akhirnya mereka bergabung, dan berteman dengan dua teman mereka sesama Pahlawan Garuda. Tugas dari seorang Pahlawan Garuda adalah mencari lima kartu yang tersimpan daya sihir, membawa mereka k...