Loading...
Logo TinLit
Read Story - Surat Dari Masa Lalu
MENU
About Us  

Sayup-sayup Terresa mendengar suara orang berbicara mengenai dirinya yang terbaring entah di mana. Kedua orang itu memperdebatkan keadaannya. Namun yang mereka sebut bukan Terresa, melainkan Beverla. Entah siapa yang mereka maksud itu bukan urusannya atau mungkin dirinyalah Beverla itu. Saat ini kesadarannya kembali, hanya saja matanya terlalu lemah untuk membuka.

"Apa?! Bagaimana bisa dia sembuh dalam waktu dekat? Kau tidak lihat tubuhnya penuh luka seperti itu hah?" Suara tinggi seorang wanita menggema diseluruh ruangan. Ada nada tegas yang tersirat di dalam suara lembutnya.

"Dia akan membuka matanya dalam waktu dekat ini." Suara bariton kini yang mengisi heningnya suasana rumah itu. Sarat dengan ketenangan dan ketegasan yang tak melunturkan wibawanya.

"Mana bisa? Dia menggunakan kekuatannya di saat banyaknya luka yang dia dapat. Perlu beberapa minggu lagi untuk sembuh. Kau tahu, dia tidak seperti yang lain. Sangat sulit untuk disembuhkan."

"Lihat matanya yang beberapa menit akan terbuka."

"Kau yakin?"

"Kenapa tidak."

Wanita itu mendekat ke arah seorang gadis yang masih terlelap di dipan kayu yang hanya beralaskan kain tipis dan bantal kecil berisi jerami. Masih terlihat nyaman dengan keadaanya dan belum ada pergerakan untuk membuka matanya.

"Tidak! Dia masih dalam penyembuhan."

Kini pria itu yang mendekat ke arah gadis yang ditolongnya. Mereka mengenal gadis itu dengan baik. Salah satu keturunan terakhir elemen angin yang ingin menghancurkan hukum yang salah di negara mereka.

"Beverla, bangunlah!" Tangan dingin pria itu menyentuh kepala Terresa. Benar saja, Terresa langsung membuka matanya dengan perlahan. Mata ambernya menatap pria itu seolah bertanya-dia ada di mana-pria itu hanya tersenyum. Tentu pria itu tahu mengenai apa yang terjadi dengan gadis di depannya.

"Akuu, siapa kau?" tanya Terresa dengan lemah.

"Wully, kau bisa memanggilku Wully dan itu istriku, Quera."

"Siapa Beverla? Dan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Terresa yang sedikit mengerti di mana dia sekarang. Dia menyimpulkan bahwa dunia zaman kuno yang dia masuki ini adalah tempat seseorang di masa lalunya yang meminta bantuannya lewat kertas kuno yang berada di kamarnya. Dan dia adalah Beverla itu.

"Beverla Tuwiguna Darma, kau adalah keturunan terakhir pemilik elemen angin. Sebagai seorang ksatria yang berani, tetapi kau terluka sebelum mengalahkan Sandirta. Apa kamu sudah mengerti?" jawab pria bernama Wully itu dengan hangat seperti senyuman seorang ayah yang tidak pernah di dapatkan Terresa di dunianya.

"Hemmm. Sandirta jendral komandan?" Wully mengangguk mengiyakan. Dia sudah menduga akan kedatangan gadis pengguna elemen angin terakhir di depannya. Ramalan yang pernah dia dengar ternyata benar adanya. Wully bangkit berdiri dari duduknya meninggalkan Beverla. Dia merasakan akan kedatangan tamu lain di rumahnya. 

"Minum ini Beverla, agar kekuatanmu cepat kembali." Querra memberikannya gelas yang terbuat dari perak. Isi gelas itu seperti air putih tapi ketika diminum rasanya pahit melebihi jamu yang pernah dia minum. "Tenang saja rasa pahitnya aka mudah hilang." Jelas Querra ketika melihat perubahan raut wajah Beverla.

Beverla menyerahkan gelasnya kembali pada Querra setelah ramuan itu masuk ke tenggorokannya. Querra menerimanya dan mengembalikan gelas itu ke dapur. Tatapan matanya beralih pada jendela yang terbuka. Terhampar pemandangan hutan hijau lebat yang disinari pancaran matahari yang terlihat dicelah-celahnya. Di sampingnya ada sungai yang mengalir diapit bebatuan besar dan kecil. Kilauan jernih air sungai memancar di sisianya. Benar-benar pemandangan indah yang belum pernah ditemuinya.

"Beverlaa!!" Querra berlari ke arahnya dengan raut wajah ketakutan yang kentara. Entah apa yang terjadi Beverla tidak tahu. Yang jelas Querra menutup jendela yang terbuka di sampingnya. Beverla menatap Querra dengan tidak mengerti. "Kau harus segera pergi dari sini Beverla. Sandirta dan pasukannya berhasil menemukanmu disini," kata Querra menatap Beverla dengan wajah takutnya. Tangannya yang dingin memegang tangan Beverla menyalurkan energi yang dimiliki Querra padanya.

"Aku tidak tahu harus kemana Querra. Aku baru bangun dari tidurku. Dan aku juga belum mengerti negri apa ini."

"Tenang saja. Kami tidak akan membiarkanmu sendirian. Calvien akan bersamamu." Querra mencium pucuk kepala Beverla. Wanita itu telah menganggap Beverla sebagai anaknya sendiri. Dia ingin memiliki anak perempuan namun justru anaknya terlahir laki-laki. "Calvien!!!" Querra berteriak memanggil anaknya.

Seorang pria muda muncul setelah pintu dibuka. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih pucat, rambutnya putih terang, rahangnya tegas dan wajahnya sangat rupawan. Pakaian yang dipakaiannya seperti pakaian seorang ksatria. Ketika pria itu mendekat, aura dingin terpancar jelas. Sejenak Beverla tidak berkedip dari keterpukauannya. Baru kali ini dia melihat pria setampan yang ada dihadapannya. Pria itu mengulurkan tangannya pada Beverla.

"Tapi kita tidak mungkin meninggalkan mereka sendirian." Beverla beralih menatap Querra tidak tega. Jika memang ini karena dirinya, tidak mungkin dia harus mengorbankan orang lain.

"Kami akan mengatasinya disini. Pergilah Beverla, kami pasti bisa menemukan kalian lagi."

"Baiklah." Beverla menyambut uluran tangan Calvien. Sama seperti Wully dan Qurra, tangan Calvien juga terasa dingin di kulitnya. Pria itu menuntun Beverla menuju pintu yang menempel di lantai seperti pintu bawah tanah. Ada tangga yang menurun ke dalam sana. Calvien berjalan terlebih dahulu sedangkan Beverla berjalan di belakang. Tangannya masih digenggam Calvien. Setelah mereka masuk, pintu itu menutup secara otomatis.

"Jalan ini akan menghubungkan kita ke dalam hutan," jelas Calvien setelah melepaskan tangan Beverla.

Suasana di dalam sana berubah terang ketika mencapai anak tangga terakhir. Ada beberapa tanaman yang tertanam di sana. Bahkan ada beberapa kurcaci yang menyirami tanamannya. Jalan bawah tanah itu sepertk bagian dari rumah kurcaci. Para kurcaci yang melihat mereka tak jarang tersenyum ramah.

Setelah berjalan cukup jauh mereka sampai di tengah hutan. Sinar matahari yang masuk melalui celah dedaunan pohon membuat hutan itu tidak semenyeramkan hutan biasanya. Air sungai mengalir di bawahnya. Bunga-bunga liar berawarna-warni tumbuh disekitarnya bersamaan dengan beberapa batu yang juga berada di pinggir sungai. Beverla menatap sampingnya mencari Calvien. Namun pria itu tidak ada di sana.

"Calvien!!" Beverla meneriakkan nama Calvien sambil berjalan ke arah sungai. Barulah dia menemukan Calvien yang duduk di atas batu besar yang terletak di samping sungai. Tangan pria itu bergerak lalu beberapa air sungai yang ada di bawahnya bergerak naik ke tangannya membentuk gunpalan air. Beverla menaiki batu itu dengan susah payah. Dia terpukau dengan kekuatan Calvien yang dapat mengendalikan air.

Beverla mendudukkan tubuhnya di samping Calvien. Menatap air yang membentuk seperti bola. Di dalamnya ada ikan kecil yang berenang berputar-putar di sana. Tanpa sadar tangan Beverla menyentuh air itu. Membuat bola air yang semula tenang menjadi bergerak seperti riak air.

"Kau bisa membuat ikan itu mati kalau menyentuh terus-menerus." Beverla berhenti menyentuhkan tangannya. Dia beralih mengamati tumbuh-tumbuhan di sekitarnya.

"Jadi kamu pengendali air?"

"Seperti yang kamu lihat. Dan kau..." Beverla menatap Calvien yang menggantungkan kalimatnya,"pengendali apa?"

"Entah, aku juga tidak tahu." Beverla mengendikkan bahunya. Dia tidak mengerti dunia yang sedang dihadapinya saat ini. Jangankan nama negri ini, sejarah Beverla bisa menjadi buronan jendral saja dia tidak tahu. 

Calvien mengambil tangan Beverla. Mengamatinya secara teliti, mencari tahu apa kekuatan yang dimiliki Beverla sampai Sandirta ingin membunuhnya. "Dari yang aku lihat, kau adalah pengendali angin. Apa kau benar-benar tidak tahu?" tanya Calvien dengan tatapan matanya yang tajam.

"Tidak." Beverla menggelengkan memperjelas. Dia menarik tangannya tidak berani menatap mata tajam Calvien yang berwarna hazel. "Lalu ini negri apa? Dan apa yang terjadi sebenarnya?"

"Kami menyebutnya Kotanza. Awalnya negri ini damai sebelum dipimpin raja Antares. Tapi setelah kepemimpinan raja Antares semuanya berubah. Banyak pengendali kekuatan lainnya dibunuh secara tragis. Termasuk elemen angin sepertimu. Kamu adalah keturunan terakhir pengendali angin. Apa kamu tidak tahu?"

"Aku memang tidak tahu, karena aku bukan berasal dari sini."

"Kalau kamu bukan berasal dari sini. Kamu dari mana?" 

"Dari masa depan. Masa dimana tidak ada pengendali kekuatan seperti ini."

"Mana ada. Kamu hanya ngarang."

"Yang benar saja. Terserahlah. Aku lapar, temani aku mencari buah-buahan bagaimana?"

"Bagaimana kalau berburu?" Calvien berdiri dan turun dari batu diikuti oleh Beverla. Pria itu berjalan mencari tongkat kayu.

"Aku tidak ingin makan binatang hutan. Buahan-buahan saja." Calvin tidak mendengarkan Beverla. Justru pria itu sibuk memilih tongkat panjang yang cocok digunakan menjadi gagang tombak. "Calvien dengarkan aku."

"Kamu tidak akan kenyang kalau hanya makan buah. Percayalah!" Tangan Calvien bergerak memutar lalu muncul pisau panjang perak dengan ukiran-ukiran unik di gagangnya. Pisau itu kemudian diletakkan diujung tongkat, dililit dengan tumbuhan agar tertancap kuat.

"Yasudah, aku akan mencari sendiri."

"Hmm. Hati-hati dengan binatang buas."

Beverla melirik Calvien. Belum satu hari dia mengenal Calvien namun pria itu terlihat menyebalkan dimatanya. Calvien juga tidak mencegahnya. Padahal dia juga tidak mengerti seluk beluk hutan ini. Namun Calvien seolah tidak peduli jika dia bisa nyasar nantinya atau yang lebih buruk bertemu dengan binatang buas seperti yang dikatakan pria itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • sherlygratia

    @ShiYiCha hehe. Makasihhh. Okeyy

    Comment on chapter Prolog
  • ShiYiCha

    Kyaaaaa!!! Seru nih ceritanya. Masuk list baca. Semangat terus, ya Kak lanjutin ceritanya. Masih sangat dinantikan oleh reader.
    Btw, likeback ya Kak????

    Comment on chapter Prolog
  • sherlygratia

    @Kimmie_Tan hehe. Okey, makasih udah mau baca :"))

    Comment on chapter Prolog
  • Kimmie_Tan

    Ya ampuuunn... bikin penasaran!! Keren, suka banget sama genre fantasy gini. Semangat terus ya thor!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
CAMERA : Captured in A Photo
1207      586     1     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
Nightmare
452      309     2     
Short Story
Malam itu adalah malam yang kuinginkan. Kami mengadakan pesta kecil-kecilan dan bernyanyi bersama di taman belakang rumahku. Namun semua berrubah menjadi mimpi buruk. Kebenaran telah terungkap, aku terluka, tetesan darah berceceran di atas lantai. Aku tidak bisa berlari. Andai waktu bisa diputar, aku tidak ingin mengadakan pesta malam itu.
Mikroba VS Makrofag
190      176     0     
Humor
Muka default setelan pabrik, otak kacau bak orak-arik, kelakuan abstrak nyerempet prik ... dilihat dari ujung sedotan atau belahan bumi mana pun, nasib Sherin tuh definisi burik! Hubungan antara Sherin dengan hidupnya bagaikan mikroba dengan makrofag. Iya! Sebagai patogen asing, Sherin selalu melarikan diri dari hidupnya sendiri. Kecelakaan yang dialaminya suatu hari malah membuka kesempatan S...
Love in the Past
579      428     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.
The Final Journey
437      307     5     
Short Story
Will they reached the top of the mountain with Fay's ashes?
GEANDRA
533      418     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Hanya Untukku Seorang
1089      586     1     
Fan Fiction
Dong Hae - Han Ji bin “Coba saja kalo kau berani pergi dariku… you are mine…. Cintaku… hanya untukku seorang…,” Hyun soo - Siwon “I always love you… you are mine… hanya untukku seorang...”
Batagor (Menu tawa hari ini)
393      253     4     
Short Story
Dodong mengajarkan pada kita semua untuk berterus terang dengan cara yang lucu.
A - Z
3111      1056     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Kamu
4212      1617     1     
Romance
Dita dan Angga sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka bersekolah di tempat yang sama sejak Taman Kanak-kanak. Bukan tanpa maksud, tapi semua itu memang sudah direncanakan oleh Bu Hesti, ibunya Dita. Bu Hesti merasa sangat khawatir pada putri semata wayangnya itu. Dita kecil, tumbuh sebagai anak yang pendiam dan juga pemalu sejak ayahnya meninggal dunia ketika usianya baru empat tahun. Angg...