Read More >>"> Surat Dari Masa Lalu (Prolog) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Surat Dari Masa Lalu
MENU 0
About Us  

Malam bertabur bintang dilangit terlihat indah. Semuanya bagaikan tersenyum bahagia. Kerlap-kerlip lampu perkotaan terlihat semakin meramaikan suasana. Terlihat indah dari atas kamar apartement di lantai 7. Berbeda dengan seorang gadis yang iri melihat semuanya yang seolah bersenang-senang di atas kesedihannya. Dia membenci masa lalunya. Kesalahpahaman antara dia dan teman sekelasnya membuat penat hari-harinya. Terasa menyesakkan dada. Dia ingin kembali ke beberapa hari sebelumnya sebelum kejadian itu menimpa dirinya.

 

"Terresa! Ini apa?" tanya gadis berwajah keturunan china yang memperlihatkan buku gambarnya yang terkena coretan.

 

"Kok tanya aku?" Terresa memang tidak mengerti mengapa hal itu menjadi kesalahannya. Dia memang meminjam buku gambar Li Fei untuk melihat gambar proyeksi perspektifnya. Hanya sebentar, setelah itu Irena yang meminjamnya. Irena berkata padanya bahwa dia sudah izin Li Fei.

 

"Jangan ngeles. Yang pinjam juga kamu."

 

"Lohhh tadi Irena setelah aku. Jangan nyalahin aku dong." Terresa masih tidak mau mengalah. Lagipula buat apa mengalah kalau memang dia tidak salah.

 

"Ngarang, gue nggak pegang kok. Lo itu yang jangan nyalahin orang." Irena justru membentak Terresa. Terresa benci orang itu, orang yang memang suka mengada-ada cerita.

 

"Udah Ren, biarin aja orang munafik itu. Nih, semoga lo bahagia." Li Fei melempar buku gambar sketch booknya ke wajah Terresa. Buku yang lebih berat dari buku gambar biasa. Kulit pipi Terresa juga tergores oleh kertas gambar tebal itu. Memang tidak semenyakitkan dengan tuduhan Irena dan Li Fei, tapi cukup untuk memperlihatkan betapa tidak berharganya dirinya. Padahal selama ini dia sudah berusaha diam sekalipun dia dihina dan dicaci maki oleh penghuni kelas lainnya. Namun sekali lagi, jika ada yang tidak beres pasti dia yang akan disalahkan.

 

Terresa menghembuskan napasnya. Kilas balik masalah dihidupnya kembali berputar dipikirannya. Jika berhenti itupun tidak sertamerta bersih dari masalah melainkan masalah dengan kadar yang lebih bisa diselesaikan dengan mudah. Kenyataan semua orang memang punya masalah. Namun rasanya baru kali itu dia merasa ingin mengakhiri hidupnya. Semua raut wajah kesal, suara teman-temannya seolah membuatnya ingin segera pergi dari kehidupan ini. Kata-kata pedas mereka yang tidak sadar selalu terngiang di telinganya. Apalagi ingatan Terresa begitu tajam, dia akan ingat semuanya dengan jelas.

 

Teressa menutup jendela kamarnya. Sekali lagi, dia menatap bintang yang kerlap-kerlip seperti lampu satelit di atas sana. Entah mengapa keinginannya untuk kembali ke masa lalu sangat tinggi. Dia kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur. Berharap keesokan harinya dia terbangun di tanggal sebelum tanggal saat ini. Entahlah beberapa hari belakangan dia menginginkan hal itu terjadi.

 

***

 

Syatttt.....

 

Suara pedang mengiris tubuh seseorang dengan kasar kembali terdengar. Di malam yang gelap dengan bintang-bintang bertaburan di atas sana seolah menjadi saksi kunci atas kematian beberapa prajurit yang terbunuh dalam perang itu. Tak jauh dari kejadian, ada perempuan berpakaian kesatria yang memegang luka dilengannya. Wajahnya pucat seiring darahnya yang banyak keluar dari tubuhnya.

 

"Sial!! Dia belum tandinganku." Perempuan itu memuntahkan darah dari mulutnya. Sebelum kesadarannya habis, dia pergi darisana. Langkahnya tertatih seolah tidak mempunyai tenaga untuk berdiri kembali. Sekuat yang dia bisa dan sisa kekuatannya. Dia berjalan kemanapun dia bisa mengobati dirinya.

 

Keberuntungan mungkin belum berpihak padanya. Jendral komandan yang membantai pasukannya telah lebih dulu menemukannya. Matanya menatap perempuan itu dengan tajam, bibirnya menyeringai seolah menemukan mangsa yang sudah lama dia incar.

 

"Jadiii, hari ini ajalmu kesatria Bever? Atau harus saya panggil panglima Beverla seperti prajuritmu yang lain?" Ujar pria itu dengan sinis sambil mendekat ke arahnya. Beverla mundur selangkah demi selangkah. Dia tidak ingin melukai dirinya lebih dalam jika dia mengeluarkan kekuatannya.

 

"Apa maumu?" tanya Beverla dengan sisa napasnya.

 

"Melihatmu mati ditanganku."

 

"Jangan harap. Aku tidak akan mudah dikalahkan olehmu."

 

"Heuhhh. Orang sebangsamu telah mati. Dan kau masih bersikap sombong heuh?" Komandan itu meninggikan suaranya. Pedang di tangan kanannya dia pegang kuat-kuat. Bersiap akan diluncurkan ke arah Beverla.

 

Beverla harus menyelamatkan dirinya. Dia perlu dan harus membunuh orang licik di depannya. Seorang komandan yang telah menghabisi keluarganya tanpa sebab. Dan dibalik itu semua yang lebih penting adalah membunuh raja yang memerintah komandan itu menyerang keluarganya.

 

Ini gila, dia harus mengorbankan sedikit waktu hidupnya jika ingin selamat. Ketika dia menggunakan kekuatannya saat terluka, saat itu dia harus menerima konsekuensi untuk terlelap lebih lama nantinya. Tapi itu tidak masalah, yang terpenting dia bisa lepas dari situasi ini sekarang.

 

"Bagaimana? Sudah ingin menyerah?" tanya komandan itu dengan tawa kemenangan.

 

Beverla merilekskan tubuhnya. Dia akan memulai menggunakan kekuatannya. Matanya menutup. Dia bisa mendengar detak jantung dan peredaran darahnya yang mengalir didirinya. Semakin dia fokus, semakin dia merasakan tubuhnya ringan bagai kapas. Kemudian dengan kekuatan angin yang dia punya, tubuhnya bergerak dengan cepat meninggalkan sang komandan.

 

"Kamu adalah orang bodoh yang memilih mati secara mengenaskan Beverla," gumam sang komandan yang hanya bisa melihat tubuh Beverla terbang meninggalkannya.

 

Tubuh Beverla tidak kuat lagi dipaksakan untuk menggunakan kekuatannya hingga tubuhnya jatuh di atas padang rumput yang terasa lembab. Dengan sekuat tenaga dia berjalan ke arah gua yang ada di sana. Malam itu begitu dingin, tidak mungkin juga dia akan membiarkan tubuhnya mati kedinginan dan hewan-hewan buas datang ke arahnya untuk memakan bangkainya.

 

Bervela bisa merasa sedikit tenang. Di dalam gua itu tidak ada mahluk lain selain dia. Dia mengambil kertas yang berada di selipan baju ksatrianya beserta pena bulu angsanya. Dia menuliskan sesuatu hal yang penting di sana. Setelah selesai, dia meniup kertas itu kembali, berdoa semoga kertas itu sampai ke tempat tujuan.

 

***

Terresa terbangun dari tidurnya. Matanya dengan awas menatap ke sekeliling ruangan. Dia tidak ada di hutan dan lengannya juga tidak terluka. Ia memegang dahinya, keringat dingin terasa di kulit tangannya.

 

Dia bermimpi melihat seseorang yang mirip dengannya berpakaian seperti seorang ksatria dengan luka parah yang ada disekujur tubuhnya. Tapi mimpi itu terlihat nyata untuknya. Seolah memang dirinyalah yang terluka. Namun kenyataanya dia masih di zaman sekarang. Di mana dia harus menghadapi teman sekelasnya yang masih memusuhinya.

 

Terresa merapikan seprai seperti kebiasaannya setiap hari. Ajaran dari sang bunda yang harus dilakukannya. Namun, matanya menangkap sebuah kertas mirip kertas kuno. Dengan ragu dia mengambilnya. Kertas itu mirip dengan kertas yang digunakan ksatria perempuan yang ada di mimpinya. Dengan perlahan dia membukanya, tulisan rapi beraksen klasik langsung menyambutnya. Terlihat memukau dimatanya.

 

Duniaku membutuhkan bantuanmu. Ku mohon  tolonglah aku, masa lalu. Kamu hanya perlu menjadi diriku selagi aku menyembuhkan diri di duniamu nantinya

Dari masa lalu

 

Terresa menjadi gugup. Dia tidak mengerti maksud isi kertas itu. Masa lalu yang seperti apa yang dimaksud dan bagaimana dia kesana. Di zaman modern ini masih tidak ada alat untuk ke masa lalu. Mungkin hanya perasaannya saja yang terlalu menginginkan kembali ke masa lalu.

 

Dilemparnya kertas itu ke atas meja belajarnya. Dia harus mandi dan bersiap-siap ke sekolah sebelum bundanya memarahinya.

 

Jika biasanya dia naik kereta bawah tanah, hari ini mamanya memilih mengantarnya. Jarang-jarang beliau mau melakukan hal seremeh itu. Di zaman saat ini semua anak dituntut untuk melakukan semuanya sendiri. Seolah prinsip hidup adalah hidupmu urusanmu dan hidupku urusanku. Sangat mengecewakan bukan.

 

"Terresa, mama nanti tidak bisa menjemputmu. Ada urusan di luar kota," ujar mamanya seperti biasa sebelum dia membuka pintu mobil.

 

"Iya ma." Sudah biasa Terresa mendengar kata-kata itu. Mamanya cenderung tidak punya waktu untuk menetap barang sehari saja di sampingnya begitu juga dengan papanya. Bahkan di hari libur pun dia tidak menemukan kedua orang tuanya ada di rumah.

 

"Terre!" Mamanya menyembulkan kepalanya dari kaca mobilnya. Terresa menoleh ke arah mamanya. "Jangan lupa makan siang ya!"

 

"Mama emang ngerti aku makan apa nggak? Mamakan nggak pernah peduli." Ucapnya sebelum kembali melangkah.

 

Gera-mamanya hanya bisa menatap kepergian anaknya dengan perasaan bersalah. Dia tahu Terresa menginginkan perhatian darinya. Namun tuntutan karir tidak bisa dia tinggal begitu saja.

 

Gera bersiap melajukan mobilnya kembali. Hanya saja suara tabrakan yang ada di depannya saat ini seolah menghantam dirinya. Di sana, anak semata wayangnya. Terresa Agni Tritapanula dihantam oleh mobil keluaran terbaru tahun ini. Jantung Gera rasanya ingin melesak keluar bersamaan dengan tubuh Terresa yang terpental setelah tertabrak. Kejadian itu sangat cepat melintasi matanya.

 

Dunianya terasa hancur melihat anaknya terjatuh berlumuran darah. Beberapa orang mengerubungi mobil sang penabrak agar tidak melarikan diri. Dengan sekuat tenaga Gera berlari menembus beberapa orang yang mulai mengerbungi anaknya. Sebelumnya dia menelpon ambulan terlebih dahulu. Dia memangku kepala anaknya, matanya menutup dan darah mengalir dari kepala Terresa. Gera hanya bisa menangis sambil menunggu ambulan datang.

***

Terasa dingin, gelap, dan sesak. Itulah yang dirasa Terresa ketika dia terbangun di dunia yang entah dunia apa. Dia terasa berjalan cepat menembus kabut-kabut berwarna hitam disekelilingnya. Dia mendapati kesatria perempuan yang ada dimimpinya bergerak secepat dirinya saat ini mendekat ke arahnya.

 

"Terimakasih kamu mau membantuku Terresa. Aku meninggalkan kekuatanku disana."

 

Suara itu menggema ditelingannya. Bayangan kesatria perempuan itu lenyap begitu saja. Dirinyapun telah terlelap kembali. Apa yang baru saja terjadi seolah hanya kilasan melewatinya. Padahal apa yang terjadi saat ini adalah pertukaran roh mereka.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • sherlygratia

    @ShiYiCha hehe. Makasihhh. Okeyy

    Comment on chapter Prolog
  • ShiYiCha

    Kyaaaaa!!! Seru nih ceritanya. Masuk list baca. Semangat terus, ya Kak lanjutin ceritanya. Masih sangat dinantikan oleh reader.
    Btw, likeback ya Kak????

    Comment on chapter Prolog
  • sherlygratia

    @Kimmie_Tan hehe. Okey, makasih udah mau baca :"))

    Comment on chapter Prolog
  • Kimmie_Tan

    Ya ampuuunn... bikin penasaran!! Keren, suka banget sama genre fantasy gini. Semangat terus ya thor!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
IMAGINATIVE GIRL
2410      1240     2     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
Nadine
5378      1367     4     
Romance
Saat suara tak mampu lagi didengar. Saat kata yang terucap tak lagi bermakna. Dan saat semuanya sudah tak lagi sama. Akankah kisah kita tetap berjalan seperti yang selalu diharapkan? Tentang Fauzan yang pernah kehilangan. Tentang Nadin yang pernah terluka. Tentang Abi yang berusaha menggapai. dan Tentang Kara yang berada di antara mereka. Masih adakah namaku di dalam hatimu? atau Mas...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
7465      1891     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Garuda Evolution
1895      976     0     
Fantasy
Sinetra seorang pemuda culun. Bertemu sosok lainnya bernama Eka, diri lain darinya. Mereka dipertemukan dengan Mirna Kemala, seorang Pahlawan Garuda. Dia menawarkan mereka untuk bergabung di Aliansi Garuda. Akhirnya mereka bergabung, dan berteman dengan dua teman mereka sesama Pahlawan Garuda. Tugas dari seorang Pahlawan Garuda adalah mencari lima kartu yang tersimpan daya sihir, membawa mereka k...
Do You Believe?
395      275     1     
Short Story
Beredar sebuah rumor tentang serial killer yang akan membunuh siapapun yang percaya dengan keberadaannya untuk balas dendam. Sekelompok remaja memutuskan untuk liburan bersama merayakan kelulusan mereka. Liburan menyenangkan dambaan mereka mulai terusik dengan adanya rumor itu. Satu persatu dari mereka mulai mempercayai rumor itu. Apakah yang akan terjadi pada mereka? Apakah ada yang selamat? B...
Beyond Expectations
380      250     3     
Short Story
Unexpected things could just happen.
Old day
532      391     3     
Short Story
Ini adalah hari ketika Keenan merindukan seorang Rindu. Dan Rindu tak mampu membalasnya. Rindu hanya terdiam, sementara Keenan tak henti memanggil nama Rindu. Rindu membungkam, sementara Keenan terus memaksa Rindu menjawabnya. Ini bukan kemarin, ini hari baru. Dan ini bukan,Dulu.
TRISQIAR
7845      1542     11     
Fantasy
Aku memiliki sesuatu yang berbeda. Ibuku bagaikan monster yang memelihara anak iblis. Teman hanyalah kata kiasan untuk mengutuk mereka Manusia bagiku hanyalah bayangan yang ingin aku musnahkan aku tidak pernah sama sekali memperdulikan hidupku karena aku tidak akan pernah bisa mati dan hal itu membuatku senang membunuh diriku sendiri. tapi karena kebiasaanku, sesuatu itu memberikanku kek...
Guguran Daun di atas Pusara
457      312     1     
Short Story
Akhirnya Pacaran
568      401     5     
Short Story
Vella dan Aldi bersahabat dari kecil. Aldi sering gonta-ganti pacar, sedangkan Vella tetap setia menunggu Aldi mencintainya. \"Untuk apa pacaran kalau sahabat sudah serasa pacar?\" -Vella- \"Aku baru sadar kalau aku mencintainya.\" -Aldi-