Read More >>"> Princess Harzel (Siluet Ballerina) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Princess Harzel
MENU
About Us  

Aku tak tahu siapa perempuan itu. Berapa usianya. Apakah masih muda ataukah tua. Bagaimana wajahnya. Aku tak tahu. Sama sekali tak tahu. Lebih tepatnya tak mau tahu. Tariannya bukanlah tarian paling hebat yang pernah kulihat. Namun yang aku tahu, ia menari dengan hati—Revandira Papinka.

***

Ika Marissa—penari paling hebat di sekolah. Belum ada yang menyainginya, termasuk adik kelas yang juga mengikuti eskul tari. Bahkan Ika mengalahkan para senior saat posisinya masih sebagai junior. Penampilannya menari mampu membuat semua orang terpukau.

            Kemampuan yang dimiliki Ika bukan hanya menari Ballet. Gadis itu memiliki bakat modern dance dan cheers, namun ia lebih tertarik patda Ballet. Ia sudah dilatih sejak kecil. Ika sering bergabung di berbagai sanggar menari. Saat ini ia ditawari mengajar di studio tari, tetapi ia menolak. Alasannya sederhana, mencari uang yang tidak seberapa hanya membuang waktu baginya. Bagaimana tidak? Ika Marissa merupakan putri dari salah satu pengusaha ternama di Indonesia.

            Selain itu, Ika sangat jago bermain basket. Ia sering mengikuti berbagai macam turnament, bahkan tingkat nasional. Ika Marissa memiliki postur tubuh seperti Liana, postur yang diidamkan oleh setiap perempuan. Tetapi, Ika lebih cantik dari Liana. Rambutnya hitam kecoklatan, matanya bulat, kulitnya putih, dan wajahnya khas Belanda. Karena Ibu Ika memang orang Belanda.

            Segala kelebihan yang dimiliki Ika membuat Harzel iri. Namun yang lebih mendominasi adalah rasa kagum. Sehingga Harzel berteman akrab dengannya dan banyak belajar darinya. Sesuatu yang dimiliki Ika adalah sesuatu yang juga Harzel inginkan. Ia suka bergerak, memang dasarnya Princess Harzel dilahirkan dalam keadaan hiperaktif. Namun fisiknya menghalangi. Sakit kepalanya mulai memberontak saat ia melakukan kegiatan yang berat.

            Namun saat ini, Ika membencinya, bahkan sangat membencinya. Alasannya sederhana—Harzel sendiri tidak habis fikir. Hanya karena hal sepele, sampai saat ini Ika melihatnya seperti melihat sampah. Bukan hanya Ika, bahkan teman-teman yang dekat dengan gadis itu.

            Paul, kapten basket sekolahnya, menjalin hubungan dengan Ika sejak mereka masih duduk dibangku SMP. Paul juga merupakan teman satu kursus Harzel—terbilang cukup dekat—namun masih dalam koridornya.

            Tanpa alasan, Paul memutuskan hubungannya dengan Ika, saat gadis itu masih benar-benar menyayanginya. Sekitar jarak satu minggu, Paul menyatakan perasaannya pada Harzel di cafe tempat mereka kursus bahasa inggris. Tentunya Harzel menolak.

            Tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Ika mengetahui segalanya, bahkan seseorang memberikannya video rekaman saat Paul menyatakan perasaannya pada Harzel. Sejak saat itu, dimatanya Harzel hanya seorang perusak.

            Harzel masih ingat kata-kata Ika sekitar satu setengah tahun yang lalu.

            “Lo munafik tau nggak! Bahkan, orang terdekat elo nggak pernah percaya sama elo! Apalagi gue!”

            Harzel—yang merasa lelah bersabar dengan sikap Ika padanya—mulai menikmati perang diantara mereka. Ika bukan hanya membuat dirinya sendiri membenci Harzel, tetapi teman-temannya juga. Bahkan seluruh perempuan dikelasnya yaitu 12 IPS A, rata-rata membenci Harzel. Kecuali, adik perempuannya. Ratu Misella.

***

            Harzel merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Sekejap saja, ia pasti tertidur. Dalam satu menit ia bisa menguap sampai tiga kali.

            Tepatnya pukul setengah tujuh, ia baru saja pulang kerumah. Perjalanan dari Bandung sangat melelahkan rasanya. Harzel mulai memejamkan mata, alam mimpi mulai mendatanginya. Hingga Misella tiba-tiba mengguncang tubuhnya.

            “Kak..kak.. ada telepon!!”

            Harzel langsung tersintak duduk. Dengan keadaan setengah sadar, ia meraih Handphone dan meletakkannya ditelinga.

            “Hallo?” sapanya dengan mata terpejam.

            “Harzel!!!! Lo udah pulang, kan?” suara khas Sasha memekakkan telinga. Harzel sontak menjauhkan hp dari telinganya. Setelah merasa cukup lega, ia mendekatkannya lagi ke telinga.

            “Ada apa, sih?”

            “Lo nggak tau? Wah gawat!”

            “Lo nggak usah berbelit-belit deh! Ada apa?” tanya Harzel kesal.

            “Kita ada PR Fisika!!”

            Harzel menguap, dan mulai berbicara lagi, “Trus?”

            “30 soal dan yang lebih parah.. dikumpul besok!!”

            Tubuh Harzel langsung menegang, matanya sontak melotot. Misella yang berada didepannya, memandangnya heran, “Lo.. lo serius?”

            Sasha mengangguk diseberang sana, “Gue serius!” Harzel mengusap kepalanya, ia sama sekali tidak ahli fisika. 10 soal saja ia bisa menghabiskan waktu 2 jam untuk menjawabnya. Apalagi 30 soal? Berarti, ia bisa menghabiskan waktu 6 jam. Ia tidak yakin bisa tidur tenang malam ini.

            “Princess Harzel nan manis. Nasib gue dan Liana ada ditangan elo,” Suara Sasha memohon diseberang sana, “Elo tau sendiri, kan? Dani sama Astrid itu pelit! Jadi gue mohon sama elo.”

            “Ya!”

            Tutt!! Tutt!!

            Harzel memutuskan hubungan telepon.

***

            Revan membaca sekilas pertanyaan yang tertera di buku fisikanya. Saat ini, ia sudah mencapai nomor 28. Namun rasa kantuk yang melandanya, membuatnya ingin terlelap detik ini juga. Hingga matanya mulai memerah dan berair.

            Revan melangkah ke kamar mandi. Setelah membasuh wajah, ia kembali duduk di meja belajarnya. Mematut soal fisika yang semalaman ini menemaninya. Lelaki berambut pirang itu menyesap kopinya sebelum lanjut menyelesaikan tiga soal lagi.

            Revan melirik jam dinding yang tertera dikamarnya. Sudah menunjukkan pukul 12 malam.

***

            Jam 12???

            Harzel membenamkan wajahnya di atas meja belajar. Membiarkan bukunya basah lantaran matanya yang telah berair. Entah sudah berapa kali ia menguap, mungkin sudah puluhan kali sejak ia tahu bahwa besok ada PR.

            Harzel kembali mengangkat kepalanya yang terasa berat setengah mati. Mulutnya komat-kamit memanjatkan do’a. Kemudian gadis itu menatap buku PR yang tergeletak diatas meja.

            “Nomor 11?” matanya melebar menatap buku PR, ia mulai kehilangan kesadaran, “Selama 4 jam. Aku baru menyelesaikan 11 soal?” ia mengacak-ngacak rambutnya yang sudah berantakan seperti jerami, “Alangkah bodoh dirimu Harzel!”

            “Oke!” Ia mulai berdiri dan menarik nafas panjang, “Aku harus ngelakuin sesuatu!”

***

            Revan menutup bukunya setelah berhasil menyelesaikan 30 soal fisika. Untung Bimo mengingatkannya, meskipun lelaki itu menelponnya ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Butuh waktu dua jam untuk menyelesaikan soal fisika 30 soal. Revan sendiri tidak menyangka fisika tidak sesulit yang ia bayangkan.

            Entah kenapa, dua cangkir kopi membuat rasa kantuknya hilang. Revan pun meraih gitar yang tergeletak di pinggir lemari. Masih hangat difikirannya saat ia berada di rumahnya, ia sangat suka bermain gitar, mendengar musik, dan membaca komik sembari duduk di balkon. Menikmati semilir angin malam yang menghembus, membuat sekujur tubuhnya sejuk. Sesekali, ia memandangi bintang yang bersinar terang apabila langit sedang cerah. Berharap salah satu bintang itu adalah papanya.

            Rumah Adrian memang tidak memiliki balkon. Namun Revan masih bisa melakukan kebiasaan lamanya. Ia melangkah mendekati jendela dan menyibakkan gorden kuning keemasan. Kemudian lelaki itu membuka kedua jendela dan duduk dipinggirnya. Semilir angin berhembus seketika menyambut kedatangannya.

            Ia mulai memetik gitar. Hanya melodi tanpa suara. Bagaimana tidak? Lelaki itu sangat tidak pintar bernyanyi. Setiap kali ia mencoba bernyanyi, suaranya melantunkan nada berat, pendek-pendek, serat—seperti susah bernafas. Bahkan suaranya terdengar seperti mengoceh daripada bernyanyi.

Sesaat kemudian, ia menghentikan permainannya. Lelaki memicingkan mata, menatap sesuatu yang berada tepat di seberang kamarnya.

***

            Setelah mencuci muka, Harzel mematikan lampu kamarnya. Yang tersisa hanyalah lampu kecil tepat di atas gorden putih yang menutupi jendela kamar. Ia menyukai suasana ini. Suasana yang menghiburnya dan menghilangkan segala gundah selain bernyanyi dan bermain piano. Suasana dimana ia bisa melihat dirinya sendiri membentuk siluet yang menari-nari di depan gorden putih.

            Ia mulai menggerakkan bagian tubuhnya, tangan, kaki, kepala, maupun pinggang. Mulai membentuk tarian ballet yang telah ia hafal. Harzel memejamkan mata, hatinya merasa tenang dengan hanya bergerak luwes tanpa dilihat orang lain, tanpa dicemooh oleh siapapun. Meski terkadang gadis itu ingin membuktikan pada semua orang bahwa ia mampu. Ia bisa.

            Harzel kembali membuka mata dan tersenyum menatap siluet bayangannya di depan gorden putih.

***

            Revan menopangkan dagu. Tatapannya tidak beralih sejak tadi. Ia terus menatap siluet bayangan hitam yang menari-nari layaknya ballerina di balik gorden putih. Revan tersenyum tipis. Ia tahu bahwa tarian itu bukanlah tarian paling indah yang ia temui. Namun Revan mampu merasakan, gadis itu menari dengan hati.

            Revan hanya tahu si penari itu adalah perempuan. Karena rambut panjangnya tergerai ikut menari-menari dan membentuk siluet bayangan indah di balik gorden putih. Lelaki itu tak tahu siapa perempuan itu. Apakah masih remaja ataukah sudah tua. Entahlah. Ia tidak mau tahu. Yang ia tahu, tarian itu adalah hiburannya sebelum tidur. Hanya itu!

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    seperti lagi baca novel terjemahan. hehe. bahasanya enak dan mudah dipahami. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
7119      1994     7     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
Love vs Ego
7723      1629     1     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY(MsJung0414) Choi Minho merupakan seorang pangeran vampire yang membuat keresahan didalam keluarganya dan klan vampire karena keganasannya. Untuk mengatasi keganasannya ini, keluarganya pun menyuruh Minho untuk mendekati seorang gadis pemilik kekuatan supranatural yang bisa mengembalikan Minho menjadi normal dan membawa keuntungan besar untuk bangsa vampire. Berha...
My Teaser Devil Prince
5564      1337     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Dessert
889      455     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
7103      1817     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Black World
1440      666     3     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
Arion
972      549     1     
Romance
"Sesuai nama gue, gue ini memang memikat hati semua orang, terutama para wanita. Ketampanan dan kecerdasan gue ini murni diberi dari Tuhan. Jadi, istilah nya gue ini perfect" - Arion Delvin Gunadhya. "Gue tau dia itu gila! Tapi, pleasee!! Tolong jangan segila ini!! Jadinya gue nanti juga ikut gila" - Relva Farrel Ananda &&& Arion selalu menganggap dirinya ...
Pertualangan Titin dan Opa
3027      1181     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
Premium
Akai Ito (Complete)
5548      1261     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Ręver
5907      1707     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...