LXXXV
Pukul 10.30,,
Reno terlihat rapi.
Tampilannya berkelas.
Dengan celana panjang hitam dan kaus kerah birunya.
Duduk di kursi makan.
Reno meraih bungkusan roti tawar.
Mengambil dua lembar roti.
Lalu Reno mengoleskan mentega pada salah satu potongan roti.
Mengatupkannya, Lalu Reno menikmati roti itu.
Sambil diselingi meminum satu gelas besar susu, laki – laki itu menyantap makannya.
Ibu Reno menghampiri anaknya.
Beliau hendak membuat roti lapis juga.
Meraih bungkusan roti. “Reno, kamu masih berhubungan dengan cewek penari telanjang itu?”
Laki – laki itu sedikit kesal mendengar perkataan ibunya.
“Novi nggak penari telanjang, ma,”
Dengan saksama ibu Reno mengoleskan mentega pada permukaan potongan roti.
“Sama saja, cewek itu berpakaian kayak nggak berpakaian.”, sahut beliau, apa adanya. “Sudah, kamu akhiri saja hubungan kamu dengan cewek penari telanjang itu,”
Tampak Reno semakin kesal mendengar cemoohan ibunya, tapi dirinya tetap sabar.
“Mbok jangan ditambahi telanjang gitu lah, ma,, Reno yakin suatu saat nanti Novi bakalan berubah dan dia mau berjilbab.”
Sambil beliau menikmati roti itu,
“Mama rasa itu nggak mungkin,, Orang sudah kebiasaan dia berpakaian terbuka gitu, Mana mau disuruh berjilbab,”
“Mama tenang saja, Reno akan urus Novi supaya mau berjilbab,”
“Kamu tidak usah memberi mama mu ini omong kosong saja,”
“Iya, ma,, Iya,, Reno akan usahakan,”, sahut laki – laki itu.
LXXXVI
Sebuah mobil berhenti di depan rumah yang tampak sederhana.
Seseorang keluar dari dalam kendaraan beroda empat itu.
Tampilannya tampak berkelas dengan jam tangan Fo**il di pergelangan kirinya.
Dengan percaya diri seseorang itu melangkah beralaskan sandal Ru*o.
Melepas sandal di depan teras rumah.
Lalu Reno mengetuk pintu.
“Tok, tok, tok,”
“Assalamualaikum,”, ucap Reno.
Dari balik pintu. “Waalaikum salam,,” Lalu pintu itu terbuka.
Terkejut. “Udah siap?”, tanya Reno.
“Udah dong,”
“Pamitin dong,”
“Oh ya,, Ntar,” Masuk kembali ke dalam rumah.
Seorang wanita berumur ikut keluar bersama Novi.
“Permisi, bu,, Mau ngajak Novi jalan bentar,”
Sambil Reno menyalami wanita tua itu layaknya orang tuanya.
“Oh ya, Hati – hati ya, mas Reno,”, sahut beliau, ramah.
“Permisi bu,”
“Ma, Novi pergi dulu ya,”
“Ya, ya,, Ati – ati ya, Nov,”, sahut beliau, hangat.
LXXXVII
Sang surya Mall,
Tampak Reno dan Novi sedang jalan – jalan di mall itu.
Mereka terlihat dekat dan hangat.
Kebersamaan yang terpancar seolah – olah sudah menjadi kebiasaan lama.
Novi tampak senang dengan kedekatan mereka lagi.
Begitu juga dengan Reno, Dirinya merasa bahagia bisa berjalan dengan kekasihnya dulu.
Mereka bernostalgia akan rentetan sejarah yang telah terukir.
Mengingat – ingat lagi bagaimana cinta menberi arti pada diri mereka.
Sungguh Reno dan Novi layaknya suami istri yang sedang mengenang bulan madu.
Setelah puas menjejakkan langkah di sepanjang mall itu,
Mereka berjalan menuju pujasera.
“Gimana perasaan kamu?”
“Yaa,, senang,”
“Aku seneng dengernya,” Menatap dengan wajah melow.
“Mas Reno kok aneh gitu lihatnya?”
“Nggak pa,, Aku hanya mensyukuri saja kamu tetap mau jalan dengan aku,”
“Aku minta maaf ya soal waktu itu,”, ucap Novi.
“Yaa,, namanya manusia ,, Maksudku, Aku juga pernah berbuat salah, Aku harusnya yang minta maaf duluan,”
“Apa sekarang tu lagi musim ya kontes minta maaf – minta maaf gitu?”
“Hahaha,, Mungkin aja, Apalagi ini udah lewat jauh lebarannya,”
“Mm,, Lha mas Reno gimana? Kenapa mau balikan sama aku? Aku kan mungkin nggak selera nya mas banget,”
“Mm,, Iya sih,, Tapi gimana lagi aku cintanya cuma sama kamu, Boleh kan?”
“Huh, Dasar,” Novi tampak merona.
“O ya, Nov,, Aku ada hadiah buat kamu,”
“Hadiah apa?”
“Tutup mata dong,”
Novi menurutinya. “Apaan sih?, Jangan yang bikin aku geli lo,”
Reno mengambil sesuatu dari balik jaketnya.
“Enggakk,, Ini spesial pokoknya, bukan binatang hidup,”
Cewek semok itu semakin penasaran.
“Apa sih,?”
“Sekarang buka mata kamu,”
Perlahan – lahan Novi kembali melebarkan pandangan.
Sebuah ikat pinggang dengan lebar berukuran sedang tampak di depan mata cewek itu.
Ikat pinggang itu mirip sabuk yang sering dipakai anak – anak punk.
Novi terkejut melihat benda itu. “Ini untuk aku, mas?”
Sambil bercanda, “Bukann,!,, Ya untuk kamu lah, Untuk siapa lagi coba?”
“Mmm,, Makasih, mas,”, sahut Novi, merasa sangat senang.
Sudah lama cewek itu ingin sabuk seperti yang ada direngkuhannya sekarang.
“Karena udah ada sabuk itu, kamu harus lebih greget ya latihannya,”
“??,, Iya, mas,, Iya,, Makasih ya, mas,” Hati Novi benar – benar berbunga – bunga.
Beberapa saat kemudian menu yang mereka pesan telah tiba,
Reno dan Novi segera menikmati makan siang mereka.
LXXXVIII
Ketika Rista dan Siska sedang sangat bersemangat untuk mulai berlatih,
Tiduran di sofa. “Novi mana sihh? Udah jam satu kok belum sampe juga,”
Siska tampak sudah sangat bosan menunggu temannya tiba.
Sambil Rista membaca majalah busana,
“Mungkin Novi nya lupa, Sis,”
“Enggak yo, Orang tadi pagi udah tanya aku latihannya jam berapa,”
“Apa mungkin ketiduran?, Coba kamu miscall,”
Segera Siska menghubungi seseorang itu.
“Nomor yang anda hubungi ,, ” Siska langsung mengakhiri panggilan teleponnya.
“Malah dijawab mbak – mbak,”
“Coba kamu buka FB nya,”
Segera cewek itu melakukan apa yang disarankan oleh Rista.
“Astagaa,!, Ya tuhan,,”
Terkesiap. “Ada apa ig, Sis?”
“Novi kemana coba?”
“Emang Novi nya kemana?
“Dia pacaran di SS mall,”
“??, Masak sih?” Menghampiri Siska.
“Nih, coba lihat,, Ini upload an barusan,”
“Iya, tanggalnya hari ini,, Oo, dasar cewek gesrek,”
“Kirim pesen aja, Sis,, Suruh cepet ke rumah kamu ada latihan,”
Segera cewek itu mengetik pesan lewat FB, lalu mengirimkannya.
“Ni anak bener – bener gila og, Orang mau latihan malah pergi pacaran,”
“Sabar, Siss,, Sabar,, kayak kita nggak pernah tahu kelakuannya Novi aja,”
“Tapi ini kan udah mepet waktunya latihan, Ris,, Beberapa hari lagi kita geladi lo,”
“Iya, aku tahu,, Bentar lagi Novi pasti sampe sini kok,”
“Huuhh,, Terserah lah,,”, ucap Siska, tampak kesal.
LXXXIX
Pukul 13.06 WIB,
Novi tiba di rumah temannya.
Dengan santai dirinya melangkah ke teras rumah.
“Assalamualaikum,”
“Ceklek,” Pintu utama terbuka.
“Waalaikum salam,,”, sahut Rista, dengan ramah.
“Hayo, Kamu habis dari mana?”
“Hehe,,”
“Udah tau ada latihan malah pacaran,”
“Ya maaf,, Niatnya tadi cuma sebentar aja, Tapi malah bablas,”
“Huh, Banyak alasan kamu,”, sahut Rista. “Udah ditunggu Siska tuh, Siskanya ngamuk,”
“Ya allah,, mosok terlambat sebentar aja marah sihh,?”
“Tuh, lihat aja sendiri,, Minta maaf sana,”
“Iya deh,, Iya,,” Novi masuk ke dalam rumah dengan perasaan bersalah.
Ruang latihan,
Dengan wajah bersalah. “Siss,, maaf ya aku telat,”
“Ya,”, jawab cewek itu singkat.
Novi sampai bersimpuh segala, “Kamu mau kan maafin aku?”
“Ya,”
“Kok kamu jawabnya singkat – singkat gitu?”
“Biar kamu peka,”
“Ya allah,, Aku peka kok, Sis,” Semakin merasa bersalah.
“Lha trus kok baru dateng?”
“Yaa,, itu, Aku pacaran dulu,”
“Kamu ngerti nggak kalo ini tu penting?”
“Ya ngerti,”
“Ya udah,, Datang on time dong,”
“Iya deh,, Iya,, Besok aku datang on time,”, sahut Novi, tampak memelas.
“Sebagai hukumannya kamu nanti makannya setengah aja,”
Cewek semok itu sangat terkejut. “?? Kok gitu sih, Sis?, Ntar kalo aku masih laper gimana?”
“Ya kamu bikin sendiri,”
“Yaa,, Kamuu,, Sama aja dong aku nggak makan,”
“Kan kamu udah makan tahu gimbal to,”, sahut Siska, tampak manyun.
“Hehe,, Ketahuan,”
“Udah pacaran aja, dateng telat, cuma ngasih foto pula,”
“Hehe,, Ya ntar aku jajakin deh,”
“Nggak, Aku udah terlanjur marah sama kamu,, Huh,”, sahut Siska.
Rista geleng – geleng kepala melihat drama alay itu.
“Udah,, Udah,, Kapan kita latihan kalo kalian nggak maaf – maafan gitu?”, ucap dirinya sambil menyiapkan peralatan latihan.
“Ok ya, Fine,, Ntar kamu dapet jatah setengah doang,”
Menghela nafas. “Iya dehh, Nggak pa aku dapet setengah,”, ucap Novi, dimelas – melaskan.
Mereka berdua berjabat tangan.
XC
Malam hari tiba,
Reno sedang termenung di dalam kamarnya.
Laki – laki itu tidak menyangka apa yang sudah dirinya lakukan tadi begitu luar biasa.
“Masya allah,, Mamat emang hebat kalo masalah manusia,”
Reno merasa sangat terbantu dengan saran – saran dari temannya itu.
“Ini nggak mungkin aku dapatkan kalo aku minta saran ke Solikin,”, gumam dirinya.
Laki – laki itu semakin menyadari jika manusia itu berbeda – beda karakter.
Ada yang baik, ada yang buruk. Ada kelebihan, ada juga kekurangannya.
“Mungkin itu maksudnya manusia diciptakan bersuku – suku, berbangsa – bangsa, juga dengan adat kebiasaan yang berbeda,”
Tampaknya Reno semakin menyadari kenapa sesama manusia harus saling menghormati, saling pengertian dan memahami satu sama lainnya.
Tertawa menyindir. “Kok aku malah ngerasa aku dulu itu kayak katak dalam tempurung ya,”, gumam batin Reno.
“Ya allah,, aku bersyukur banget ya allah,, meskipun aku hampir putus sama Novi aku bisa nyambung lagi,”
Laki – laki itu juga berharap jika allah swt memberikan kemudahan bagi dirinya supaya bisa membimbing kekasihnya itu.
“Pokoknya aku harus bisa,”