XXIII
Saatnya bersiap – siap,
Siska menyalakan home theaternya.
Dengan penuh perhitungan dirinya memilih keping cd yang sesuai.
Meletakkan keping cd itu pada piringan, lalu “On”.
Sontak alunan musik nan rancak terdengar ringan dari pengeras suara home theater.
Meregangkan rasa kaku pada tubuh. “Gimana kemarin? Udah dapet lagunya?”
“Hehe,, belum,”, jawab Siska, mengambil wadah keping cd nya.
Lalu meletakkannya di atas karpet.
“Haduh, Kok belum?”
“Kami nggak ada ide mau buat apa,”
“Iya, Kemarin kita udah nyari puluhan lagu nggak ada yang pas,”
Rista menghela nafas.
“Kayaknya memang harus kamu yang nyari, Ris,”
“Iyaa, ntar aku bantu nyari,”
“Daripada bengong mending ikutan pemanasan aja ah,”
“Lihat aja, ntar habis pemanasan minta makan,”
“Haha,, kamu tahu aja, Sis,”
Siska beranjak menuju dapur.
Tiba – tiba seseorang muncul dari balik pintu kamar di dekat dapur,
“Mau bikin apa, non? Sini mbok bikinin,” Wanita tua itu menghampiri Siska.
“Bikinin mie ayam kayak yang kemarin itu, mbok,, yang satu porsinya agak dibanyakin, perutnya Novi soalnya berlapis – lapis,”
“Yee,, emangnya aku bawang bombay berlapis – lapis,”
“Haha,, kayaknya sama og, Nov,, Bentuknya gede gitu kayak kamu,”, ejek Rista.
“O awas ya kamu ngejekin aku,”
“Hahaha,,” Rista kembali pemanasan.
XXIV
Setelah mereka bertiga selesai menikmati makan sore nan lezat,
“Hoohh,, aku kenyang banget,”
“Gimana? Enak kan?”
Novi memberikan jempol.
“Iya, Sis,, Enak banget, Kayak makan mie ayam beneran,”
“?? Emang ini mie ayam palsu?”
“Maksudku kayak mie ayam yang dijual di warung – warung gitu,”
“Ohh,, Iya dong,, Mbok Jare kan pinter masak,”
Melihat Novi yang menutup mata. “Wah, kebiasaan,, habis makan trus tidur,”
“Iya tuh, Orang Indonesia banget,”
“Kamu kan juga orang Indonesia, Ris,”
“Aku ada kw – kw nya jepang sedikit kali,”
“Halah,, onderdilnya buatan Indonesia gitu kok,”
“Ini pada ngomongin apa sih?”
“Udah, Sis,, Nggak usah dipikirin,”
Berucap, “Iya, anggep aja Novi lagi ngigau,”
“Kalian kalo bercanda bikin aku loading lambat,”
“Soalnya kamu kalo bercanda kan terstruktur, Sis,, Coba kalo Novi nggak ada jelas – jelasnya, Langsung njeplak aja,”
“Iya juga sih,”, sahut Siska, masih tampak bingung.
“Iya dehh, Aku terima sanjungan kalian, teman – temanku yang baik hatinya,”
Novi tampak menyandar pada tembok, hendak lelap sejenak.
“Sis, itu kalo nggak mbok bangunin, tidur beneran ntar,”
“Haha,, Biar aja, Orang kerjaannya makan tidur aja,”
“Aku denger lo,, Kalian lagi nggosipin aku kan,”
XXV
Saat Rista dan Siska sedang mencari lagu untuk tari mereka,
Rista menghela nafas dalam – dalam.
“Astagaa,, kok sulit banget sih nyari lagu aja,”
Memasukkan keping cd lagi. “Ayo, ini ada beberapa cd lagi,”
“Ya ampunn,, mau berapa cd lagi kita dengerin,”
“Ya moga aja yang ini pas sama yang kita cari,”
Tiba – tiba saja seseorang meracau,
“Lagunya Marshmello yang Friends, sama Pink Panther aja itu lo,”
Rista dan Siska terkejut.
Mereka menoleh ke arah kiri.
Tampak seseorang memunggungi Rista dan Siska sambil memeluk guling.
“Astaga, ternyata cuma ngigau aja tu anak,”
“Iya, aku juga mikir kalo si Novi udah bangun,”
Rista dan Siska melanjutkan pencarian mereka lagi.
“Tapi, Sis,, Btw ngigau nya Novi ada benernya juga,”
“?? Maksud kamu, kamu mau njadiin lagu – lagu itu musiknya kita?”
“Iya, Kenapa enggak?”
Agak ragu. “Iya deh, Kita coba aja,”
Mereka mencari daftar lagu yang dimaksud, lalu memutarnya.
“Kayaknya asyik juga,”
“Iya, pas nih buat opening,”
Mereka terus mendengarkan lagu Pink Panther.
“Nha pas ini cocok nih buat nunjukin kesemokannya Novi,”
“Kalo dipikir – pikir masuk akal juga,”, ucap Siska, merasa ada yang aneh.
“Lha trus Marshmello nya dikasih yang mana?”
Rista mengganti daftar lagu yang hendak diputar.
Dengan saksama Siska mendengarkannya.
Rista beranjak dari duduknya hendak mencari inspirasi gerakan.
Cewek langsing itu mulai menari – nari sekenanya.
“Ris, Gimana kalo yang Marshmello ini kita kasih yang closingnya kita kemarin?”
“Bisa juga,” Sambil terus menari – nari.
Siska mulai ikut mencari – cari gerakan yang sesuai.
“Hoaahh,, Udah mau latihan ya,” Novi bangun dari tidurnya.
“Akhirnya bangun juga kamu,”
“Eh, Nov,, Btw, makasih ya ngigaunya,”
“Ngigau apaan? Aku udah bangun dari tadi kali,”, sahut Novi, meregangkan diri.
“?? Jadi kamu sadar ngasih saran lagu itu?”
“Iya lah aku sadar, Emang aku semacam cenayang gitu bisa ngasih ilham pas tidur,”
“Gesrek, Kirain kamu tadi masih tidur,”
“Haha,, Tapi saranku bisa diterima kan,”
“Kayaknya mulai sekarang kalo kita dapet tema yang aneh – aneh kasihin Novi aja deh,”
“Iya, sesuai julukannya sih, miss nggak jelas,”
“Sekalian aja miss freak gitu,” Tampak kesal.
XXVI
Malam hari tiba,
Dewi rembulan hanya menampakkan separuh wujudnya.
Untung saja bintang – bintang bekerlap – kerlip.
Langit malam menjadi sedikit semarak dengan hiburan benda – benda luar angkasa itu.
“Malem, anaknya mama,,”
“Malem, ma,”, sahut Siska, sambil belajar.
“Apa kabar kamu di sana?”
Tersenyum kepada orang tuanya. “Baik, ma,,”
“Puji tuhan, kalo baik,, Lagi ngapain ini?” Melihat anaknya sedang menulis sesuatu.
“Biasa, ma,, nyicil belajar, coz ada persiapan manggung,”
“Anak mama mau manggung lagi? Kapan?”
“Pertengahan November nanti, ma,”
“Bukannya itu deket – deket sama Ujian Akhir ya?”
“Iya, ma, Tapi tenang aja,, Semua beres kok,”
“Oh gitu, Tapi kamu jangan terlalu diforsir lo ya, Ingat belajar juga,”
“Iya, ma,, Ini Siska juga lagi belajar kok,”
“Hmm, gitu,, Baguslah,”
“Mama kapan pulang? Bisa nonton show Siska nggak?”
“Mama belum tahu, sayang,, Tapi mama akan usahain ya,”
“Yaahh,, mesti gitu deh,, Ini kan show Siska yang terakhir, ma,”
“Oh, yang terakhir to? Kontraknya udah habis?”
“Belum sih, Tapi Novi sama Rista semester depan disuruh fokus belajar dulu,”, sahut Siska, tampak sedikit kecewa.
Dengan bijak berucap, “Hmm,, begitu,, Kayaknya kamu juga perlu persiapan buat kelulusan nanti,”
“Hehe,, Iya, maa,, Siska ngerti kok, Siska juga nggak bisa show sendiri tanpa Novi sama Rista,”
XXVII
Reno tampak gundah.
Berkali – kali dirinya coba menghubungi Novi selalu tidak bisa.
Mengirimkan pesan, tidak dibalas.
Menelpon, tidak diangkat oleh cewek semok itu.
Reno menjadi bingung harus berbuat apa.
Di dalam kamarnya, mata laki – laki itu hanya kelap – kelip saja.
Kesadaran Reno sudah mentok hendak mencari cara.
“Paling nanti kalo aku datengin rumahnya Novi juga nggak mau nemui aku,”
“Mungkin aku harus putus aja dari Novi,”
“Kami kayaknya nggak cocok gitu,”
Reno beranggapan jika urusan agama itu mutlak dan harus dilakukan sesuai syariat, tidak ada tawar menawar ataupun yang lainnya.
“Tapi gimana kalo Novi nggak pingin diajak bener gitu,”
“Mama juga kayaknya nggak suka kalo aku deket sama Novi,” Tampak semakin gundah.
“Trus aku mesti gimana jal?”
“Aku sebenarnya masih suka sama Novi,”
“Tapi sikapnya dan cara dia membawakan diri aku nggak suka sama sekali,”
Tampaknya radiasi sang surya belum sanggup menembus batas kesadaran Reno.
Radiasi itu hanya mengelubungi eksistensi Reno saja, tanpa bisa merasukinya.
Juga angin yang berhembus, cuma berputar – putar.
Memenuhkan jatah oksigen yang harus dihirup Reno.
XXVIII
Gazebo sekolah,
“Gimana, Nov? Kamu udah baikan sama mas Reno?”
“Belum, Ris,, Kayaknya mas Reno nggak niat buat berubah,”
“Kamu kayaknya nggak mungkin mengharapkan seseorang itu berubah deh, Nov,”
“Ya udah, berarti mungkin aku baiknya putus aja sama mas Reno kalo dianya nggak pingin berubah,”
“Kamu juga jangan terus gitu,, Mas Reno kan juga punya kebiasaaan dan cara sendiri yang disukainya, yang membuat mas Reno merasa nyaman juga,, Harusnya kalian itu saling toleran gitu,”
“Mosok setiap kali ada masalah aku yang harus selalu ngalah gitu? Aku nggak pingin pokoknya kalo diatur – atur gitu,”
Menghela nafas. “Kayaknya kamu harus melihat kembali kamu dulu niatnya pacaran untuk apa deh, Nov,”
“?? Nggak ada hubungannya kali,”
“Eh, ada kali, Nov,, Kadang kalo kita melihat lagi dulu niat kita pacaran atau melakukan sesuatu, kita bakalan nemuin maksud kita dulu pacaran atau apa gitu,”
“Aku udah tau, Ris,, Tapi aku lagi nggak pingin melakukan itu, Aku lagi males dengan semua – semua ini,”
“Tapi kamu jangan sampe males buat latihan lo ya,”
“Yaa,, gimana ya?, Kalo soal latihan, jujur aku nggak bisa sesemangat Siska, Dia kayaknya udah hidup mati banget buat show nanti,”
“Makanya itu kamu dukung Siska supaya dirinya bisa tetep greget, Biasanya kalo orang yang greget nggak didukung gitu lama – lama ngerasa hopeless juga,”
“Iya dehh,, Aku usahain tetep greget, asal Siska mau ngasih makan aku aja,”
“Huuhh,, Kamu itu selalu saja makan yang kamu pikirin,, Kayaknya hidup kamu itu masalahnya cuma makan sama pacaran aja,”
“Haha,, Kayaknya kok iya ya, Ris,,”, sahut Novi.
XXIX
Saat pergantian mata kuliah,
Reno masih gundah.
Kesadarannya tampak tidak ada di lokasi.
Juga pandangan Reno tidak fokus.
Seseorang berjalan, menghampiri Reno.
Lalu duduk di sebelah kanan laki – laki itu.
“Kamu kenapa, Re?, Kusut gitu,”
“Aku bingung sama sikapnya Novi,”
Sambil orang itu memegang – megang jenggot. “Bingung kenapa,?,”
“Ya bingung, Dia tu kayaknya nggak bisa jadi cewek yang taat beragama gitu,”
“Ya udah mending kamu putus aja, Nggak penting juga orang islam itu pacaran, mending kamu langsung nikah aja itu lebih haq, daripada cuma pacaran nggak jelas,”
“Kalo itu kok kayaknya nggak mungkin, Ayahku pingin aku ngelanjutin S2 dulu,”
“Ya udah, Forget it,, Kamu mesti fokus aja dengan kuliahmu sekarang supaya bisa ngelakuin permintaan ayah kamu itu.”
Reno masih tampak gundah.
“Udahlah Ree,, Kamu lupain aja Novi, Nggak penting banget kamu mikirin Novi, Kamu harusnya memperbanyak inget sama allah aja, Itu lebih manfaat buat kamu,”
Dengan terpaksa Reno berkata, “Iyaa,”
Lalu laki – laki itu menghela nafas.
“Aku yakin laki – laki sholeh kayak kamu bakal dapet bidadari surga nantinya,”
“Amin,”, sahut Reno, mengharapkan bidadari itu adalah Novi yang sudah berkerudung.
XXX
Ketika sang surya telah mencapai puncak rotasinya,
Udara menjadi panas. Hembusan angin berasa padang pasir.
Tidak membuat segar, malah tubuh menjadi gerah.
Tak pelak bulir – bulir keringat keluar dari pori – pori kulit.
Seseorang memberesi buku catatan kuliah. “Sholat yuk, Re,”
“Ntar, lagi males sholat nih,” Sambil Reno bermain game pada hp.
“Astaghfirullah,, Kamu lagi kena godaan setan tu, Baca al fatihah dan 3 qul lalu diusap – usapin di dada,”, ucap seseorang itu dengan percaya diri.
Dengan terpaksa Reno hendak melakukan apa yang sudah diperintahkan temannya.
Laki – laki itu memasukkan hp ke dalam saku baju.
Beberapa saat kemudian,
“Gimana?”
“Alhamdulillah,, Aku udah greget lagi, Sol.”
“Ya udah,, Ayo, sholat,, Jangan menunda – nunda kebaikan yang paling baik,”
Reno beranjak dari kursi kuliahnya.
Dengan greget laki – laki itu melangkah bersama seorang teman.
XXXI
Sore hari tiba,
Siska dan kedua temannya sedang berlatih menari di ruang tengah.
Terlihat greget mereka menggoyang – goyangkan tubuh.
Ketiga bidadari seksi itu meliuk – liukkan aurat dengan penuh semangat.
Seolah – olah mereka sedang tampil di hadapan para penonton.
Novi, bergerak dengan penuh energi. Melakukan satu demi satu rangkaian tari yang sudah dicontohkan Siska sebelumnya.
Terlihat cewek nan semok itu begitu fokus.
Kesadarannya tampak utuh melakukan gerak tari.
Tapi, Rista justru merasa aneh dengan sikap temannya.
“Pasti sebentar lagi ada badai dahsyat nih,”
Cewek itu terus memperhatikan ekspresi dingin temannya.
“Aku mesti gimana nih?, Biar Novi normal lagi,”
Sambil Novi terus bergerak sesuai arahan dari Siska.
Membatin, “Aku harus tenang,”
“Aku nggak boleh mengacaukan ini semua,”
“Kasihan Siska kalo sampe show kami ini bubar gara – gara aku,”