Read More >>"> Kristalia (Bab 10 - Reuni Terakhir) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kristalia
MENU
About Us  

 

Matahari mulai bersinar. Cahayanya mulai menyebar dan menyinari benua Arda beserta seluruh isinya. Termasuk istana kerajaan Ragna yang berada di bagian timur benua Arda. Istana kerajaan itu memiliki tiga buah menara yang menjulang ke angkasa dengan ketinggian yang berbeda-beda. Setiap menara dibangun berhimpitan dengan menara lainnya hingga berwujud seperti layaknya sebuah istana.

Disana–di bagian dalam istana yang kini mulai terpapar oleh cahaya sang Mentari, seorang pria berbadan besar–yang dikenal sebagai komandan pasukan kerajaan Ragna–terlihat sedang melintasi sebuah lorong yang ada di dalam istana. Langkahnya terlihat sedikit tergesa-gesa.

“Bagaimana?” Simon–sang komandan kerajaan Ragna–membuka sebuah pintu yang terhubung dengan salah satu ruangan yang ada di dalam istana. Ruangan tersebut ternyata adalah ruangan milik Angelina–penyihir kerajaan Ragna.

“Mereka akan muncul hari ini.” ujar Angelina sambil membuka kedua kelopak matanya.

“Benarkah? Dimana aku bisa menemukan mereka?” Simon terlihat sangat antusias dengan kabar yang baru saja didengarnya. Dia bahkan terlihat setengah berlari saat mendekati Angelina yang dari tadi duduk di belakang meja kerjanya.

“Aku tidak bisa memastikan lokasinya.” Angelina menggelengkan kepalanya. “Tetapi sepertinya mereka akan muncul di dalam istana.” lanjutnya.

“Mereka akan keluar dari tempat yang gelap dan bertemu dengan beberapa prajurit yang sedang berjaga.” tambahnya.

Saat itu, Angelina ternyata sedang menggunakan kemampuan khususnya. Berbeda dengan Sylda, kemampuan khusus Angelina–yang ternyata seorang half-elf–membuatnya mampu melihat gambaran masa depan dari orang yang diinginkannya. Kemampuan ini pulalah yang dia gunakan saat mengarahkan Simon ke desa Auderia saat dia sedang mencari pencuri kristal milik sang Raja.

Namun, penglihatan Angelina hanya sebatas peristiwa singkat yang akan dialami orang yang dipilihnya di masa depan. Oleh karena itu, dia tidak bisa menentukan secara pasti waktu dan tempat terjadinya peristiwa yang telah dilihatnya. Selain itu, kemampuannya ini hanya bisa digunakan sekali dalam kurun waktu satu hari. Sehingga hasil penglihatannya tidak akan banyak berguna jika dia tidak bisa memastikan dengan cepat dan tepat serta kapan dan dimana terjadinya peristiwa yang telah dilihatnya.

“Baiklah. Terus cari keberadaan mereka.” Simon terlihat memutar tubuhnya. Dia mulai beranjak menjauhi Angelina dan meninggalkan ruangannya.

Saat itu, Simon kembali berjalan di lorong yang sebelumnya telah dilaluinya dan bergerak menuju ke ruang takhta dimana para pemimpin pasukan yang baru dibentuknya sedang menunggu kedatangannya. Disana, Simon berdiri di samping singgasana sang Raja. Dia terlihat menyentuhnya tetapi tidak sampai mendudukinya. Entah apa yang sedang dipikirkannya, hanya saja, sebuah senyum simpul mulai terlihat menghiasi wajahnya.

Selanjutnya, Simon terlihat berjalan mendekati lima orang yang telah dipilihnya untuk menjadi pemimpin pasukan barunya. Hulbert Clare dan Fynn Hale juga berada diantara mereka. Sedangkan tiga orang lainnya adalah Roswall Clive, Brandon Harley, dan Gaylord Alston yang juga selalu berada di sampingnya saat dia sedang melaksanakan misi pencarian kristal milik sang Raja.

“Perketat penjagaan di sekitar istana dan hutan Aria. Sepertinya Yang Mulia dan para penculiknya masih berada disekitar kita.” perintah Simon kepada para pemimpin pasukan barunya.

“Baik komandan!” jawab mereka serentak sebelum kemudian beranjak meninggalkan Simon dan mulai melaksanakan tugasnya.

Beberapa jam telah berlalu, namun Simon belum mendapatkan kabar apapun dari lima orang yang telah diutusnya. Hal itu membuatnya gelisah. Hal itu dapat dilihat dari tingkahnya yang berulang-ulang menyentuh kristal milik Raja Edmond yang kini menempel di pangkal pedang besarnya.

“Tenanglah. Mereka pasti akan menunjukkan dirinya.” Angelina terlihat mendekati Simon dari lorong yang ada di sebelah kanan ruang takhta. Dia terlihat mengenakan pakaian resminya dan membawa tongkat sihir di tangan kanannya.

“Aku tidak bisa tenang jika aku belum membunuh Raja Edmond dan mengambil takhtanya.” jawab Simon tegas sambil kembali mengelus kristal yang menempel dipedangnya.

 

* * * * *

 

Sementara itu, disisi lain istana, Raja Edmond, Haryth, Rasiel, Melnar, dan Sylda terlihat sudah keluar dari ruang bawah tanah dan mulai menyusuri bagian dalam istana. Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan saat menghindari beberapa prajurit yang sedang berjaga.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Melnar yang sepertinya merasa tidak nyaman dengan kondisi mereka saat itu.

Mendengar hal itu, Haryth kembali membuka peta miliknya. Dia meletakkannya di atas sebuah meja dan mulai memperhatikan setiap bagian yang terlukis di dalam kertas yang kini terbentang dihadapannya.

“Menurutku kita harus pergi ke ruang takhta.” Raja Edmond menunjuk gambar sebuah kotak yang ada di dalam peta dihadapannya. Di dalam kotak tersebut terdapat tulisan ‘ruang takhta’ yang menunjukkan nama dari lokasi yang diwakili oleh kotak tersebut. “Jika kita ingin melawan Simon dan merebut Kristalia darinya, maka aku yakin kita harus pergi kesana. Dia pasti sedang menanti kedatangan kita disana.” lanjutnya.

“Apalagi, Angelina pasti sedang bersamanya. Aku yakin dia sudah menggunakan kemampuan khususnya untuk meramalkan kedatangan kita.” tambahnya.

“Kau benar. Kita tidak bisa mengabaikan kemampuan khusus yang dimiliki Angelina.” Haryth mengomentari pendapat sahabatnya.

Sementara Rasiel, Melnar, dan Sylda hanya bisa menganggukkan kepala mereka. Meskipun pada kenyataannya, mereka sepertinya tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan oleh dua orang yang berdiri tepat dihadapan mereka.

“Lalu, apa yang akan kita lakukan pada prajurit kerajaan yang ada di istana? Apa kita harus membunuh mereka?” Rasiel mulai ikut dalam pembicaraan mereka.

Mendengar itu, Raja Edmond terdiam. Dia sepertinya sedang memikirkan jawaban terbaik untuk menjawab pertanyaan Rasiel padanya.

“Hmm... Kalian bisa melumpuhkan mereka. Tapi, usahakan jangan membunuh mereka.” ujarnya.

“Aku yakin mereka tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan. Mereka pasti hanya melaksanakan tugas yang diperintahkan kepada mereka.” tambahnya.

“Baiklah. Kalau begitu, kami akan mengusahakannya.” jawab Rasiel mewakili kedua rekannya.

Setelah itu, mereka pun melanjutkan kembali rencana mereka. Mereka kembali meyusuri istana untuk menuju ke ruang takhta seperti yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Namun, hal itu ternyata tidak mudah. Banyaknya prajurit kerajaan Ragna yang sedang berjaga membuat mereka harus memilih jalan memutar untuk menuju ke ruang takhta.

“Sial. Mereka juga ada disana.” umpat Haryth saat melihat tiga orang prajurit yang sedang berjaga dihadapan mereka.

“Serahkan padaku. Aku akan mengatasinya.” Sylda terlihat menyiapkan busur panahnya. Dia sepertinya ingin menggunakan sihir airnya untuk menyingkirkan para prajurit yang ada dihadapan mereka.

“Tidak. Kau tidak boleh melakukannya.” Rasiel memegang tangan kiri Sylda yang sudah siap dengan busur panahnya. Rasiel mencoba menghentikan Sylda. “Kau harus menyimpan sisa energi sihirmu untuk menyelesaikan rencana kita.” lanjutnya.

“Rasiel benar. Serahkan hal ini padaku dan Rasiel.” Melnar terlihat percaya diri saat mengatakannya. Dia menggenggam erat palu kesayangannya dengan tangan kanannya. “Lagipula, aku sudah lama tidak menggunakannya. Mungkin ini saat yang tepat untuk mulai menggunakannya.” lanjutnya.

“Baiklah. Kuserahkan mereka pada kalian berdua.” tanggap Sylda seraya menurunkan busur panahnya.

Selanjutnya, Rasiel dan Melnar terlihat mendekati tiga orang prajurit yang menghalangi jalan mereka dari belakang. Melnar terlihat memukul kepala salah satu prajurit untuk menghilangkan kesadarannya. Sedangkan Rasiel menggunakan sihir anginnya untuk melempar dua prajurit sisanya.

Ventus Domine!” Rasiel merapalkan mantra sihirnya sambil menghempaskan tangan kanannya ke samping.

Saat itu, lingkaran sihir berwarna hijau muda muncul di ujung tangan kanannya dan mengeluarkan tiupan angin yang sangat keras. Angin tersebut menghempaskan kedua prajurit yang ada dihadapannya ke samping hingga menumbuk dinding yang berada tidak jauh dari tubuh mereka. Hal itu seketika membuat kedua prajurit tersebut kehilangan kesadarannya.

Setelah itu, Rasiel pun memberikan isyarat kepada Raja Edmond dan dua orang yang sedang bersamanya untuk segera mengikuti langkahnya.

Mereka terus berjalan mengitari istana sambil bergantian menyingkirkan para prajurit yang menghalangi jalan mereka. Hingga akhirnya, mereka pun sampai di ruang takhta.

“Akhirnya kalian datang juga!” Simon terlihat bangkit dari tempat duduknya saat melihat Rasiel membuka pintu ruang takhta. Saat itu, Simon menatap tajam ke arah Raja Edmond seakan ingin segera menyerangnya.

“Aku tidak menyangka kau benar-benar menunggu kami disini.” ujar Rasiel seraya berdiri diantara Simon dan Raja Edmond.  Rasiel sepertinya mencoba mengalihkan pandangan Simon dari sang Raja.

Sementara itu, Sylda terlihat berlari ke salah satu sudut ruang takhta. Dia melanjutkan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah diterimanya.

Vallus Aquae!” Sylda meletakkan kedua tangannya ke lantai yang dipijaknya dan mulai merapalkan mantra sihirnya.

Saat itu, sebuah lingkaran sihir besar tiba-tiba muncul disekitar mereka. Besarnya melebihi ruang takhta dan sepertinya melingkupi dua pertiga dari bangunan yang ada di dalam istana.

“Sial. Mereka mencoba membuat penghalang diantara kita.” ujar Angelina yang sepertinya menyadari apa yang sedang dilakukan oleh Sylda.

Melihat hal itu, Angelina pun segera menyerang Sylda dengan sihir api miliknya.

Impentum Augue!” ujarnya.

Saat itu, dua buah bola api terlihat meluncur ke arah Sylda. Namun, bola api itu tidak sampai mengenai Sylda karena Melnar dan Haryth datang melindunginya. Mereka memukul serangan bola api Angelina dengan senjata mereka.

“Sylda, kau baik-baik saja?” tanya Melnar kepada Sylda yang masih berdiam diri ditempatnya.

Sementara Haryth terlihat mulai menentang Angelina.

“Aku tidak akan membiarkanmu berbuat sesuka hatimu, Lina!” ujarnya.

Sementara itu, di tengah-tengah ruang takhta. Simon, Rasiel dan Raja Edmond sepertinya juga sedang berusaha menyelesaikan masalah mereka.

“Simon, kau tidak tahu apa yang sedang kau lakukan. Cepat serahkan kristal itu padaku!” pinta Raja Edmond kepada Simon yang berdiri tidak jauh dihadapannya.

“Aku tidak bisa melakukannnya.” jawab Simon sambil menarik pedang besar yang ada di punggungnya. “Tenang saja. Aku akan segera membunuhmu dan menjadi pemilik sahnya.” lanjutnya.

“Apa yang kau katakan? Kenapa kau melakukan hal seperti ini?” tanya Raja Edmond yang sepertinya tidak paham maksud perbuatan komandan pasukannya.

“Kenapa kau bilang?” Simon mulai menunjukkan senyum sinisnya. “Aku hanya ingin membalaskan dendam ayahku padamu!” jawabnya.

“Ayahmu?” Raja Edmond sepertinya semakin tidak mengerti dengan alasan Simon yang telah mengambil kristal miliknya.

“Jangan berpura-pura. Kau telah mengusir ayahku dari istana ini.” Simon menghempaskan senjatanya. Dia sepertinya tidak suka dengan reaksi yang ditunjukkan Raja Edmond kepadanya. “Padahal dia adalah pewaris sah istana–... bukan, tapi kerajaan ini.” lanjutnya.

“Apa yang kau katakan? Aku adalah pewaris sah takhta kerajaan ini.” Raja Edmond semakin tidak percaya dengan arah pembicaraan mereka. Dia pun terlihat memalingkan pandangannya ke arah Angelina seakan-akan bertanya–‘apa maksudnya?’–pada Angelina.

“Jadi kau juga sudah melupakannya, ‘hah? Padahal dia adalah kakak kandungmu sendiri!” ujar Angelina menjawab tatapan Raja Edmond kepadanya.

Saat itu, Raja Edmond terdiam sejenak.

“Benarkah? Apa kau benar-benar anak Sebastian?” Raja Edmond menatap wajah Simon seakan tidak percaya.

“Jadi itu alasan kenapa kau membantunya?” Haryth ikut mengomentari tindakan Angelina yang mendukung kudeta yang dilakukan Simon kepada sahabat baiknya.

“Memangnya kenapa? Aku hanya ingin membalas perbuatannya karena telah memisahkanku dengan orang yang aku cintai.” Angelina menatap tajam ke arah Raja Edmond yang masih tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja diketahuinya.

“Lagipula, kau seharusnya tahu bagaimana rasanya ditinggalkan seperti ini.” ujar Angelina sambil memalingkan pandangannya ke arah Haryth yang terlihat sedang bersiaga–menanti serangannya selanjutnya.

Mendengar hal itu, Haryth tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa terus menatap Angelina dengan tatapan nanarnya.

“Cih. Sudah cukup dengan ceritanya. Aku akan membuatmu merasakan apa yang dirasakan oleh ayahku hingga dia menghembuskan napas terakhirnya.” Simon berlari ke arah Raja Edmond dan berusaha menyerangnya dengan pedang besarnya.

Saat itu, Rasiel segera menghalau serangan Simon dengan pedang ditangannya. Namun, sepertinya tenaga Rasiel tidak cukup kuat untuk menghadang serangan Simon sehingga dia terpental beberapa meter ke belakang. Untungnya, saat itu Raja Edmond segera menahan tubuhnya dari belakang, sehingga Rasiel tidak terpental lebih jauh dari yang seharusnya.

“Rasiel, kau baik-baik saja?” tanya Raja Edmond kepada Rasiel yang sedang terbatuk-batuk dihadapannya.

“Tenang saja. Aku baik-baik saja.” ujar Rasiel sambil berusaha berdiri kembali di atas kedua kakinya. “Yang Mulia, menghindarlah. Biarkan aku yang menghadapinya.” lanjutnya.

Mendengar hal itu, Raja Edmond pun mundur beberapa langkah. Dia bergerak menuju ke arah Sylda yang sedang berusaha mempertahankan penghalang yang dibuatnya. Sementara di depan mereka, Rasiel, Haryth, dan Melnar sedang bertarung untuk melindungi mereka.

“Cuihh... Mau sampai kapan kau melindunginya, ‘hah?” Simon terlihat geram saat melihat apa yang telah dilakukan Rasiel pada mangsanya. Dia kembali mengibaskan pedang besarnya dengan tangan kanannya. Hal itu membuat otot-otot di tangan kanannya terlihat menonjol keluar. Tekanan udara dari hempasan pedang besarnya juga membuat udara dan debu disekitarnya berterbangan.

“Tenang saja. Aku hanya melakukannya sampai aku kehabisan tenaga.” jawab Rasiel tenang.

Hal itu membuat Simon merasa terhina. Dia pun kembali memasang kuda-kudanya dan bersiap untuk menyerang Rasiel dan kedua rekannya yang sedang melindungi sang Raja.

“Baiklah. Jika itu yang kau inginkan, aku akan membuatmu kehabisan tenaga dengan segera.” ujar Simon seraya berlari ke arah Rasiel dan kedua rekannya.

Rasiel yang melihatnya pun segera berlari ke arah Simon dan mencoba menghalau serangannya dengan pedang baja di tangan kanannya.

“CLANK! CLANK! CLANK! CLANK! CLANK!”

Suara benturan antara pedang besar Simon dan pedang baja Rasiel terdengar menggema memenuhi ruang takhta. Simon terlihat menyerang Rasiel beberapa kali hingga dia hampir terhempas kebelakang. Kekuatan serang mereka terlihat sangat berbeda. Simon terlihat sangat mendominasi serangan, sedangkan Rasiel mencoba mati-matian untuk tetap bertahan.

“CLAANKKK!!!”

Sekali lagi. Suara benturan logam terdengar nyaring di telinga setiap orang yang ada di dalam ruang takhta. Suara tersebut disusul dengan suara benturan antara tubuh Rasiel dengan dinding ynang ada disebelah selatan ruang takhta.

“RASIEL?”

Raja Edmond, Haryth, Melnar, dan Sylda berteriak memanggil nama Rasiel secara bersamaan. Mereka terlihat sangat khawatir dengan keadaannya. Namun, Rasiel mencoba menenangkan mereka dengan mengangkat tangan kirinya ke arah mereka seakan berkata ‘Tenang saja. Aku baik-baik saja’.

“Hahaha...” Simon tertawa melihat keadaan Rasiel yang sedang bersimpuh beberapa meter dihadapannya. “Ada apa? Apa kau sudah kehabisan tenaga?” ujarnya.

Mendengar hal itu, Rasiel pun segera bangkit dan menunjukkan senyumnya.

“Tenang saja. Ini masih belum apa-apa.” ujarnya.

Melihat hal itu, Simon kembali menyerangnya.

Ventum Clypeus!” Rasiel terlihat membuka buku sihirnya dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya menangkis serangan Simon yang ditujukan padanya. Sebuah lintasan angin tiba-tiba terbentuk disekitar tubuh Rasiel. Angin di sekitarnya seakan-akan menyelimuti tubuhnya seperti sebuah jubah yang melindunginya.

Saat ini Rasiel terlihat mampu mengimbangi serangan Simon padanya. Dia bahkan bisa menahan serangan Simon dengan mudahnya. Berbeda dengan beberapa detik sebelumnya.

“Kenapa? Apa kau sudah kehabisan tenaga?” Rasiel terdengar mengembalikan ucapan Simon padanya.

Mendengar hal itu, Simon pun menghentikan serangannya. Dia memegang pedang besarnya dengan kedua tangannya dan mulai memusatkan kekuatannya pada kedua ujung tangannya. Sedetik kemudian, Simon kembali melancarkan serangannya.

“CLAAANKKK!!!”

Sekali lagi. Suara benturan pedang Simon dan pedang Rasiel menggema memenuhi ruang takhta. Namun kali ini hasilnya sedikit berbeda. Bukan hanya Rasiel yang terhempas ke belakang karena benturan itu, namun Simon juga terlihat terhempas ke belakang hingga menumbuk tiang yang berada di ruang takhta.

Disisi lain, pertarungan ternyata juga terjadi antara Haryth dan Melnar melawan Angelina. Mereka terlihat sedang berusaha menghalau serangan bola api Angelina–yang diarahkan kepada Sylda dan Raja Edmond–dengan menggunakan senjata mereka. Akibatnya, semua serangan Angelina berhasi dipantulkan oleh mereka. Namun, pantulan bola api Angelina menyebabkan beberapa kerusakan muncul di beberapa bagian ruang takhta. Sebagian besar dinding ruang takhta juga terlihat mulai hancur akibat serangan sihir api Angelina.

“Tidak kusangka kau masih memiliki kekuatan sihir sebanyak ini setelah melakukan serangan-serangan itu.” ujar Haryth memuji Angelina yang sedang menyiapkan serangan selanjutnya.

Saat itu, beberapa bola api terlihat terbentuk di atas kepala Angelina dan siap menyerang ke arah Haryth dan Melnar yang mulai kehabisan tenaga.

“Tenang saja. Aku masih bisa membuat beberapa serangan lagi sebelum kalian kehabisan tenaga.” ujar Angelina dengan angkuhnya.

“Sial. Mau sampai kapan dia menyerang kita?” umpat Melnar yang sepertinya sudah tidak tahan dengan serangan yang diterimanya. Keringatnya juga terlihat mengucur deras membasahi wajah dan pakaian yang dikenakannya. Hal itu menunjukkan seberapa panasnya sihir api yang diciptakan oleh Angelina.

“Tenang saja bocah. Kita masih bisa menahannya sampai dia kehabisan energi sihirnya.” Haryth terdengar sangat optimis saat mengatakannya. Mereka pun kembali bersiap untuk menghadapi serangan Angelina selanjutnya.

Sementara itu, di tengah ruang takhta, Simon terlihat mulai berdiri kembali di atas kedua kakinya. Begitu pula dengan Rasiel yang terlihat sudah bersiap dengan pedang dan buku sihirnya di sisi lain ruang takhta. Tubuh Rasiel juga terlihat masih diselimuti oleh sihir angin miliknya. Hal itu dapat dilihat dari gerakan angin yang melingkupi sekitar tubuhnya.

“Luar biasa. Aku tidak menyangka kau bisa melakukan ini padaku.” puji Simon setelah berdiri tegak di atas kedua kakinya.

“Jadi, kau adalah half-elf seperti Angelina ya? Itu artinya, buku itu adalah syarat pengaktifan kekuatan sihirmu ya?” Simon terlihat melirik ke arah buku sihir yang dari tadi berada di tangan kiri Rasiel. “Kalau begitu, aku akan membuatmu melepaskannya.” lanjutnya.

Simon kemudian kembali menyerang Rasiel. Serangannya kini tertuju pada satu arah, yaitu buku sihir yang ada di tangan kiri Rasiel. Rasiel yang menyadari maksud serangan Simon pun mencoba menghindari setiap serangannya–sambil sesekali melancarkan serangan balik kepada Simon saat dia lengah. Namun, ternyata hal itu tidak berlangsung lama. Simon berhasil menghempaskan buku sihir Rasiel dari tangan kirinya saat Rasiel mengalihkan pandangannya.

Saat itu, Rasiel sedang berusaha menghindari salah satu bola sihir Angelina yang menuju kearahnya. Akibatnya, Simon berhasil menendang buku di tangan kirinya dan memberikan serangan telak ke arah dadanya. Untungnya, Rasiel segera menangkis serangannya dengan pedang miliknya sehingga dia tidak mengalami luka yang fatal baginya.

“Bagaimana? Apa kau masih mau melawanku?” Simon terlihat senang setelah memisahkan Rasiel dari buku sihirnya. Dia terlihat menyangga pedang besarnya dengan pundaknya saat mengajukan pertanyaannya.

“Tenang saja. Aku masih bisa melawanmu meski tanpa buku sihirku.” jawab Rasiel setelah membersihkan darah yang mengalir keluar dari mulutnya.

“Baiklah. Kalau begitu, mari kita lihat bagaimana kau akan menangkis seranganku ini.” Simon kembali menyerang Rasiel yang masih membungkukkan dirinya.

Pilum Terram!” ujar Rasiel sambil menghunuskan pedang di tangan kanannya ke arah Simon yang datang menyerangnya.

Saat itu, tanah yang ada di hadapan Rasiel tiba-tiba menjulang ke arah Simon layaknya tombak dan menghujam ke arahnya berkali-kali. Simon yang kaget dengan hal itu pun segera menghentikan langkahnya dan melompat ke belakang. Dia juga terlihat menebas beberapa ujung tanah yang mengarah langsung ke tubuhnya.

“Cih. Apa ini? Bagaimana kau melakukannya?” Simon mencabut salah satu ujung tanah yang sempat menembus bahu kirinya.

“Kenapa? Kau terkejut?” ujar Rasiel sambil menurunkan tangannya. Saat itu, mantra sihirnya berhenti dan tanah di hadapannya menghentikan serangannya. “Ini adalah kemampuan khususku. Aku bisa menggunakan semua sihir yang ada tertulis di buku sihirku meskipun aku tidak menyentuhnya. Asalkan aku masih bisa melihatnya.” jelasnya.

“Aku tidak menyangka akan menunjukkan rahasia terbesarku di saat-saat seperti ini.” tambah Rasiel yang sepertinya mulai merasakan sakit di dadanya.

Rasiel terlihat menundukkan pandangannya. Dia kembali memuntahkan darah dari mulutnya. Sepertinya, ini adalah dampak negatif dari penggunaan kemampuan khususnya.

“HAHAHA...” Simon tertawa. Entah apa yang dipikirkannya, tapi dia kelihatan sangat bahagia. “Aku tidak menyangka akan melawan orang sepertimu. Aku sudah salah karena telah meremehkanmu.” ujarnya.

Selanjutnya, Simon terlihat mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil yang berisi cairan berwarna merah.

“Sekarang, tunjukkan padaku bagaimana kau melawan seranganku selanjutnya.” Simon meneteskan cairan merah yang ada di dalam botol yang dipegangnya ke atas kristal yang ada di pangkal pedang besarnya.

“Wahai Ignis, penjaga benua Arda. Dengan ini aku berikan darah pemegang kontrakmu untuk mengaktifkan kekuatanmu. Limpahi aku dengan semua kekuatanmu!” ujarnya.

“AAAARRGGGHHHHHH!!!!!”

“Simon, jangan lakukan itu.” Raja Edmond terdengar meneriaki Simon untuk menghentikan tindakannya. Namun, semuanya sia-sia. Cairan merah yang ternyata adalah darah miliknya kini telah tertumpah seluruhnya ke atas kristal pemberian Ignis yang saat ini berada di tangan komandan pasukannya.

Saat itu, darah Raja Edmond terlihat meresap masuk ke dalam kristal pemberian Ignis. Selanjutnya, sebuah cahaya merah terang keluar dari kristal tersebut dan menyelimuti seluruh ruang takhta. Hal itu membuat semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut terpaksa harus menutup mata mereka karena silaunya. Beberapa saat kemudian, cahaya merah tersebut mulai meredup dan menghilang.

Kini, cahaya merah tersebut menyisakan sesosok mahkluk mengerikan yang sedang berdiri tepat di tengah ruangan. Makhluk tersebut berbentuk seperti manusia, namun memiliki dua buah tanduk di kepalanya. Seluruh tubuhnya diliputi oleh warna api yang menyala dan kulitnya terlihat seperti kawah sebuah gunung berapi yang masih aktif–merah kehitam-hitaman, pecah-pecah, dan disela pecahannya seperti ada lava yang menyala. Makhluk tersebut memegang pedang besar yang diselimuti oleh api yang membara. Panas yang dikeluarkannya sepertinya mampu melelehkan baja terkuat yang ada di dunia.

Melihat hal itu, Sylda pun menghentikan sihir penghalangnya. Tubuhnya sepertinya tidak mampu menahan kekuatan dahsyat yang ada dihadapannya. Begitu pula dengan Haryth dan Melnar yang sedang melawan Angelina.  Mereka terlihat berhenti bertarung dan bergerak menghindar dari makhluk yang ada dihadapan mereka.

“Apa itu Simon? Apa yang terjadi padanya?” tanya Rasiel yang kini telah berkumpul dengan Raja Edmond dan tiga orang lainnya.

“Benar. Itu adalah Simon. Sepertinya kekuatan Ignis mencoba mengambil alih tubuhnya.” Haryth terdengar mengomentari makhluk yang sedang mengerang keras dihadapannya.

“Inilah yang terjadi jika dia tidak bisa menahan kekuatannya.” Raja Edmond terdengar ikut menjelaskan apa yang sedang terjadi dihadapannya.

Di sisi lain, Angelina terlihat mendekati Simon untuk menenangkannya.

“Simon, kuatkan hatimu! Kau harus bisa mengendalikan kekuatan itu dari dalam hatimu!” ujarnya.

Tetapi, sepertinya usaha Angelina sia-sia. Simon yang tidak bisa mengendalikan tubuhnya terlihat menyerang Angelina. Dia menghempaskan pedang besarnya ke arah Angelina. Jalur hempasan pedangnya terlihat mengeluarkan api yang membara dan menyerang ke arah Angelina.

Angelina yang melihatnya pun mencoba menghentikan serangannya. Dia terlihat menancapkan tongkat sihirnya dihadapannya dan mulai merapalkan mantranya. Namun, semuanya sia-sia. Dia tidak punya cukup waktu untuk menyelesaikan mantra sihirnya sehingga serangan Simon lebih dulu mengenai tubuhnya.

Serangan Simon terlihat melaju ke arah Angelina secara horizontal dan membelah tongkat sihirnya menjadi dua bagian sebelum kemudian mengenai tubuhnya. Hal itu membuat Angelina terhembas ke belakang hingga menumbuk dinding ruang takhta dan menghancurkannya. Serangan tersebut membuat Angelina meregang nyawa seketika.

Saat ini hanya tinggal Rasiel dan empat orang yang bersamanya yang tersisa. Mereka terlihat bergerak ke belakang menghindari puing-puing bangunan ruang takhta yang akan menjatuhi mereka. Mereka hanya bisa memperhatikan serangan Simon yang mengenai tubuh Angelina tanpa bisa membantunya.

“Oi.. oi... oi... apa yang sedang terjadi disini? Kenapa dia bisa menjadi sekuat itu?” ujar Melnar yang tidak bisa menyembunyikan kekaguman sekaligus ketakutannya. Tubuhnya terlihat bergetar saat melihat apa yang baru saja terjadi dihadapannya.

Hal itu ternyata juga dirasakan oleh keempat orang yang lainnnya.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Sylda terdengar ikut berbicara. Dia mencoba menahan kedua kakinya yang tidak bisa berhenti bergetar karena rasa takutnya.

“Kita harus segera memisahkan Kristalia dari Simon sebelum dia menyelesaikan perubahan wujudnya.” Raja Edmond mencoba menyampaikan apa yang ada dipikirannya. Meskipun sepertinya dia juga tidak tahu bagaimana caranya.

“Baiklah. Kalau begitu serahkan hal itu padaku. Kalian berlindunglah untuk sementara waktu.” Rasiel terlihat melangkahkan kakinya ke depan. Dia mencoba menghadapi Simon yang kini terlihat muncul dari balik puing-puing bangunan yang telah menimpa tubuhnya.

Rasiel terlihat membuka buku sihir yang telah diambilnya dan mulai merapalkan mantra sihirnya.

Gladio Impetum Venti!

Saat itu, udara di sekitar Rasiel berubah. Udara di sekitarnya terlihat berkumpul dan membentuk lima buah pedang angin yang kemudian melaju menyerang Simon sesuai dengan arah gerakan tangan kanannya. Simon yang menyadari serangan itu pun segera mengayunkan pedang besarnya ke arah datangnya serangan pedang angin Rasiel.

Seperti sebelumnya. Kumpulan api keluar dari tebasan pedang besar Simon dan dengan mudahnya menghancurkan pedang angin Rasiel. Api tersebut terus melaju ke arah Rasiel dan keempat orang yang ada dibelakangnya. Melihat hal itu, Rasiel kembali membuka beberapa halaman kertas yang ada di dalam bukunya sebelum kemudian kembali merapalkan mantra sihirnya.

Scutum Terram!

Saat itu, sebuah sebuah dinding tanah tiba-tiba muncul dihadapan Rasiel mengikuti gerakan kedua tangannya yang menyentuh tanah dihadapannya. Dinding tersebut berhasil menghalau serangan Simon meskipun meninggalkan bekas serangan yang terlihat hampir menembusnya.

“Rasiel? Kau baik-baik saja?” Raja Edmond dan tiga orang yang lainnya terlihat khawatir saat melihat Rasiel yang tersungkur dihadapan mereka.

“Sial. Aku tidak menyangka menggunakan kemampuan khususku akan menyerap energi sihir sebanyak ini.” umpatnya sambil berusaha mempertahankan kesadarannya.

“Rasiel, berhentilah! Kau tidak mungkin bisa mengalahkannya. Kita semua tahu akan hal itu.” ujar Melnar yang kini berada disampingnya.

“Tenang saja. Aku masih belum mengeluarkan kemampuanku yang sesungguhnya. Aku masih bisa melawannya.” ujar Rasiel sambil mencoba mendorong tubuh bagian atasnya dengan kedua tangannya.

“Aku punya sebuah rencana. Tapi itu memerlukan bantuan kalian semua.” lanjutnya.

“Katakanlah. Kami akan membantumu sekuat tenaga!” ujar Haryth yang terlihat siap dengan kapak besar di tangan kanannya.

“AAAARRGGGHHHHHH!!!!!”

Sementara itu, Simon terlihat kembali fokus dengan perubahan wujudnya. Erangannya terdengar sangat keras dan mengerikan hingga membuat para prajurit kerajaan Ragna yang mendengar dan melihat proses perubahan wujudnya merasa takut dan melarikan diri dari tempat mereka berada.

Saat ini, sebagian besar istana sudah hancur berantakan. Ruang takhta yang awalnya tertutup kini terlihat hancur berantakan. Bahkan langit yang gelap dan penuh bintang kini dapat dilihat dengan mudahnya dari tengah ruang takhta.

“Sylda, aku ingin meminta tolong padamu!” Rasiel menatap ke arah Sylda yang sepertinya sudah siap untuk membantunya. “Gunakan semua energi sihirmu yang tersisa untuk menyembuhkan luka pada tubuhku. Sementara aku akan mencoba kembali mengumpulkan kembali energi sihirku.” lanjutnya.

“Baiklah. Aku akan melakukannya.”

Sylda dengan sigap segera menggunakan sisa energi sihirnya untuk menyembuhkan luka-luka pada tubuh Rasiel. Seperti biasanya, sebuah lingkaran sihir berwarna putih kebiruan muncul dipunggung Rasiel saat Sylda menggunakan sihir penyembuhnya. Butuh waktu beberapa detik bagi Sylda untuk menghabiskan sisa energi sihirnya. Setelah selesai, Sylda terlihat jatuh dan kehilangan kesadarannya. Untungnya, saat itu Raja Edmond berada di sampingnya sehingga dia bisa menahan tubuh Sylda agar tidak jatuh ke tanah.

“Baiklah. Kita mulai rencananya.” ujar Rasiel sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. “Haryth, Melnar, gunakan kalian senjata kalian untuk mengalihkan perhatian Simon dariku. Saat itu aku akan berusaha memisahkan kristal Ignis dari pedangnya.” tambahnya seraya memberikan arahan kepada Haryth dan Melnar yang ada disampingnya.

Namun, meskipun begitu, pandangan Rasiel saat itu tidak mengarah pada Haryth dan Melnar. Pandangannya justru mengarah pada Simon yang masih melanjutkan proses perubahan wujudnya. Hal itu ternyata juga diikuti oleh Haryth dan Melnar yang ikut mengalihkan pandangan mereka dan melihat ke arah Simon dari balik perisai tanah yang terbuat dari sihir Rasiel sebelumnya.

“Bagaimana? Kalian siap?”

Rasiel bangkit dan mulai melangkah keluar dari perisai tanah yang melindunginya. Sementara itu, Haryth dan Melnar terlihat menganggukkan kepala mereka dan menggenggam erat senjata mereka.

Selanjutnya, Rasiel terlihat menghentikan langkahnya beberapa meter dihadapan Simon yang masih melanjutkan perubahan wujudnya. Rasiel membuka buku sihirnya dan mulai merapalkan mantranya. Sementara Haryth dan Melnar terlihat berlari mengelilingi Simon sebelum kemudian melemparkan senjata mereka ke arah Simon yang membelakangi tubuh mereka.

Serangan Haryth dan Melnar ternyata berhasil mengenai bagian belakang tubuh Simon dan mampu menarik perhatian Simon. Hal itu dapat dilihat saat Simon memutar tubuhnya dan mulai mengayunkan kembali pedang besarnya ke arah datangnya lemparan senjata Haryth dan Melnar.

Rasiel yang melihat hal itu pun segera memanfaatkan momentum tersebut untuk menyerang Simon dari belakang.

GLADIO IMPETUM VENTI!

PILUM TERRAM!

Rasiel merapalkan dua mantra secara berturut-turut. Mantra pertama membuat lima buah pedang angin di sekitarnya dan menyerang punggung Simon yang terbuka dan menembusnya. Sedangkan mantra kedua membuat tanah di hadapannya menjulang ke arah Simon dan menghujam pangkal pedang besarnya. Serangan Rasiel tersebut berhasil mengenai kristal yang ada di panggal pedang Simon dan membuatnya terlempar ke udara.

Rasiel yang melihat hal itu pun segera berlari ke arah terlemparnya Kristalia untuk menangkapnya. Saat itu, Rasiel tidak sadar bahwa Simon berhasil menahan rasa sakit dari serangan pedang anginnya dan sedang berusaha menyerangnya. Kumpulan api yang berasal dari tebasan dari pedang besar Simon kini terlihat mengarah tepat ke arah Rasiel yang telah berhasil menangkap kristal yang baru saja dihempaskannya.

Haryth yang melihat hal itu pun segera melompat ke arah Rasiel untuk melindunginya. Alhasil, Haryth menerima seluruh dampak dari serangan Simon dengan tubuhnya. Tubuh Haryth terlempar dengan keras sebelum menghantam tubuh Rasiel yang coba dilindunginya. Tubuh mereka berdua pun tehempas hingga beberapa meter dari posisi mereka semula.

Rasiel yang menyadari tindakan Haryth pun segera bergerak ke arah Haryth tepat setelah tubuh mereka berhenti terhempas dan menyentuh tanah. Melihat keadaan Haryth yang terluka sangat parah, Rasiel pun mencoba untuk menyembuhkan lukanya dengan sisa energi sihirnya. Namun, tindakan Rasiel dihentikan oleh Haryth yang sepertinya sadar akan keadaannya.

“Hen..tikan! Ja..ngan sia..siakan ener..gi sihirmu.. gunakan itu un..tuk mengalahkan..nya!” ujar Haryth sambil memegang tangan Rasiel yang sedang berada di atas dadanya.

“Dia benar, Rasiel. Kita harus segera mengalahkannya sebelum dia melukai lebih banyak orang lagi.” ujar Melnar yang kini juga berada di sebelah tubuh Haryth yang terluka.

Mendengar hal itu, Rasiel pun menghentikan sihir penyembuhnya. Dia kemudian bangkit dan kembali menghadapi Simon yang kini sedang menatap ke arahnya. Disana, Simon terlihat seperti sedang menanti kedatangannya. Darah seperti lava panas kini terlihat mengalir keluar dari bekas luka yang ada di tubuh Simon. Entah apa yang telah terjadi pada tubuh Simon hingga luka yang telah diterimanya masih belum cukup untuk membunuhnya. Padahal luka tersebut terlihat menembus bagian belakang tubuhnya hingga ke bagian dadanya.

Selanjutnya, Simon terlihat menggenggam pedangnya dengan kedua tangannya. Dia sepertinya sedang bersiap untuk menyerang Rasiel yang sedang berjalan menuju kearahnya.

“AAARRRGGGHHH!!!” Simon mengerang keras sambil mengangkat pedang besarnya–ke atas kepalanya–dan bersiap menebas Rasiel yang ada dihadapannya.

Sementara itu, Rasiel terlihat menutup buku yang ada di tangan kirinya dan mulai merapalkan mantra sihirnya.

“Wahai angin dan bumi. Dua elemen suci yang menaungi bumi. Patuhi perintahku dan hancurkan semua musuhku. Musnahkan dia dari hadapanku!” Rasiel menghunuskan pedangnya ke arah Simon yang ada dihadapannya dan melanjutkan pelafalan matra sihirnya. “TERRAM VENTIII!!!

Rasiel menghunuskan pedangnya ke arah Simon yang ada dihadapannya. Saat itu, tanah yang ada dihadapan Rasiel tiba-tiba menjulang ke atas seperti tombak dan menyerang Simon yang sedang berusaha melancarkan serangannya. Namun, ada yang berbeda dari tombak yang tercipta saat ini dengan tombak yang tercipta dari sihir tanah Rasiel sebelumnya. Kali ini, tombak yang tercipta terlihat mengeras seperti kristal dan diselimuti oleh angin disekitarnya. Beberapa tombak tersebut terlihat menembus beberapa bagian tubuh Simon, mulai dari kedua kaki, kedua tangan, perut dan juga dadanya. Tusukan tombak tersebut membuat Simon menghentikan pergerakannya. Begitupula dengan Rasiel yang terlihat terpaku dihadapannya.

Beberapa detik kemudian, Rasiel terlihat mulai kehilangan kesadarannya. Tubuhnya tiba-tiba terjatuh ke sebelah kanan tanah yang dipijaknya. Seraya dengan hal itu, tombak kristal yang diciptakan oleh sihirnya terlihat menghilang dan menyisakan beberapa lubang pada tubuh Simon. Pada saat yang sama, Simon pun terlihat menjatuhkan pedang besar dan tubuhnya ke tanah yang ada dihadapannya. Saat itu, tubuh Simon terlihat kembali ke bentuk aslinya.

“Rasiel? Kau baik-baik saja?” Melnar berlari ke arah Rasiel untuk melihat keadaannya. Begitu pula Raja Edmond yang juga berlari ke arahnya. Mereka meninggalkan tubuh Sylda dan Haryth di tempat mereka berada sebelumnya.

“Dia baik-baik saja. Sepertinya dia hanya kehilangan kesadarannya.” ujar Raja Edmond setelah memeriksa denyut nadi dan detak jantung Rasiel.

“Syukurlah.” Melnar yang sepertinya lega dengan apa yang didengarnya terlihat merebahkan tubuhnya ke tanah dan menyangganya dengan kedua tangannya dari belakang. Melnar menghela napas panjang.

Sementara itu, Raja Edmond terlihat bergerak ke arah tubuh Simon yang berada tidak jauh disampingnya dan memeriksa keadaannya.

“Dia sudah tidak bernyawa.” gumam Raja Edmond setelah selesai memeriksa tubuh Simon.yang masih mengeluarkan cairan merah dari dalam tubuhnya.

Kematian Simon dan Angelina menandakan berakhirnya pertarungan diantara mereka sekaligus kemenangan mereka. Disisi lain, kematian Haryth yang juga tidak bisa dihindari adalah salah satu pengorbanan yang harus mereka bayar dalam pertarungan ini.

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Who Is My Husband?
13709      2528     6     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??
Aleya
2340      739     4     
Romance
Kau memberiku sepucuk harapan yang tak bisa kuhindari. Kau memberiku kenangan yang susah untuk kulupakan. Aku hanyalah bayangan bagimu. Kita telah melewati beberapa rute tetapi masih saja perasaan itu tidak bisa kukendalikan, perasaanmu masih sama dengan orang yang sama. Kalau begitu, kenapa kau membiarkan aku terus menyukaimu? Kenapa kau membiarkan aku memperbesar perasaanku padamu? Kena...
Secret Garden
254      214     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
A - Z
2675      921     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
DanuSA
29200      4458     13     
Romance
Sabina, tidak ingin jatuh cinta. Apa itu cinta? Baginya cinta itu hanya omong kosong belaka. Emang sih awalnya manis, tapi ujung-ujungnya nyakitin. Cowok? Mahkluk yang paling dia benci tentu saja. Mereka akar dari semua masalah. Masalalu kelam yang ditinggalkan sang papa kepada mama dan dirinya membuat Sabina enggan membuka diri. Dia memilih menjadi dingin dan tidak pernah bicara. Semua orang ...
Sekotor itukah Aku
358      269     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Special
1365      743     1     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.
Memoar Damar
5893      2699     64     
Romance
Ini adalah memoar tiga babak yang mempesona karena bercerita pada kurun waktu 10 sampai 20 tahun yang lalu. Menggambarkan perjalanan hidup Damar dari masa SMA hingga bekerja. Menjadi istimewa karena banyak pertaruhan terjadi. Antara cinta dan cita. Antara persahabatan atau persaudaraan. Antara kenangan dan juga harapan. Happy Reading :-)
Aku Tidak Berlari
634      454     0     
Romance
Seorang lelaki memutuskan untuk keluar dari penjara yang ia buat sendiri. Penjara itu adalah rasa bersalahnya. Setelah bertahun-tahun ia pendam, akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan kesalahan yang ia buat semasa ia sekolah, terhadap seorang perempuan bernama Polyana, yang suatu hari tiba-tiba menghilang.
Simplicity
9329      2239     0     
Fan Fiction
Hwang Sinb adalah siswi pindahan dan harus bertahanan di sekolah barunya yang dipenuhi dengan herarki dan tingkatan sesuai kedudukan keluarga mereka. Menghadapi begitu banyak orang asing yang membuatnya nampak tak sederhana seperti hidupnya dulu.