Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kristalia
MENU
About Us  

 

Setelah selesai menyusun rencana dan melakukan persiapan dengan matang, akhirnya Raja Edmond, Haryth, Rasiel, Melnar, dan Sylda mulai menjalankan rencana mereka untuk menyusup ke dalam istana kerajaan Ragna. Mereka meninggalkan rumah Haryth tepat saat cahaya matahari hampir berada di atas kepala mereka. Mereka terlihat memasuki hutan Aria–yang berada tepat di sebelah kanan rumah Haryth–dan mulai berjalan mendekati istana kerajaan Ragna.

Butuh waktu selama beberapa jam perjalanan bagi mereka untuk sampai ke tempat pemberhentian pertama yang ada di dalam rencana mereka. Sepanjang perjalanan, mereka sempat melihat beberapa prajurit kerajaan Ragna yang sedang menyisir hutan Aria. Para prajurit tersebut sepertinya sedang mencari keberadaan raja mereka dan orang-orang yang menurut mereka telah menculiknya. Menyadari akan hal itu, Raja Edmond dan empat orang yang sedang bersamanya pun segera menghindari para prajurit kerajaan sebelum para prajurit tersebut melihat sosok mereka.

Saat ini, mereka telah sampai di tempat pemberhentian pertama yang ada di dalam rencana yang telah mereka susun sebelumnya. Tempat tersebut ternyata adalah gua yang pernah menjadi tempat persembunyian Rasiel dan kedua rekannya saat mereka menyelamatkan Raja Edmond dari serangan komandan pasukannya. Disana, mereka memeriksa kembali tempat tujuan mereka selanjutnya sambil menyusun ulang rencana.

“Sepertinya kita tidak bisa masuk melalui jalur rahasia yang pernah kita lalui sebelumnya.” ujar Sylda kepada empat orang yang kini sedang berada dibelakangnya.

Saat itu, Sylda ternyata sedang menggunakan kemampuan khususnya untuk mengamati tempat tujuan mereka selanjutnya. Sedangkan keempat orang yang bersamanya terlihat sedang mengelilingi sebuah peta yang menunjukkan jalur yang akan mereka lalui selama mereka menjalankan rencana mereka.

“Ada beberapa prajurit kerajaan yang sedang menjaga pintu keluar jalur rahasia yang ada disana.” Sylda terlihat meninggalkan tempatnya dan bergabung bersama keempat rekannya yang sedang menyusun ulang rencana mereka.

“Kalau begitu, kita harus masuk lewat jalur kedua.” Haryth menunjuk sebuah tempat yang ada di dalam peta buatannya. Berdasarkan peta tersebut, pintu masuk jalur kedua yang akan menjadi tujuan mereka selanjutnya berada di sisi timur laut kerajaan Ragna. “Jalur itu akan membawa kita ke kamar pribadi sang Raja. Dalam hal ini, kamar itu adalah kamar milik Edmond.” jelasnya.

Mendengar hal itu, Raja Edmond, Rasiel, Melnar dan Sylda pun menganggukkan kepala mereka sebagai tanda persetujuan atas rencana baru mereka.

“Baiklah. Kalau begitu sekarang waktunya beristirahat.” ujar Melnar sambil menggulung peta yang ada ditangannya lalu menyimpannya ke dalam tas ransel miliknya. “Akan sangat berbahaya jika kita melanjutkan perjalanan saat malam tiba.” lanjutnya.

Saat itu, senja terlihat mulai menyapa dan matahari perlahan mulai kehilangan cahayanya. Sementara kegelapan perlahan mulai menyelimuti hutan Aria. Selain itu, sepertinya banyak prajurit kerajaan Ragna yang sedang berjaga di sekitar hutan Aria. Sehingga akan sangat berbahaya bagi mereka jika mereka melanjutkan perjalanan mereka saat malam tiba. Sumber cahaya yang akan mereka gunakan untuk menerangi perjalanan mereka dapat dengan mudah menunjukkan keberadaan mereka. Berdasarkan alasan itulah, Haryth memutuskan dan menyuruh keempat rekannya agar beristirahat di dalam gua tempat mereka berada hingga pagi tiba.

“Kita akan berangkat saat cahaya mulai menyinari hutan Aria. Jika perjalanan kita lancar, maka kita akan sampai disana saat matahari tepat berada di atas kepala kita.” tambahnya.

Selanjutnya, Haryth terlihat mendekati Rasiel dan Melnar yang sedang membersihkan bekas api unggun yang pernah mereka gunakan. Sementara Raja Edmond dan Sylda terlihat sedang membersihkan sisi lain gua yang akan mereka gunakan sebagai tempat tidur mereka. Malam itu, mereka menghabiskan waktu mereka untuk makan malam dan tidur di dalam gua–yang telah dilingkupi oleh sihir penghalang Sylda–hingga pagi tiba.

Saat matahari mulai menyinari sisi timur hutan Aria, Raja Edmond dan keempat orang yang sedang bersamanya segera meninggalkan gua tempat persembunyian mereka dan terus berjalan menuju ke tempat tujuan mereka selanjutnya. Dalam perjalanannya, mereka berhasil menghindari beberapa prajurit kerajaan Ragna yang sedang berjaga di dalam hutan Aria. Hingga akhirnya, mereka sampai ke tempat tujuan mereka sesuai rencana.

“Jadi ini tempatnya?” Rasiel, Melnar, dan Sylda terlihat terpana saat sampai di tempat tujuan mereka. Tempat tersebut ternyata adalah sebuah gua bawah tanah yang berada di dalam hutan Aria. Gua tersebut memiliki luas sekitar lima kali lipat luas pintu masuknya yang berdiameter sekitar 3 meter. Sedangkan kedalamannya mencapai sepuluh meter jika diukur dari pintu masuk yang kini berada tepat di atas kepala mereka. Mereka memasuki gua tersebut menggunakan tangga tali yang telah mereka siapkan sehari sebelum keberangkatan mereka.

Saat sampai di bagian dalam gua, stalaktit dan stalagmit yang ada di dalam gua tersebut terlihat memantulkan cahaya matahari yang masuk dari pintu gua. Pantulan cahaya tersebut secara simetris menyinari seluruh bagian gua. Sehingga membuat mereka bisa melihat dengan jelas bagian dalam gua tersebut. Disana, terdapat tiga buah lubang–berdiameter 2 m atau 3 m–yang berada tepat di tiga tempat berbeda di dalam gua tersebut. Menurut Haryth, ketiga lubang tersebut adalah lubang buatannya yang akan membawa mereka masuk ke dalam istana kerajaan Ragna.

Saat itu, Raja Edmond dan Haryth terlihat melanjutkan perjalanan mereka–setelah menyalakan obor yang mereka bawa–dan bergerak menuju ke arah lubang yang ada di bagian barat gua tersebut. Lubang tersebut adalah lubang yang akan membawa mereka langsung menuju ke kamar pribadi Raja Edmond.

Rasiel dan Sylda yang melihat kepergian dua orang yang ada dihadapan mereka pun segera mengikuti langkah mereka. Sedangkan Melnar terlihat masih berdiri di tempat mereka berada sebelumnya.

“Apa kita akan masuk ke dalam sana?” tanya Melnar kepada empat orang yang kini sedang berjalan di hadapannya.

Mendengar hal itu, keempat orang tersebut menghentikan langkah mereka dan mulai melihat ke arah Melnar yang masih berdiri di tempatnya. Mereka memasang tatapan seakan tidak percaya dengan pertanyaan yang baru saja disampaikan oleh Melnar kepada mereka.

“Apa kau bercanda?” Haryth mengerutkan dahinya. Hal itu membuat kedua alisnya saling bertemu satu sama lain. “Tentu saja kita akan memasukinya. Kamar Edmond berada tepat di ujung lubang ini.” jelasnya.

Melnar terdiam. Dia tidak membalas ucapan Haryth kepadanya. Hal itu membuat Sylda ikut berbicara.

“Ada apa Melnar? Apa kau takut masuk ke dalam sana?” tanyanya.

Saat itu, Melnar terlihat menunjukkan senyum getir dibibirnya. Dia juga mulai menggaruk kepalanya dengan tangan kirinya.

“Hm... Jadi itu alasannya.” Rasiel menganggukkan kepalanya. Dia sepertinya mengerti alasan kenapa Melnar tidak mau masuk ke dalam lubang yang ada di dalam tersebut.

Setelah mendengar komentar dan tatapan ‘tidak percaya’ dari empat orang yang ada dihadapannya, akhirnya Melnar mulai membuka mulutnya.

“Apa salahnya jika aku takut dengan tempat yang gelap dan sempit?” ujarnya.

“Jika aku berani, maka aku pasti tidak akan berada di tempat ini sekarang.” tambahnya.

“Aku mengerti.” Haryth menganggukan kepalanya. “Jadi itu alasanmu berada disini? Kau takut berada di tempat yang sempit dan gelap sehingga kau melarikan diri dari tugas dasarmu sebagai seorang dwarf ‘hah?” ujar Haryth memperjelas apa yang baru saja disampaikan Melnar kepada mereka semua.

“Benar-benar memalukan.” Haryth memalingkan wajahnya dengan kasar. Dia melanjutkan langkahnya menuju ke arah lubang yang sudah tidak jauh dari hadapannya. Dia sepertinya benar-benar kecewa dengan kenyataan yang baru saja diketahuinya.

Bagi seorang dwarf–yang pada umumnya bekerja sebagai seorang penambang–adalah hal wajar jika mereka seharusnya berani berada di tempat yang sempit dan gelap. Takut akan kedua hal itu sama saja membunuh masa depan yang dimiliki oleh seorang dwarf. Meskipun seorang dwarf juga bisa menjadi seorang pandai besi–disamping menjadi seorang penambang–tetapi mereka masih tetap memerlukan bahan mentah untuk mereka olah. Jadi, akan sangat sulit untuk mendapatkan bahan mentah jika mereka tidak bekerja sebagai seorang penambang. Kecuali mereka memiliki banyak uang dan mampu membeli bahan mentah dari dwarf yang bekerja sebagai seorang penambang, maka mereka bisa melanjutkan hidupnya sebagai seorang pandai besi tanpa harus menjadi seorang penambang.

Dalam kasus Melnar, sepertinya dia berada pada kondisi terburuknya. Melnar yang takut akan tempat sempit dan gelap sepertinya juga tidak memiliki banyak uang untuk membeli bahan mentah yang diperlukan dalam pembuatan besi atau perhiasan, sehingga dia tidak bisa menjadi seorang penambang maupun seorang pandai besi di tempat tinggalnya. Hal itulah yang sepertinya mendorong Melnar untuk berkelana di pemukiman manusia yang ada di benua Arda.

“Tenanglah, Melnar. Kau bisa memegang pakaianku seperti saat kita melarikan diri waktu itu.” Rasiel berusaha membujuk Melnar yang masih tidak mau bergerak dari tempatnya. Butuh waktu untuk melakukannya. Namun, akhirnya Rasiel berhasil membujuknya.

Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan mereka sesuai rencana. Mereka memasuki lubang tersebut dan terus menapakinya hingga sampai ke ujungnya. Disana, mereka melihat sebuah dinding yang kini membatasi tempat mereka berada dengan kamar sang Raja.

“Aku tidak bisa membukanya.” Haryth berusaha mendorong dinding yang ada dihadapannya. Namun dia tidak bisa menggerakkannya.

“Biarkan aku membantumu.” Raja Edmond menyerahkan obor yang dibawanya kepada Sylda dan mulai membantu Haryth untuk mendorong dinding yang ada dihadapan mereka.

Suasana lubang yang sempit dan pengap membuat tenaga Raja Edmond dan Haryth berkurang dengan sangat cepat. Keringat juga terlihat mulai membasahi wajah dan pakaian yang mereka kenakan. Namun, dinding yang ada dihadapan mereka sepertinya tidak bergeser sedikitpun.

“Arghh... sial.” Haryth mengumpat sambil menjatuhkan tubuhnya ke tanah yang dipijaknya. Dia mulai mengatur napasnya untuk memulihkan kembali tenaganya. “Seharusnya tidak sesulit ini untuk membukanya. Terakhir kali aku melakukannya, aku tidak perlu menggunakan banyak tenaga seperti ini.” jelasnya.

“Apa yang sebenarnya sudah kau letakkan disana?” tambahnya.

Raja Edmond terlihat menghentikan dorongannya. Dia kemudian mencoba mengingat apa yang telah diletakkannya dibalik dinding pembatas itu.

“Oh, aku ingat. Aku meletakkan tempat tidurku disana.” ujarnya santai.

“APA? Apa kau sudah gila?” Haryth memaki Edmond yang kini sedang tertawa kecil karena memahami kesalahan yang telah diperbuatnya. “Aku menyuruhmu untuk menutupinya dengan sesuatu yang ringan, ‘kan? Tapi kenapa kau malah menutupnya dengan tempat tidurmu, ‘hah?” tambahnya.

“Maaf. Aku bosan dengan suasana kamarku sebelumnya. Jadi, aku merubahnya dan aku melupakan pintu rahasia yang disana.” Raja Edmond terlihat menautkan kedua tangannya dihadapannya. Dia meminta maaf kepada Haryth yang sedang bersandar di dinding yang ada dihadapannya.

Sementara itu, Rasiel dan kedua rekannya hanya bisa memandangi tingkah dua orang tersebut sambil menunjukkan sebuah senyum kecil di bibir mereka. Kejadian saat itu sepertinya adalah salah satu kejadian langka dalam hidup mereka. Tidak setiap hari mereka bisa melihat seorang raja meminta maaf dengan begitu polosnya–seperti yang baru saja dilakukan oleh Raja Edmond dihadapan mereka.

“Kalau kalian mau, aku bisa menghancurkannya.” Sylda tiba-tiba menyampaikan apa yang ada dipikirannya.

“Jangan! Kau tidak boleh menghancurkannya.” Haryth menolak permintaan Sylda dengan lantang. “Jika kau melakukannya, kau akan membuat keributan di dalam istana. Hal itu akan sangat merugikan bagi kita.” jelasnya.

“Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?” Rasiel mulai ikut dalam pembicaraan mereka.

“Berikan aku cahaya.” pinta Haryth kepada tiga orang yang dari tadi hanya melihat apa yang telah dilakukannya–bersama Raja Edmond–dan tidak membantunya.

Saat itu, Haryth membuka kembali peta buatannya. Dia melihat peta tersebut dengan seksama untuk memastikan rencana cadangan yang dapat mereka gunakan untuk menyusup ke dalam istana.

“Kita akan melewati jalur ini.” ujarnya sambil menunjuk sebuah jalur yang terhubung dengan gua yang baru saja mereka masuki.

“Sebenarnya berapa banyak jalur rahasia yang kau buat untuk masuk ke dalam istanaku?” Raja Edmond terdengar tidak senang saat mengetahui ada jalur rahasia lain selain yang diketahuinya.

“Tenang saja, aku hanya menyelesaikan tiga dari keseluruhan rencananya.” jawab Haryth santai.

Mendengar hal itu, Raja Edmond terlihat mengerutkan dahinya. Dia sepertinya tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Sementara itu, Rasiel menyadari sesuatu dari peta yang kini terbentang dihadapannya.

“Apa maksudnya dengan gambar ini?” Rasiel menunjuk gambar jalur yang akan mereka lalui. Gambar jalur tersebut ternyata tidak sepenuhnya menyatu dengan gambar ruangan yang ada di dalam istana. Hal itu berbeda dengan gambar jalur yang kini sedang mereka lalui.

“Itu artinya aku belum menyelesaikan konstruksinya.” ujar Haryth sambil menggulung peta yang dipegangnya lalu memasukkannya kembali ke dalam tas ranselnya.

“Jadi?” Rasiel melanjutkan pertanyaannya.

“Jadi...” Haryth menatap empat orang yang ada dihadapannya secara bergantian sebelum melanjutkan ucapannya. “...kita bisa menggunakan kekuatan Sylda untuk menghancurkannya.” lanjutnya saat tatapannya sampai kepada Sylda.

“Lagipula tempat ini berada di ruang bawah tanah istana. Jadi tidak mengapa jika kita sedikit menghancurkannya.” tambahnya.

“Hanya saja, kita semua tidak bisa langsung masuk kesana.” Haryth melanjutkan ucapannya. “Posisi jalur yang sempit dan berada di bawah tanah istana akan membuat Sylda kesulitan untuk menghancurkannya. Oleh karena itu, kita harus mengurangi jumlah orang yang masuk kesana agar jumlah oksigen yang tersedia cukup bagi Sylda untuk mempertahankan energi sihirnya.” jelasnya.

Penjelasan Haryth tersebut disambut dengan anggukan kepala dari semua orang yang ada di sekitarnya. Selanjutnya, mereka pun melanjutkan rencana mereka. Mereka bergerak kembali menuju ke gua bawah tanah tempat mereka berada sebelumnya. Dari sana mereka akan masuk ke dalam jalur yang akan mereka lalui selanjutnya. Namun sebelum itu, mereka terlihat berhenti sejenak untuk mengisi kembali tenaga mereka sebelum melanjutkan rencana penyusupan mereka.

Setelah beberapa menit, Haryth dan Sylda akhirnya mulai bergerak untuk melanjutkan rencana mereka. Mereka memasuki sebuah lubang yang letaknya tidak jauh dari lubang yang telah mereka masuki sebelumnya. Sementara itu, Raja Edmond, Rasiel, dan Melnar diminta menunggu di dalam gua bawah tanah tempat mereka berada hingga mereka selesai membuka pintu masuk untuk mereka.

Tidak butuh waktu lama bagi Haryth dan Sylda untuk mencapai ujung lubang yang menjadi tujuan mereka.

“Ini ujungnya.” ujar Haryth seraya menyentuh bebatuan yang menghalangi jalan dihadapannya. “Jika aku tidak salah, kau harus menghancurkan bagian ini.” Haryth menempelkan telinganya ke dinding yang ada di dihadapannya. Dia terlihat mengetuknya–dengan kapak besarnya–beberapa kali untuk memastikan ketebalannya.

“Baiklah. Aku akan mencobanya.” ujar Sylda sambil menandai dinding yang dimaksud oleh Haryth dengan tanda silang menggunakan batu yang diperolehnya di sekitar tempat berdirinya.

Selanjutnya, Sylda terlihat menjauh beberapa meter dari dinding yang telah ditandainya. Sementara Haryth mengekor dibelakangnya. Setelah dirasa cukup jauh, Sylda mulai mengangkat kedua tangannya dan mengarahkannya ke dinding yang telah ditandainya. Sylda mulai merapalkan mantra sihirnya.

“Fragor parietibus aquae!”

Saat itu, sebuah lingkaran sihir muncul disekitar tanda yang telah dibuat oleh Sylda. Lingkaran sihir tersebut memancarkan cahaya putih kebiruan yang mulai menyinari tempat mereka berada. Beberapa detik kemudian, tanah yang diliputi oleh lingkaran sihir tersebut terlihat basah sebelum kemudian meledak dan mulai berjatuhan.

Mantra sihir yang digunakan oleh Sylda saat itu sepertinya memanfaatkan air tanah yang ada di sekitar mereka. Air tanah tersebut kemudian berkumpul di dalam lingkaran sihir Sylda dan memicu ledakan yang menghancurkan dinding tanah yang ada dihadapannya. Entah peristiwa apa yang telah terjadi di dalam dinding tanah tersebut sebelum meledak, intinya hal itu sepertinya tidak bisa dijelaskan dengan logika manusia pada umumnya. Hanya pengetahuan tentang sihirlah yang bisa menjelaskannya.

Memang tidak memerlukan waktu lama bagi Sylda untuk menghancurkan seluruh tanah beserta dinding yang menghalangi rencana mereka. Tetapi menggunakan sihir seperti yang baru saja dilakukannya ternyata telah menguras banyak energi sihirnya. Hal itu dapat dilihat dari reaksi Sylda yang langsung menjatuhkan tubuhnya–ke tanah yang dipijaknya–tepat setelah menyelesaikan tugasnya. Dia sepertinya benar-benar telah kehilangan banyak tenaga hingga tidak mampu berdiri di atas kedua kakinya.

“Tenang saja. Aku akan baik-baik saja.” ujar Sylda kepada Haryth yang terlihat sangat mengkhawatirkan keadaannya. “Lebih baik kau pergi memanggil mereka sekarang. Biarkan aku istirahat disini sebentar.” lanjutnya.

Mendengar hal itu, Haryth pun segera kembali ke gua tempat Raja Edmond, Rasiel dan Melnar menunggu mereka. Disana, Haryth memanggil ketiga orang yang telah menunggunya lalu kembali ke tempat Sylda berada.

“Sylda, kau baik-baik saja?” Rasiel dan Melnar terlihat berlari kecil menuju ke arah Sylda yang sedang menyandarkan tubuhnya ke dinding tempatnya berada. Mereka sepertinya sangat khawatir dengan keadaan Sylda.

“Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu istirahat sedikit lebih lama.” jawab Sylda.

Selanjutnya, mereka membantu Sylda berjalan menuju ke ruangan yang terhubung dengan jalur rahasia yang baru saja diledakkannya. Mereka kemudian membuat Sylda duduk di atas sebuah kotak besar yang ada di dalam ruangan itu.

Sementara itu, Raja Edmond dan Haryth terlihat berjalan menyisir kedua sisi ruangan untuk menyalakan setiap obor yang tergantung di dinding ruangan itu. Alhasil, beberapa berkas cahaya pun mulai menerangi ruangan tempat mereka berada.

Mereka terkejut saat melihat isi ruangan tempat mereka berada saat itu. Ruangan itu ternyata adalah tempat penyimpanan senjata. Berbagai macam senjata dapat ditemukan di dalam ruangan itu. Entah darimana asal semua senjata itu, hanya saja salah satu dari semua senjata yang ada di dalam ruangan itu ternyata cukup familiar bagi Rasiel dan kedua rekannya.

“Palu-ku, akhirnya aku menemukanmu.” ujar Melnar seraya mengambil palu kesayangannya yang telah disita oleh prajurit kerajaan Ragna saat mereka tertangkap di gerbang istana.

Melihat hal itu, Rasiel pun segera memeriksa isi ruangan itu untuk mencari tas miliknya yang juga telah disita sebelumnya. Setelah beberapa lama, akhirnya Rasiel menemukannya tas dan pedang miliknya–begitupula dengan tas milik Sylda dan busur panahnya.

“Syukurlah, masih ada disini.” Rasiel terlihat senang saat melihat buku sihirnya masih tersimpan rapi di dalam tasnya.

Saat itu, Haryth tiba-tiba berlari mendekati Rasiel yang sedang memeriksa buku sihirnya.

“Darimana kau mendapatkannya?” tanya Haryth kepada Rasiel yang masih sibuk dengan buku sihirnya.

“Aku mendapatkannya dari panti asuhan tempatku berada. Mereka bilang ini adalah peninggalan dari ibuku.” jawab Rasiel singkat sebelum kembali memeriksa isi tasnya.

Saat itu, Haryth tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke arah Edmond–yang sedang berdiri di samping Sylda–yang ternyata juga sedang memperhatikannya. Haryth tersenyum sesaat saat melihat Edmond menggelengkan kepalanya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan saat itu. Tidak ada yang bisa mengerti maksud isyarat yang mereka gunakan saat itu selain mereka pastinya.

Akhirnya, setelah selesai beristirahat dan mengambil kembali senjata milik mereka, kelima orang tersebut pun kembali melanjutkan rencana mereka. Mereka mulai beranjak dari tempat mereka berada dan bergerak menuju ke bagian dalam istana.

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
I'M
8626      1719     4     
Romance
"Namanya aja anak semata wayang, pasti gampanglah dapat sesuatu." "Enak banget ya jadi anak satu-satunya, nggak perlu mikirin apa-apa. Tinggal terima beres." "Emang lo bisa? Kan lo biasa manja." "Siapa bilang jadi anak semata wayang selamanya manja?! Nggak, bakal gue buktiin kalau anak semata wayang itu nggak manja!" Adhisti berkeyakinan kuat untuk m...
TERSESAT (DILEMA)
16656      3298     27     
Mystery
Cerita TERSESAT ( DILEMA ) ini ada juga di situs Storial.co, lho. Sedang diikutkan dalam kompetisistorialmei19, nulissukasuka, ceritainaja. Isi Sinopsis dan beberapa Episode di dalamnya sudah direvisi ulang agar lebih berbeda dengan isi sebelumnya. Bagi yang penasaran, yuk ikuti di link ini: https://www.storial.co/book/tersesat-dilema/ Ditunggu ulasan, saran, masukan, dan kritik kalian di s...
Who Is My Husband?
14117      2596     6     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??
CEO VS DOKTER
244      203     0     
Romance
ketika sebuah pertemuan yang tidak diinginkan terjadi dan terus terulang hingga membuat pertemuan itu di rindukan. dua manusia dengan jenis dan profesi yang berbeda di satukan oleh sebuah pertemuan. akan kah pertemuan itu membawa sebuah kisah indah untuk mereka berdua ?
Transformers
277      235     0     
Romance
Berubah untuk menjadi yang terbaik di mata orang tercinta, atau menjadi yang selamat dari berbagai masalah?
Too Sassy For You
1453      653     4     
Fantasy
Sebuah kejadian di pub membuat Nabila ditarik ke masa depan dan terlibat skandal sengan artis yang sedang berada pada puncak kariernya. Sebenarnya apa alasan yang membuat Adilla ditarik ke masa depan? Apakah semua ini berhubungan dengan kematian ayahnya?
Weak
238      189     1     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
Iskanje
5234      1427     2     
Action
Dera adalah seorang mahasiswa pindahan dari Jakarta. Entah takdir atau kebetulan, ia beberapa kali bertemu dengan Arif, seorang Komandan Resimen Mahasiswa Kutara Manawa. Dera yang begitu mengagumi sosok lelaki yang berwibawa pada akhirnya jatuh cinta pada Arif. Ia pun menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Pada mulanya, ia masuk menwa untuk mencari sesuatu. Pencariannya menemui jalan buntu, tetapi ia...
Kama Labda
524      321     2     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
Strawberry Doughnuts
714      467     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...